PROM-36

1.5K 127 4
                                        

Suasana tegang, sedih, dan semua rasa negatif lainnya berkumpul di rumah besar milik keluarga Megantara. Hal yang tidak pernah mereka duga sebelumnya pun membuat keluarga itu terguncang.

Dirumah besar itu ada Adam, Arina, Raga, Ari, Alden, dan Agatha yang berkumpul.

Tiga jam yang lalu keluarga Permana atau lebih tepatnya keluarga Garneta datang dengan membawa surat perjanjian dan juga membahas pertunangan Raga dan Garneta yang dicepatkan.

Adam, Arina, dan Alden sebenarnya sudah pulang sekitar seminggu lalu. Tapi mereka tidak mengijinkan Alden untuk kembali ke rumah menemui Adara demi kelancaran rencana.

Saat ini perusahaan milik Adam dan Arina sedang terancam akan berpindah alih ke perusahaan milik keluarga Garneta.

Adam yang mengira jika Alex benar-benar tulus dan mau bekerja sama dengan perusahaannya pun ternyata salah. Alex justru lebih licik daripada Argus untuk mengambil alih perusahaan miliknya dengan cara bekerja sama dan menanam saham diperusahaannya.

Kini mereka mengancam akan merebut perusahaan Megantara jika Raga tidak mau menerima perjodohan dengan Garneta.

Sungguh rumit. Adam merasa sangat bersalah dan gagal menjadi seorang Ayah karena tidak bisa berbuat apa-apa toh juga Alex sudah mengetahui kelemahan perusahaan dan kerja sama yang ada didalam perusahaannya.

Tapi, Raga bukannya marah. Dia justru memilih diam dan menyetujui permainan yang dibuat Garneta beserta keluarganya.

Keluarga Permana dan Keluarga Sanjaya itu sama saja. Garneta dan Gardu pun sama saja. Mereka akan menghalalkan segala cara agar apa yang mereka mau bisa didapatnya.

Kini, yang ada dipikiran Raga hanya Adara. Keselamatan gadis itu. Kemarin saat Raga datang malam-malam untuk memastikan Adara baik-baik saja dan melepas rindu walau hanya menatap gadis itu yang sedang tertidur ia melihat dua orang bertubuh besar dengan pakaian serba hitam berada dibeberapa titik rumah Adara.

Raga mengingat beberapa orang itu sama seperti saat pertunangan Gardu dan Adara yang batal dua tahun lalu. Dengan otak cerdasnya Raga bisa menyimpulkan mereka adalah orang suruhan dua keluarga licik itu.

"Tiga hari belakangan ini aku sering lihat orang-orang yang tubuhnya besar ngeri gitu ada disekitar rumah Adara. Mulai komplek, depan rumah walaupun nggak terlalu deket, sama dibelakang rumah terakhir waktu aku duduk di taman atas." Ucap Agatha yang membuat semuanya tertuju padanya.

"Gue juga. Tapi waktu itu gue sempat nemu map cokelat yang mencurigakan juga dari orang yang pakai baju hitam sama topi hitam tapi tubuhnya nggak besar biasa aja. Dia naruh terus mencet bel habis itu pergi." Tambah Ari.

"Mapnya lo ambil?" Tanya Alden dan Ari mengangguk.

"Didalamnya ada kertas kayak perjanjian gitu kalau Adara nggak tanda tangan dia bakal celaka. Terus ada foto Adara bareng keluarganya sama Rangga." Ucap Ari.

"Ternyata mereka masih dendam sama orang tua Adara. Nggak seharusnya Ayah membiarkan Alex menanam saham itu. Maaf kan Ayah, Raga." Kata Adam dengan sangat menyesal.

"Bukan salah Ayah. Ini salah mereka. Raga janji sama diri Raga dan semuanya. Mereka akan hancur bersamaan dengan hari pertunangan." Ucap Raga dingin dengan rahangnya yang mengeras.

Tiba-tiba suara seseorang membuat semuanya terkejut dan terheran.

"Mereka belum menanam saham, Yah." Ucap Raka tiba-tiba datang dengan membawa berkas.
Raga tersenyum miring, "Udah dapat?" Tanya Raga yang dibalas senyuman oleh Raka.

"Udah, capt! Sesuai perintah." Jawab Raka dengan memberikan map cokelat yang lumayan tebal kepada Raga.

Sebulan yang lalu saat Raka menginap dirumah Kakek dan Neneknya ia sempat melihat ada yang janggal dari kepergian orangtuanya bersama Alden. Saat Raka sedang belajar dikamarnya Kakeknya datang dengan membawa map cokelat yang sama seperti yang ia bawa saat ini. Kakek Abraham tersenyum menatap cucu paling kecilnya dan berucap dengan logat jawa yang masih melekat itu.

ADARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang