PROM 26
Hari ini Adara dan Agatha dihebohkan dengan Kania yang tiba-tiba menangis karena merasakan sakit digiginya. Kedua gadis itu pun akhirnya segera meninggalkan kantin dan berjalan cepat menuju UKS sekolah yang tergolong sangat lengkap itu.
Adara membuka kenop pintu dan langsung disambut dengan suara tangisan Kania yang tengah kesakitan. Adara tahu hal yang paling dibenci dan tidak diinginkan sahabatnya yang satu itu adalah sakit gigi makanya Kania sangat rajin menggosok giginya setiap saat. Bahkan dimasing-masing tasnya pun pasti ada pasta gigi dan sikat gigi.
Mendengar tangis sahabatnya membuat Adara maupun Agatha tidak tega dan membantu mendiamkan Kania dengan beberapa cara.
"Gue lihat gigi lo ya." Ucap Adara dengan pelan.
Kania menggelengkan kepalanya.
"Kalau nggak dilihat gimana mau tau, Kan." Timpal Agatha.
Akhirnya mau tak mau Kania membuka mulutnya lebar dan langsung diperiksa oleh Adara menggunakan senter yang berada dinakas. Rupanya ada gigi yang sudah mau patah dibagian atas giginya. Setelahnya Kania menutup mulutnya dan Adara mematikan senter.
"Ke dokter gigi aja yuk. Gigi lo ada yang mau patah itu harus buruan diambil biar nggak sakit terus." Ucap Adara yang langsung dibalas gelengan cepat oleh Kania.
"NGGAK MAUU!! POKOKNYA GUE NGGAK MAU KE DOKTER GIGII!! NANTI DISUNTIK GUSI GUE SAKITT!! BENGKAK PIPI GUE JADI JELEK NANTI HUAA!" Seru Kania dengan heboh yang untungnya UKS sedang sepi.
"Kalau nggak diambil emang lo mau sakit gigi terus? Kita berdua temenin deh." Bujuk Agatha.
"Nggak mau, Tha! Sakit nanti tuh pasti." Rengek Kania.
Adara menjauh sebentar dan mengambil ponselnya yang berada disaku bajunya. Kemudian gadis itu mencari nama Raga dan segera menelpon cowok itu. Tidak membutuhkan waktu lama sambungan pun terhubung yang langsung mendapat sapaan dari Raga.
"Kenapa, sayang?" Sapa Raga yang berada dikantin dan secara otomatis membuat pipi Adara merona karena panggilan darinya.
Fokus Ra fokus! Batin Adara.
"Ga, kamu ke UKS sekarang deh. Ajak Arga juga jangan lupa. Cepetan ya aku tunggu. URGENT!" Ucap Adara dan langsung mematikan sambungan sebelum ada jawaban.
"Bentar lagi Arga kesini." Ucap Adara dengan santai yang membuat Kania membulatkan mata.
"NGAPAIN?" Balas Kania panik.
"Ya gue suruh lihat lo lah. Sekalian nganterin lo ke dokter gigi." Ucap Adara dengan senyum manisnya.
Tidak lama dari itu suara pintu terbuka dan menampilkan tiga cowok tampan yang sedang berjalan menuju tempat mereka berada.
"Lo nggak papa kan?" Tanya Raga dengan wajah khawatir tercetak jelas disana.
"Nggak papa. Cuma Kania yang sakit gigi." Jawab Adara dengan senyum manisnya.
"Kenapa lo toa masjid?" Tanya Kenzi dengan terkekeh.
"Gigi gue sakit. Apa lo!" Jawab Kania dengan sinis.
"Kenapa nggak ke dokter gigi aja langsung?" Tanya Arga yang berada disebelah Kenzi.
"Takut.." Lirih Kania.
Seketika tawa Kenzi meledak memenuhi isi ruangan.
"ANJIRR CEWEK GALAK TERNYATA TAKUT SAMA DOKTER GIGI HAHAHA.." Seru Kenzi terbahak dengan keras.
"Diam Ken! Berisik amat sih." Ucap Agatha dengan mencubit pinggang cowok itu.
Kenzi mengiris pelan ketika mendapat cubitan itu. Setelahnya Arga bereaksi yang membuat semuanya terpaku melihat cowok blasteran arab itu yang menggendong Kania dengan ala bridal style. Semua mata terpaku karena tidak biasanya seorang Argamantara Samudra melakukan hal semanis itu kepada seorang cewek.
"Izinin gue sama Kania ke dokter." Ucap Arga sebelum meninggalkan teman-temannya yang masih menatap dirinya dan Kania.
"Gue berani taruhan mereka nggak lama lagi teken." Kenzi berucap dengan senyum jahilnya.
****
Adara berjalan dikoridor sekolah dengan membawa botol minum yang baru saja ia beli di kantin. Beberapa siswa yang ia lewati dikoridor seakan menghujamnya dengan tatapan yang aneh dan beberapa bisikan yang menggangu ketenangannya. Adara bersikap cuek dan biasa saja seakan tidak terjadi apapun.
Tetapi, ketika ia melewati mading sekolah disana ada satu cewek dan dua temannya yang menatapnya dengan sorot mata tidak bersahabat. Adara tahu siapa dia.
Dia adalah Garneta yang beberapa hari lalu menjadi pembicaraan disekolah karena kehadirannya bersama Raga ke sekolah. Adara tetap berjalan tidak peduli dengan tatapan itu, toh juga dia tidak kenal.
Tapi, satu suara membuat langkahnya mendadak berhenti.
"Jadi ini yang katanya Queen disekolah ini dengan akreditasi ketua osis terbaik dan murid kesayangan guru?" Ucap Garneta dengan gaya angkuhnya.
Adara hanya diam dan menatap datar Garneta yang berjalan mendekatinya.
"Katanya jadi contoh baik tapi tinggal serumah sama cowok yang bukan siapa-siapanya. Terbuktikan kalau yang terlihat baik diluar tapi ternyata nakal didalam." Lanjut Garneta dengan senyum miringnya.
Adara tersenyum manis, "Tapi yang sok tau belum tentu tau kan yang sebenarnya?" Balas Adara dengan tenang.
Garneta terkejut mendengar ucapan Adara yang terlihat tenang. Garneta pikir gadis itu akan dengan mudah menyulut api kemarahan pada Adara. Tetapi dugaannya salah, dia berbeda dari yang lain.
"Jangan nyari gara-gara duluan kalau masih baru. Nggak usah sok berkuasa disini apalagi nyebarin berita yang nggak-nggak ke orang lain. Mending kita berteman karena gue nggak ada waktu untuk ngurusin orang yang cuma nyari ribut dan ngincer jabatan disekolah." Ucap Adara lagi dengan senyum yang semakin lebar.
Sekali lagi Garneta dibuat bungkam oleh kalimat yang keluar dari mulut Adara. Adara tahu Garneta menginginkan berada diposisinya saat ini menjadi Queen of Most Wanted disekolah. Tapi, tidak semudah itu untuk dia mendapatkannya dengan memojokkan Adara seolah-olah Adara sebenarnya memiliki sifat yang buruk dibelakang.
Bukannya sombong, Adara hanya malas jika harus mengurusi orang seperti Garneta yang diluar dugaannya. Wajah cantik gadis itu tidak menjamin sifat dan perilakunya dari cara ia berbicara dan berjalan sekalipun. Hanya melihat dari hal kecil yang dilakukan orang saja Adara bisa membaca kepribadiannya. Tidak sia-sia ia belajar dan menguasai hal dibidang psikologi saat petukaran pelajar.
Adara berjalan meninggalkan Garneta beserta dua dayang barunya. Ketika sedang berjalan menuju kelasnya tiba-tiba bahunya dirangkul oleh seseorang. Raga berjalan disampingnya dengan senyum manis cowok itu yang membuat Adara terlena sesaat sebelum mengalihkan pandangnya kearah lain.
"Pilihan gue emang nggak salah dari dulu." Ucap Raga tiba-tiba dengan menepuk dadanya bangga.
"Udah cantik terus nggak cuma pinter tapi cerdas juga. She's so perfect!" Lanjut Raga lagi seolah orang yang ia maksud berada jauh darinya.
Adara hanya terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan cowok itu.
****
YUHUUU!!!APAKABAR PEMBACA KU YANG BUDIMAN??
MUEHEHE.. Maaf ya baru update lagi. Harap maklum mood suka dateng pergi kayak dia, eh:v
Soo.. Happy Reading manteman!
Salam Ciaaa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Ficção AdolescenteSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...