Malam semakin larut dan jam sudah menunjukkan pukul setengah satu malam sedangkan Adara masih setia duduk di sofa gantung yang berada didepan jendela kamar.
Dengan segelas cokelat hangat yang berharap bisa menghantarkan rasa kantuk tapi justru semakin membuat matanya susah tertutup.
Adara menatap langit malam untuk kesekian kalinya dengan mengingat perkataan Raga beberapa jam lalu di rooftop perusahaan keluarganya.
"Ma, kenapa Adara masih ngerasa ragu ya sama ucapan Raga tadi?" Tanya Adara sambil menatap langit malam seakan Mamanya akan menjawab.
Adara menghembuskan nafasnya berat. Saat gadis itu akan beranjak Raga sudah berada diambang pintu dengan celana training berwarna abu-abu dan kaos berwarna hitam.
Dengan penampilan akan tidur saja Raga terlihat sengat tampan. Cowok itu berjalan mendekat ke arah Adara dan berjongkok dibawah gadis itu. Menggenggam salah satu tangannya dan mengambil gelas putih itu untuk ditaruh dinakas terdekat.
Raga menatap teduh Adara dengan tangan yang menggenggam erat gadis itu hangat.
"Dari kapan kamu di kamar aku?" Tanya Adara pelan.
"Dari kamu ngegumam sendiri." Jawab Raga dengan suara yang berat dan serak.
"Kamu dengar aku ngomong apa?"
Raga mengangguk dan Adara terdiam.
Detik setelahnya Raga mengusap kepala gadisnya lembut. Menatap bola mata cokelat terang itu yang bersinar dibawah rembulan malam ini."Maaf.." Lirih Adara.
Raga tersenyum, "Nggak perlu minta maaf. Kamu nggak salah, Bie.."
Adara menengadahkan kepalanya sebentar menatap langit-langit kamarnya.
"Apa alasan kamu cinta dan sayang sama aku?" Tanya Adara.
Raga terdiam.
"Apa karena kamu cuma kasihan sama aku? Dimata kamu aku kayak apa sih, Ga?" Tanya Adara lagi.
"Apa semua ini karena janji dan rasa kasihan kamu ke aku? Karena aku udah nggak punya siapa-siapa lagi?" Adara terus bertanya dan tanpa sadar matanya mulai berkaca-kaca.
"Kenapa kamu diam aja? Apa semua pertanyaan aku benar?" Timpal Adara lagi. Kemudian gadis itu terkekeh.
"Harusnya aku sadar dari dulu kalau emang nggak ada orang yang beneran peduli sama aku. Begitupun kamu. Semuanya cuma kasihan sama aku nggak ada yang tulus cinta dan sayang sama aku." Cecar Adara.
Raga terdiam membiarkan Adara mengungkapkan semua keraguan dan isi hatinya selama ini.
Adara melepas genggaman tangan Raga tapi ditahan oleh cowok itu. Sedangkan Adara terdiam dan menatap Raga dengan tatapan yang sukar diartikan.
"Udah ngungkapin semua keraguan kamu sama aku?" Ucap Raga setelah beberapa lama diam.
"Aku sengaja diam biar kamu leluasa ngeluarin unek-unek kamu yang kamu simpan selama ini dan keraguan kamu sama aku." Sambungnya lagi.
"Aku selalu berusaha cari cara supaya kamu mau jujur sama aku. Ngeluarin apa yang kamu simpan sendirian. Setiap aku tanya kamu pasti jawab nggak papa tapi mata kamu nggak bisa bohong, Ra. Aku nggak pernah minta banyak sama kamu. Cuma mau minta apa yang kamu sembunyiin lewat mata kamu bisa kamu ucapin ke aku semuanya." Raga tersenyum meskipun hatinya sedikit sakit melihat Adara yang ternyata belum sepenuhnya percaya kepadanya.
"Aku bingung dan aku takut gimana caranya cerita ke kamu.." Ucap Adara dengan pelan.
"Apa yang kamu takutin?" Balas Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Fiksi RemajaSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...