BAB XV

574 50 0
                                    

CUKUP sudah. Titik dimana kesabaran semakin menipis dan rasa semakin menggebu-gebu. Laras tak bisa lagi memendam perasaannya. Semakin hari, Trian semakin membuatnya panas dingin.

Seperti kemarin, bukan hanya kata 'kangen' yang membuat hati Laras bergejolak.

Melainkan, saat kedatangam lelaki itu di rumah Laras. Ya, Trian ke rumah Laras. Itu hal biasa..
Yang tidak biasa adalah tatkala Trian mengatakan suatu hal kepada Ayah dan Ibu Laras.

"......Biar saya yang jaga Laras. Beberapa kali saya lihat Laras bersama-"

"Oh..Nak Arayan?" Trian mendelik tatkala sang Ibu berujar.

"Ibu, kenal?"

"Tentu saja..dia orangnya baik, kok." Ayah Laras yang sedari tadi fokus pada korannya mulai menyahuti percakapan yang terjadi di antara mereka.

Perbincangan antara Trian dengan orangtua Laras merupakan hal biasa. Tapi, kali ini..bagi Laras ini sudah tak biasa. Mengingat perasaannya yang kian lama kian menyiksa, terasa.

Kini, Laras sedang berjalan menuju gerbang rumahnya. Samar-samar matanya menerawang ke depan. Sosok lelaki tengah menungguinya di atas motor.

"Trian.."

"Ayo berangkat!" Trian menampilkan senyumnya pada gadis itu.

Pagi ini, rasa penasaran Laras mencuat. Kenapa Trian menjemputnya lagi? Lalu, bagaimana dengan Naomi?

"Trian, gimana sama Naomi? Dia kan-" Laras turun dari motor Trian.

"Kalau lagi berdua, jangan ngomongin yang ketiga." Potong Trian dengan dingin.

"...." Laras mengangguk.

"Makasih, Trian. Oh, ya..jangan ngomong tentang Arayan ke Ayah dan Ibu-"

"Kamu marah? Gak suka? Kamu sama Arayan baru kenal di SMA, Ras. Sedangkan, sama aku? Udah bertahun-tahun."

Tidak ingin memperpanjang obrolan yang pastinya akan menimbulkan cekcok. Laras melenggang terlebih dahulu menuju kelasnya, meninggalkan Trian yang gusar sendiri.

'Laras nggak boleh seperti ini terus sama Trian.'

'Semakin hari perasaan Laras semakin menjadi-'

"Ras?" Suara itu membuyarkan Laras yang sedang berperang batin.

"Hm." Laras tersenyum menatap sosok Arayan yang sudah berada di depannya duduk dengan semangkuk bakso.

"Selamat makan, Arayan." Tulus, Laras menatap Arayan yang tampaknya membeku.

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang