PROM 20
Di gedung tua dan lembab ini lah Adara berada. Dengan tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya membuat ia tidak bisa pergi kemana-mana. Sudah berkali-kali Gardu memintanya untuk menyebutkan kode rahasia itu sama sekali tidak ia jawab. Adara lebih memilih diam dan terus menatap cowok itu dengan sorot kebencian yang mendalam.
Bau alkohol dan asap rokok membuat nafas gadis itu sangat sesak. Adara tidak boleh terlihat lemah didepan cowok berengsek yang berada didepannya walaupun sesekali ia terbatuk ketika asap itu sengaja dihembuskan didepan wajahnya. Jika Adara memiliki kekuatasan bak seorang penyihir, ia bersumpah akan menghancurkan bahkan melenyapkan Gardu saat ini juga.
"Udahlah, Ra. Cowok lo itu udah mati dan nggak bakal nyelamatin lo disini." Ucap Gardu didepannya.
"Dia bakal dateng." Balas Adara penuh penekanan.
"Dia itu lagi dibawa ke rumah sakit tuh terus bakal dimakamin. Jadi, buat apa lo nunggu dia? Nggak ada orang yang peduli sama lo bahkan sahabat lo itu. Mereka cuma pura-pura baik didepan lo biar dapet eksistensi lo aja. Nggak lebih dari itu." Gardu kembali menghisap rokoknya dan menghembuskannya.
"Jadi lebih baik lo kasih tau kodenya. Gue jamin dan janji lo bakal dapet kebahagiaan yang jauh lebih bahagia dari apa yang Raga kasih ke lo kalau lo mau ngasih kode itu ke gue. Gimana?" Gardu masih menawarkan Adara pilihan yang sama sekali tidak membuat gadis itu tergiur.
"Gue nggak butuh kebahagiaan atau tawaran apapun dari cowok kasar dan berengsek kayak lo. Mau lo bilang Raga udah meninggal atau apalah gue nggak peduli. Karena gue yakin dia bakal dateng kesini buat nyelamatin gue dan ngehancurin lo." Balas Adara yang membuat rahang cowok didepannya mengeras.
PLAK!
Satu tamparan keras yang membuat pipi Adara terasa panas dan juga perih. Adara menatap wajah Gardu yang merah padam karena ucapannya dengan terkekeh.
"Dengan tamparan lo ini. Harusnya lo udah sadar kalau gue nggak akan dan nggak mungkin nerima lo ataupun perjodohan konyol yang bokap lo adain cuma untuk mengambil perusahaan dan harta orang tua gue." Adara tersenyum kecut.
"Lo salah nilai gue. Gue bukan cewek bodoh yang mudah buat lo tawarin ini itu." Sambung Adara yang membuat emosi Gardu meluap.
Gardu memecahkan botol-botol kaca dan menendang apa saja yang bisa ia jadikan pelampiasan kemarahannya karena ucapan cewek itu. Jujur, Adara takut sebenarnya tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takutnya karena ia tahu jika Adara terlihat lemah dan takut cowok itu akan semakin menyerangnya.
Sampai akhirnya, Gardu membawa satu botol kaca dan berjalan mendekati Adara yang sudah merinding melihat wajah dan matanya yang merah seperti kerasukan setan. Bersusah payah gadis itu menelan salivanya dengan degub jantung yang semakin kencang ketika Gardu mulai mengangkat botol itu dan siap ia pecahkan dikepala Adara.
Adara menutup matanya ketika botol itu sudah semakin dekat dengan kepalanya. Tetapi, tiba-tiba suara berat yang sangat ia kenal membuat kedua mata Adara terbuka dan melihat Raga yang menahan tangan Gardu.
"Jangan pernah sekali-kali lo sentuh atau bahkan sakitin cewek gue." Geram Raga dengan nafasnya yang memburu.
"Karena lo udah nyentuh dan nyakitin cewek gue. Jangan salahin gue kalau lo tinggal nama disini." Raga pun langsung memutar tangan Gardu sampai terdengar retakan yang sangat jelas.
Tidak hanya itu, Raga juga menendang tulang kering cowok tengil itu yang mulai mengaduh kesakitan. Setelahnya Raga memukul wajah Gardu dengan menggebu-gebu yang membuat bibir cowok itu sedikit sobek dan darah yang keluar dari hidungnya. Sampai akhirnya, Ari memisahkan Raga yang semakin kalap padahal Gardu sudah tidak bisa melawannya lagi.
"JANGAN PERNAH LO DEKETIN CEWEK GUE ATAU GANGGU DIA! SAMPAI LO BERANI NYENTUH DIA LAGI GUE BAKAL BUAT LO JAUH LEBIH PARAH DARI INI!" Geram Raga masih dengan nafas yang memburu dan tatapan yang nyalang.
"Udah, Ga. Adara jauh lebih penting sekarang." Ucap Ari yang membuat sepupunya itu kembali tersadar dan melihat Adara yang duduk dengan menekuk lututnya dan menyembunyikan wajahnya ditekukan tangannya.
Raga pun mendekati Adara yang bahunya bergetar dan suara isak tangis terdengar yang membuat hatinya terasa nyeri mendengarnya.
"Adara.." Ucap Raga lirih.
Raga pun menangkup dan memeluk tubuh dingin gadisnya. Adara membalas pelukkan Raga tak kalah erat dan berharap ketakutannya hilang dengan kehadiran cowok ini. Tangis Adara pecah bersamaan dengan pelukkan yang semakin erat dan membuat Raga bisa merasakan ketakutan yang gadis itu rasakan.
"Takut.." Lirih Adara ditengah isak tangisnya.
"Nggak perlu takut. Ada aku disini." Ucap Raga yang membuat hati Adara seketika kembali merasakan kehangatan.
Raga pun menggendong tubuh mungil itu dengan ala bridal style dan membawanya keluar dari gudang kosong yang lembab, dingin dan menyeramkan itu.
Ini yang terakhir. Batin Raga penuh keyakinan.
****
Yuhuuu!!Gimana PROM kali ini?
Udah sampai PROM 20 ajah hehehe.
Tenang belum bakal tamat ko ini masih pemanasan, So ikutin terus nyaw! Jangan lupa tinggalkan jejak juga :)Salam Ciaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Teen FictionSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...