Hari demi hari mulai Adara lewati dengan banyaknya perubahan. Adara yang dulu sebelum dekat dengan Raga kembali. Adara yang dingin, tidak banyak omong dan lebih memilih untuk memendam perasaannya sendiri. Untuknya kehilangan, kepergian, ditinggalkan beserta luka sudah menjadi bagian hidupnya bahkan makanan sehari-harinya.
Fitnah, tuduhan dan cacian itu sudah mulai kebal Adara dengar. Bahkan kata-kata kasar yang sering Raga lontarkan kepadanya sudah menjadi hal biasa. Adara bahkan tidak tahu apa yang membuat cowok itu bisa semudah itu percaya dengan fitnah dan tuduhan yang Garneta buat.
Ketika disaat semua orang menghakiminya, Adara hanya berharap Raga ada disampingnya. Membelanya dan memberikan semangat serta dukungan untuknya. Bukan malah menambah luka dihatinya dengan pergi berdua bersama cewek lain.
Satu lagi yang Adara tidak mengerti. Jika Raga sekarang dekat bahkan dikabarkan menjalin hubungan dengan Garneta. Mengapa cowok itu tidak memutuskannya? Mengapa cowok itu tidak membiarkannya pergi? Mengakhiri sebuah hubungan yang berakhir gantung ini?
Dimata cowok itu Adara selalu terlihat salah berbeda saat bersama Garneta. Semua kata-kata yang Raga ucapkan kepadanya semakin lama seperti layaknya nasi yang didiamkan berhari-hari. Basi. Hanya bualan semata agar Adara semakin jatuh dan takluk kepada cowok itu. Berpikir bahwa hanya dia tempat ternyaman Adara pulang begitupun sebaliknya.
Dan, selamat! Raga berhasil membuatnya jatuh sedalam ini. Jatuh kedalam lubang yang ia pikir akan berakhir indah namun nyatanya jauh lebih menyakitkan.
Hanya Kania, Agatha, Kenzi dan Arga saja yang masih tetap setia menemaninya dan membantunya serta memberi dukungan kepadanya untuk terus bangkit dan lawan semua masalah dengan kepala dingin. Karena orang baik akan selalu menang nantinya. Api dibalas api justru akan semakin membara sedangkan api dibalas dengan air akan padam. Maka, Adara memilih untuk menjadi air bukan menjadi api.
Seperti saat ini. Ketika api cemburu sedang berkobar hanya senyuman miris yang mampu Adara tunjukkan melihat Raga dan Garneta yang tengah berjalan bersama dengan tangan Garneta yang menggandeng lengan Raga dan diselingi tawa keduanya. Meskipun Raga hanya tertawa kecil tidak seperti Garneta yang terbahak.
Usapan rambut Raga kepada Garneta membuat Adara hanya mampu menghembuskan nafasnya berat. Air matanya sudah lelah hanya untuk menangisi cowok itu. Banyak hal yang harus Adara kerjakan mengingat ia sudah menginjak kelas dua belas.
Tapi seakan semesta tidak membiarkannya melupakan Raga yang membuat gadis itu sering melamun yang membuat Kania dan Agatha bingung harus bagaimana agar sahabat mereka kembali ceria, cerewet dan tertawa lagi seperti dahulu?
PRIIIT!!
Suara peluit tanda berkumpul itu terdengar dari mulut Pak Handoko guru olahraga mereka yang umurnya sudah berkepala lima. Hari ini adalah jadwal olahraga kelas XII IPA 1 dan meteri hari ini adalah lompat jauh.
Menurut urutan absen setelah siswa cowok bernama Abre itu melakukan loncat jauh. Sekarang giliran Adara yang berbaris dibelakangnya. Cuaca terik dan bersamaan dengan kepalanya yang sedikit sakit tidak menghalangi Adara untuk mengikuti penilaian hari ini.
Setelah diberi aba-aba, Adara berlari dan gadis itu mulai melompat dengan satu tumpuan kaki seperti yang sudah dicontohkan dibuku maupun oleh Pak Handoko.
Terhitung cukup jauh Adara melompat daripada teman-teman perempuan lainnya. Setelah membersihkan beberapa pasir yang menempel dicelana olahraganya Adara mulai berdiri dan berjalan kembali ke barisan.
Tapi sodoran air mineral menghentikan langkahnya.
Adara sedikit mendongak untuk menatap seseorang yang memberinya minum. Ditengahnya matahari yang sangat panas ini Adara tidak bisa berbohong jika Raga selalu tampan dalam keadaan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Roman pour AdolescentsSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...