BAB XL

500 38 0
                                    

SATU MINGGU berlalu setelah kejadian dimana Trian mengetahui tentang hubungan Laras dengan Arayan. Tak ada perubahan. Masih saling bungkam dan semakin terjerumus dalam kesalahpahaman yang tak berujung.

"Ras, nanti Ibu sama Bapak ke sekolahmu. Bisa tunjukkan ruang BK?"

"Memangnya ada apa, Bu?" Laras mengernyitkan dahinya. Pasalnya ia tidak membuat ulah.

"Kemarin, Eyang telpon. Katanya.. Safira disuruh pindah ke Yogya. Sekolah disana dan menemani Eyang."

Laras hanya manggut-manggut setelah mendengar penjelasan dari sang Ibu. Safira merupakan anak dari kakak Ibu Laras. Bisa dibilang anak Budhe Laras. Budhe dan Pakdhe Laras bekerja di luar negeri. Sehingga, Safira disini mengontrak yang letaknya dekat dengan sekolah.

Mengapa tidak ikut dengan Bapak dan Ibu Laras? Jawabannya, karena kedua orangtua Safira menginginkan agar anak mereka mandiri. Padahal dahulu Bapak Laras sempat kekeh akan mengambil tanggung jawab untuk mengurus Safira.

"Ya udah, Pak-Bu. Laras berangkat dulu." Pamit Laras lalu menyalimi keduanya.

***

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Menandakan jam istirahat pertama. Laras bergegas keluar kelas setelah menerima pesan singkat dari sang Bapak yang mengatakan bahwa beliau sudah sampai di sekolah Laras.

Dari kejauhan Laras melihat Bapak dan Ibunya tampak berpakaian rapi dan sopan. Laras pun menyalimi keduanya dan memberikan arahan untuk menuju ruang BK guna mengurus kepindahan Safira---sepupunya.

Tanpa Laras sadari. Sepasang mata sedari tadi memperhatikannya. Arayan, mengikuti Laras dan kedua orang tuanya yang ternyata tengah menuju ke ruang BK.

Terbesit rasa penasaran di Arayan. Untuk apa Laras dan kedua orangtuanya masuk ke ruang BK? Setahunya, Laras tidak mungkin membuat onar. Secara.. dia sebagai ketua Tatib tidak menanganinya.

"Kalau boleh saya tahu.. mengapa pindah ke Yogya?" Samar-samar Arayan menguping dari pintu yang tidak begitu tertutup rapat itu.

Itu suara Bu Wati yang notabane-nya menjabat sebagai guru BK selain Pak Bani.

"Menemani Eyangnya." Suara perempuan yang terdengar. Arayan menyimpulkan itu merupakan suara Ibu Laras.

'Jadi, Laras akan pindah ke Yogya.' Batin Arayan menyimpulkan apa yang sedari tadi ia dengar.

Ada perasaan yang tak rela. Jika, penolakan yang ia dapat dari gadis itu.. Arayan masih dapat menerimanya. Setidaknya, ia bisa melihat Laras dari kejauhan.

Tetapi, jika gadis itu pergi.

Bagaimana ia bisa melihatnya dari kejauhan? Sementara, hatinya yang belum beralih itu terus meronta untuk memaksa matanya agar selalu menangkap objek Laras.

***

LarasTrian [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang