PROM 25

1.7K 131 2
                                        

PROM 25

Rumah besar dengan nuansa klasik dan modern itu tengah kedatangan banyak tamu. Semua berkumpul diruang keluarga untuk menonton siaran televisi atau hanya mengobrol ringan yang sesekali diiringi dengan gelak tawa mereka ketika salah satunya bersikap konyol. Suasana semakin hangat dan membuat gadis pemilik mata cokelat terang itu rindu dengan kehangatan keluarganya.

 Suasana semakin hangat dan membuat gadis pemilik mata cokelat terang itu rindu dengan kehangatan keluarganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya kini sedang berkumpul dirumah Adara. Tidak hanya itu ada Arina yang juga sedang berada didapur gadis itu bersama Alden yang kebetulan sudah dua minggu ia kembali ke Indonesia untuk bertemu adik tercintanya. Adara berjalan menuju sofa dan duduk disebelah Raga yang langsung bergeser dan mempersilahkan gadis itu duduk disebelahnya.

"Makasih ya udah mau pada datang ke rumah buat ramein." Ucap Adara dengan diselingi cengiran bahagia dari gadis itu.

"Iyaa, santai aja kali kalau lo nyuruh kita semua dateng mah pasti langsung kesini." Balas Kenzi dengan memakan kacang yang berada ditoples ungu.

Arina dan Alden pun datang dari dapur dengan membawa pancake dengan caramel diatasnya. Mereka pun dengan cepat berebut pancake itu takut jika kehabisan padahal Arina dan Alden membuatnya banyak untuk keenam remaja itu.

"Oh iya! Tante mau ngasih tau sesuatu nih." Arina berseru dengan semangat yang membuat keenam remaja itu menoleh penasaran.

"Jadi gini, gue sama Tante Arina dan Om Adam mau ke London untuk persiapan wisuda gue disana. Sekitar sebulan lah sampai kalian selesai Ujian Sekolah. Jadi kalian kalau mau belajar bareng atau nginep silahkan aja. Sekalian awasin Adara sama Raga berdua dirumah ya." Ucap Alden dengan sedikit menggoda adiknya dan juga Raga.

"Loh abang kok nggak bilang aku sih? Aku kan mau ikut ke wisuda abang jugaa.." Balas Adara dengan sedikit merengek.

"Abang cuma sebentar. Kamu juga mau ujian kan sebentar lagi? Cuma wisuda biasa kok disana." Ucap Alden dengan lembut.

"Terus Mama sama Papa ngapain?" Tanya Raga.

"Kami mau menemani Alden sidang terakhir sebagai wakil untuk terus membimbing biar Alden fokus buat sidang terakhir dia nanti. Sekaligus Papa mau ketemu rekan bisnisnya." Jelas Mamanya.

"Raka?"

"Dia kan biasa kalau mau ujian pasti ke rumah Oma sama Opa kamu sampai selesai ujian." Sambung Arina lagi.

"Jadiii.." Seru keempat remaja yang sedari tadi hanya mendengarkan saja dengan raut wajah penasaran untuk mendengar kelanjutannya.

"Jadi selama sebulan Raga sama Adara tinggal bareng dirumah ini sampai kita semua pulang." Ucap Arina dengan senyum yang mengembang.

"NAH KAN! DEMEN GUE KALAU BEGINI JADINYA HAHA.." Teriak Kenzi heboh bukan main yang membuat semuanya terkejut.

"Kenapa dadakan banget, sih?" Raga berucap dengan menghembuskan nafasnya berat.

"Nanti kalau kita ketahuan sama tetangga gimana? Digrebek nanti." Timpal Adara juga dengan membayangkan kemungkinan buruk yang berada diotaknya.

"Tenang, itu semua udah diatur." Alden berucap santai dengan menaik turunkan alisnya.

"Sekalian gladih bersih tinggal bareng biar nanti kalau udah nikah nggak kaget." Ucap Arga dengan kekehannya yang membuat Raga menatapnya tajam.

"Asli sih trending nih sebentar lagi." Goda Kania dengan senyum jahilnya.

"Kenapa nggak sendiri-sendiri aja sih? Adara kan juga udah biasa sendiri dirumah lagian juga udah ada Bi Asri sekarang." Protes Adara dengan mengingat adanya pembantu baru yang disewa Arina dua minggu ini.

Bukannya Adara dan Raga tidak ingin. Tetapi jika diingat mereka bukan muhrim dan jika mereka tinggal bersama yang mereka takutkan itu tetangga yang akan menilai buruk. Belum lagi disekolah, kabar mereka berduaan ditaman kemarin saja langsung bisa membuat seantero sekolah heboh apa lagi mereka mengetahui jika Adara dan Raga satu rumah?

"Heh! Niatnya Tante Arina sama Bang Alden itu baik. Daripada lo berdua sama-sama tinggal dirumah gede sendirian kan mending jadi satu. Lagian kalian nggak bakal macem-macem juga kan." Ucap Agatha gemash sendiri dan dibalas anggukkan dari Arina maupun Alden.

"Papa juga setuju." Timpal Arina lagi dengan menatap Raga

"Mulai kapan?"

"Lusa."

"HAH?!"

"Uwuww.."

Adara dan Raga seketika kompak melebarkan kedua matanya. Sedangkan teman-temannya berseru menggoda. Adara memutar bola matanya malas. Sedangkan Raga mengusap wajahnya lelah dengan menghembuskan nafasnya berat.

****

Hari rasanya berganti dengan cepat. Setelah mengantar Raka kerumah nenek tercinta, Adara dan Raga kembali kerumah gadis itu. Mulai malam ini sampai beberapa minggu kedepan cowok itu tinggal dan menetap dirumah Adara seperti yang sudah Mamanya katakan dua hari lalu. Raga membawa barang-barangnya masuk kedalam rumah Adara.

Adara berjalan mengantar cowok itu menuju kamarnya yang baru dan lebih tepatnya berada berhadapan dengan kamarnya. Pintu dengan warna abu-abu itu dibuka oleh Adara dan menampilkan suasana kamar yang berdominan putih abu-abu. Kamar yang tidak jauh berbeda dengan milik Raga hanya saja ukurannya lebih luas dan warnanya yang berbeda.

 Kamar yang tidak jauh berbeda dengan milik Raga hanya saja ukurannya lebih luas dan warnanya yang berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamar mandi ada didalam. Kalau ada apa-apa kamu bisa panggil Bi Asri atau aku. Tuh kamar aku ada didepan kamar kamu." Ucap Adara dengan menunjukkan kamarnya yang berpintu putih.

Raga mengangguk dengan samar,"Bearti aku mau tidur sama kamu tinggal masuk kamar aja ya." Ucap Raga dengan menampilkan senyum jahilnya.

"Heh!"

Adara membulatkan matanya kesal dan memukul lengan cowok itu dengan galak.

Raga terkekeh,"Bercanda, sayang."

Blush!

Pipi Adara seketika merona ketika mendengar sebutan "sayang" dari Raga. Sedangkan cowok itu mengacak-acak rambut Adara dengan gemash melihat wajah polosnya yang merona. Sepertinya menggoda Adara adalah hobi baru untuknya.

"Gemesh jadi pengen nyium." Gumam Raga yang tidak jelas dikuping Adara.

"Apa?" Tanya Adara dengan polos dan langsung dibalas gelengan kepala dari Raga.

"Nggak papa."

"Ish! Dasar nggak jelas."

Adara pun akhirnya membalikkan badan dan berjalan keluar dari kamar Raga menuju lantai bawah untuk mengambil minum karena kerongkongannya yang terasa sangat kering dan perlu disegarkan dengan air dingin dari dispenser.

****
Yuhuu!!

Gimana bahagia nggak?
wkwk

Happy Reading!
Salam Ciaa!

-salam emaknya Raga-

ADARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang