BAB VIII

662 55 0
                                        

LARAS memutar bola matanya saat sebuah notifikasi tertangkap di layar ponselnya.

📩 Arayan : Jangan lupa! Misi TRIAN. Ajak berangkat tepat waktu!

Bak seorang komandan. Titah Arayan itu harus terlaksana. Arayan dan Laras sepakat memberi nama misi mereka dengan 'MISI TRIAN'.

📤 Laras : Siap, Arayan.

Kini, Laras tengah menunggu sosok yang sudah 15 menit belum tampak batang hidungnya. Di depan pagar besi berwarna hijau itu Laras menanti.

📩 Trian : iya, aku udah bangun kok. Tunggu aja😚

Begitulah pesan singkat 15 menit yang lalu. Bukannya Laras tak ingin masuk rumah. Ia hanya merasa tidak enak pada Tante Tania. Jika, Laras masuk ke dalam rumah. Maka, Tante Tania akan menyuruhnya untuk sarapan kemudian menyuruh Laras menjemput Trian di kamarnya. What?

Segitu biasanya Tante Tania dengan kehadiran sosok Laras. Sudah biasa bagi Laras untuk masuk rumah ini. Tapi, entah mengapa ia masih saja merasa tidak enak hati.

Pernah suatu ketika. Tante Tania bergosip dengan Laras mengenai Trian. Kemudian, ada sebuah celetukan Tante Tania yang hingga detik ini masih diingat oleh gadis itu.

"Trian itu anaknya baik kok, Ras. Jangan ragu."

Memang kalimat itu terlihat biasa saja. Tapi, tidak bagi Laras. Sedikit ambigu. Apalagi saat Tante Tania menatapnya dengan serius. Laras rasa ini sungguhan. Tapi, hingga detik ini Laras hanya meyakini bahwa Tante Tania hanya memberi wejangan pada sahabat Trian, yaitu Laras.

Walau Laras sempat GR sih. Ia sedikit terlonjak kaget saat mendengar tuturan halus dari Tante Tania kala sore itu. Laras yang belum jelas tahu maksud Tante Tania, hanya mengangguk mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh wanita paruh baya yang masiu freesh cantik itu.

"Trian! Lihat nggak ini udah jam berapa!!" Laras membentak Trian yang baru saja keluar pintu gerbang dengan masih membenahi dasi abu-abunya.

"Galak."

"$@%#%^#@&€" Laras melotot pada lelaki yang telah membuatnya menunggu itu.

Siang ini merupakan jadwal Laras berleha-leha. Makan dengan tenang, aman dan nyama di Kantin. Namun, harapan itu pupus ketika kini sudah berdiri seorang lelaki yang menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apalagi, Arayan?"

"Misi kedua. Tugas-tugas TRIAN." Kemudian, berlalu begitu saja.

"..." Laras hanya mengangguk. Rasanya tenggorokannya tertutup oleh sesuatu hingga menyebabkan ia tak lagi mau melanjutkan acara makan siangnya.

"Oke, Laras. Kamu pasti bisa." Ucap gadis itu menyemangati dirinya sendiri.

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang