PROM 2.
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring yang membuat para siswa dan siswi SMA ANGKASA berhamburan dikoridor sekolah. Setelah seharian berada disekolah hal yang dinanti pun terwujud. Beberapa motor dan mobil yang mulai keluar dari halaman sekolah menuju rumah masing-masing begitupun Adara dan kedua sahabatnya yang sudah berada diujung koridor sekolah untuk berpisah.
"Kalian naik apa?" tanya Agatha.
"Angkot atau bus mungkin." jawab Kania.
"Bareng sama gue aja yuk. Gue bawa mobil." tawar Agatha.
"Gue mau ke toko buku dulu. Lo aja sana, Kan." ucap Adara.
"Tapi gue kan mau ke rumah lo." balas Kania.
"Gue ikut dong main sama kalian." ucap Agatha dengan mata berbinar.
"Yaudah lo berdua duluan aja ke rumah gue, nanti gue nyusul kalau udah selesai nyari bukunya." saran Adara yang mendapat anggukkan kepala dari Kania dan Agatha.
"Yaudah kita duluan ya. Jangan lama-lama lo." ucap Kania.
Setelah sepeninggal kedua sahabatnya, Adara berjalan ke halte depan sekolah untuk mencari angkot yang akan membawanya menuju toko buku. Cukup lama Adara menunggu tetapi tidak ada satu pun kendaraan umum yang lewat membuat Adara sedikit kesal karena jam yang sudah semakin sore.
Saat kejenuhan menghampiri Adara. Motor besar dengan warna putih bersih berhenti tepat didepan Adara. Adara sangat kenal motor itu yang sempat membuat Adara sedikit de ja vu dengan masa lalunya.
Ketika seseorang itu berhenti tepat didepannya dan melepas helmnya dengan senyum yang selalu bisa menghangatkan hati Adara. Namun ingatannya kembali pulih sembelum Adara kembali ke masa lalunya. Ia melihat Raga yang mulai membuka helmnya dan menatap dingin Adara yang tengah berdiri didepan halte.
"Naik." ucap Raga yang tak diindahkan oleh Adara.
Gadis itu masih diam dengan sesekali melihat jalanan siapa tau Dewi Fortuna sedang berpihak padanya dan mengirimkan kendaraan umum yang melintas dan mampu membawa Adara pergi dari hadapan cowok menyebalkan didepannya.
"Perlu gue paksa apa naik sendiri?" Tawar Raga dengan menaikkan satu alisnya menatap Adara yang membuat gadis itu manatap sinis dan berjalan naik ke jok motor besar itu.
Ketika Adara sudah berada naik ke motor besar itu Raga justru masih diam dan tidak menjalankan motornya yang membuat Adara semakin kesal dengan cowok didepannya ini. Raga bukan dia jadi tidak mungkin Adara memeluknya. Mereka saudara tetapi tetap berbeda dan tidak mungkin Adara melakukan hal itu kepada Raga.
"Lo tuh ngeselin banget sih! Tadi-"
Belum sempat Adara menyelesaikan omongannya tangan Raga sudah menarik tangan gadis itu untuk memeluknya dari belakang yang membuat Adara seketika terdiam dan setelahnya Raga mulai menjalankan motor besarnya membelah jalanan Kota Jakarta di sore hari.
Diperjalanan hanya ada keheningan tanpa percakapan satu sama lain. Seperti menikmati momen yang ada Raga yang diam dan fokus menyetir motornya sedangkan tangan Adara yang masih melingkar dipinggang cowok itu tanpa melepasnya sampai akhirnya mereka sampai didepan rumah Adara.
Setelah Adara turun dari motor besar itu masih tetap diam dan tidak ada satu pun kata yang terucap. Keduanya saling diam sampai akhirnya Raga pergi meninggalkan rumah Adara tanpa mengucapkan satu kata atau hanya berbasa-basi.
Adara pun akhirnya masuk ke dalam rumah yang masih sepi karena memang hanya ia dan mamanya yang tinggal dirumah itu. Papa Adara sudah meninggal sejak ia masih berumur sepuluh tahun dan selama itu Adara hanya tinggal bersama mamanya dirumah besar itu.
****
SALAM CIAAW!

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Novela JuvenilSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...