- Jangan lupa diputer lagunya. Kalau habis puter aja terus sampai selesai baca okay!
****
Rumah besar dengan berdominasi warna gelap itu kini sedang mengadakan sebuah pesta besar untuk merayakan kemenangan mereka setelah menunggu empat tahun lamanya.
Alex dan Argus. Dua kakak beradik yang merupakan dalang dari semua kehancuran ini tengah duduk di sofa abu-abu dengan tangan yang membawa gelas yang berisi minuman berwarna merah.
Sedangkan Gardu dan Garneta mereka sedang bermain billiard yang berada di ruangan itu. Garneta fokus dengan bola berwarna putihnya hingga akhirnya ia berhasil membidik bola putih itu hingga bola-bola yang lain terpencar.
Garneta tersenyum sinis dan Gardu memberi tepuk tangan kepada sepupunya itu.
"Good girl! " Puji Gardu.
"Segitu doang mah gampang. Sama seperti membuat Raga takluk." Balas Garneta dengan angkuh.
"Oh iya, Papa belum tahu gimana ceritanya kamu bisa membuat Raga sampai bisa luluh seperti itu? Secara yang kita tahu Raga tipe yang dingin." Tanya Alex penasaran.
"Benar. Paman juga belum dengar cerita kamu." Timpal Argus juga.
Garneta hanya tersenyum manis dan mengambil gelasnya dari seorang pelayan didekatnya.
"Aku cinta pertama Raga. Jadi cukup mudah untuk mengambil kembali sebutan Pemeran Utama dihidup dia dan yang paling penting Raga masih sama seperti Raga bodoh yang selalu menuruti apa mau ku dan itu yang membuat Garneta mudah untuk menaklukkan Raga kembali." Kata Garneta yang membuat tiga lelaki itu menatap kagum kepadanya.
Hingga tiba-tiba suara pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang wanita cantik dengan kursi rodanya menatap dingin keempat orang jahat itu.
Anggun Deborah. Ibu Garneta dan juga istri Alex Permana yang sedari dulu tidak suka dan tidak menyetujui rencana jahat suaminya. Garneta yang polos sudah Alex rebut darinya. Anggun masih bertahan dirumah ini hanya karena Garneta. Ia ingin menyelamatkan Garneta tapi sayangnya anaknya itu sudah sulit untuk ia raih.
"Bersenang-senang lah dahulu sebelum nantinya kalian menerima buah dari apa yang kalian tanam selama ini." Ucap Anggun dengan dingin.
Alex tertawa meremehkan, "Sudah lah orang gila seperti kamu tidak usah ikut campur." Kata Alex yang membuat tatapan nyalang Anggun terpancar.
"Suster bawa Mama ke kamar." Perintah Garneta kepada seorang pelayan.
"Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui aku memiliki Ibu yang sakit jiwa." Sambung Garneta tanpa menatap Mamanya. Anggun tertegun dan menahan perih dimatanya.
Alex merangkul Garneta dan membawa anak gadisnya menjauh dari hadapan Anggun dengan dagu yang sengaja ia naikkan dan menunjukkan tatapan remeh karena Garneta yang lebih memilihnya daripada Anggun.
Setidaknya dengan mereka yang mengira aku gila bisa mempermudah aku untuk memberikan surat-surat bukti kepada Pak Abraham. Batin Anggun sebelum akhirnya seorang suster membawanya masuk kedalam kamar.
****
Raga berlari kencang menuju ruang rawat Adara dengan berbagai pertanyaan muncul dikepalanya. Hatinya bergemuruh dan nafasnya yang memburu membuat Raga menjadi berpikir yang tidak-tidak.
Panik dan khawatir yang saat ini ada dibenak Raga. Hingga akhirnya ia sampai di kamar bernomorkan 245 tempat Adara berada. Tepat saat Raga sampai seorang dokter datang dengan mengalungkan stetoskop dilehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Teen FictionSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...