SMA Angkasa sedang dihebohkan dengan berita yang menyangkut salah satu murid disekolah mereka terutama seorang siswi.
Video seorang gadis yang berada di club malam serta video gadis itu yang tengah berada diruangan kepala sekolah dengan memberikan amplop yang diketahui berisi uang dan bersamaan dengan surat keberangkatan biasiswa.
Tidak hanya suara rekaman suara terdengar yang semakin membuat satu sekolah terkejut dengan isi rekaman suara itu.
"Awalnya, gue masuk SMA Angkasa juga terpaksa. Gue mau nya masuk SMA Alangka tapi karena permintaan terakhir bokap akhirnya gue mutusin buat sekolah di Angkasa. Tapi ada untungnya karena gue tau banyak hal tentang sekolah ini dan gue juga bisa tau gimana caranya jatuhin sekolah ini. Banyak orang yang menilai orang lain dari covernya dan itu membuat gue semakin mudah buat ngehancurin repotasi sekolah ini. Ooh.. iya gue juga manfaatin Raga dan ngebuat cowok itu sebisa mungkin takluk sama gue dan bertekuk lutut dihadapan gue. Gue benci banget sama cowok sok cool kayak dia tapi demi masuk SMA Alangka gue perlu Raga untuk jadi perantara gue ngehancurin sekolah ini. Gue Mahkota Adara Melodyna nggak seperti apa yang mereka lihat."
Suara rekaman itu berputar jelas disetiap koridor bahkan kantin sekolah. Rekaman yang terdengar dari speaker sekolah itu dengan sekejab mampu menghunus semua orang yang mendengarnya termasuk murid yang menyuarakan itu.
Adara yang tengah berjalan dikoridor bersama Kania langsung berhenti mendengar suara rekaman yang mengatas nama kan dirinya. Sungguh demi apapun Adara berani bersumpah ia tidak pernah melakukannya apa lagi mengatakan hal itu. Semua ucapan itu fitnah tapi anehnya suara itu mirip dengannya.
Suara bisikan, tatapan benci dan sindiran mulai terdengar dikanan-kirinya. Bahkan suara sorakkan menghina dirinya pun langsung terdengar begitu saja.
"Ini semua fitnah!" Ucap Adara tapi semua sudah menjadi bubur mau Adara mengatakan apapun tidak akan membuat mereka percaya.
""Udah, Ra." Tenang Kania dengan membawa Adara pergi sedangkan gadis itu sempat memberontak tapi suara sorakan, caci-maki dan lemparan kertas akhirnya membuat Adara menurut.
Hingga akhirnya mereka berdua sampai di Taman Sekolah yang terlihat lebih sepi dari tempat lainnya. Jika cewek lain akan menangis, Adara justru memilik diam tapi otaknya terus berpikir. Tidak mungkin akan ada kejadian seperti ini jika tidak ada yang memulainya, tapi siapa?
Siapa yang tega melakukan hal ini kepadanya? Adara punya salah apa dengan orang itu? Apa kesalahannya sangat fatal sampai orang itu membuat semua ini? Siapa dia? Mengapa tidak menyelesaikan masalahnya dengan Adara saja? Mengapa harus dengan cara seperti ini?
Jika memang Adara memiliki salah. Adara akan dengan ikhlas meminta maaf bahkan kalau perlu ia akan berusaha mungkin agar orang itu mau memaafkannya. Sudah itu saja. Adara hanya ingin bertemu orangnya dan membicarakan ini semua.
"Minum dulu, Ra. Jangan terlalu dipikirin nanti lo sakit kepala lagi." Ucap Kania membuyarkan lamunannya.
Adara menatap Kania gamblang, "Lo percaya kan kalau itu bukan gue?" Tanya Adara dengan suara yang sedikit serak.
Kania tersenyum tulus dan mengangguk.
"Gue percaya itu bukan lo. Kalaupun semua orang percaya itu tandanya mereka bego karena selalu mendengar tanpa mau melihat orang yang mereka hakimi itu seperti apa selama ini. Selalu banyak celah buat ngelihat sebuah kesalahan. Lo nggak perlu takut yang lo harus lakuin sekarang itu ya hadapi semua ini." Kata Kania dengan bijak dan mengelus pundak Adara.
"Gue beruntung punya sahabat kayak lo, Kania."
"Gue jauh lebih beruntung punya sahabat kayak lo, Adara. Yang akan selalu senyum untuk menghadapi apapun masalah yang selalu hadir dihidup lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Teen FictionSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...