Kamu memang berada didekat ku. Tapi mengapa aku merasa kamu sangat jauh dari ku?
****"Ibu percaya kan kalau Adara nggak mungkin melakukan semua itu? Bahkan uang yang Adara kasih ke Pak Agus itu juga uang yang Adara titipkan dari Mama untuk membayar kue yang Mama pesan ke istri Pak Agus, Bu." Jelas Adara kepada Bu Andini wali kelasnya saat kelas sepuluh.
"Iya Adara. Ibu percaya dan pihak sekolah pun percaya kamu tidak seperti itu. Tapi yang membuat semua guru bahkan kepala sekolah ragu itu dari rekaman yang terdengar dipenjuru sekolah. Kami pun sudah menghubungi Pak Agus. Tapi sepertinya beliau ganti nomor selama di Amerika. Jalan satu-satunya kita harus menunggu beliau sampai pulang ke Indonesia untuk menjadi saksi sebenarnya." Ucap Bu Andini dengan manatap Adara prihatin.
"Pak Agus kapan pulang?" Tanya Adara.
"Sebulan lagi. Sebelum kalian ujian sekolah dan ujian nasional." Jawab Bu Andini.
Adara mulai panik walaupun ia tidak menunjukkannya tapi Bu Andini tahu dari mata gadis itu.
Bu Andini menggenggam tangan murid kesayangannya yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri. Gadis yang sudah memikul banyak beban dipundaknya sendirian.
"Satu persatu. Nggak semua ada jawabannya sekarang, Nak. Ibu yakin Tuhan selalu ada dipihak orang yang benar." Ucap Bu Andini dengan bijak.
Setelahnya Bu Andini memeluk tubuh dingin Adara dengan sayang. Tubuh gadis itu dingin dan bergetar tapi ia tidak menangis. Hanya diam dan diam dengan tatapan kosong.
Darah tiba-tiba mengalir dari hidung Adara tanpa gadis itu sadari. Adara mengusapnya yang membuat Bu Andini melonggarkan pelukan mereka dan menatap terkejut Adara.
"Adara kamu sakit?" Tanya Bu Andini panik.
Beliau langsung mengambil kotak tisu dimejanya dan membantu Adara membersihkan darah yang masih mengalir dihidung gadis itu.
"Nggak, Bu." Jawab Adara pelan.
"Tapi kamu mimisan gini. Sejak kapan?" Tanya Bu Andini lagi.
"Sebulan ini." Jawab Adara tenang.
Bu Andini membulatkan matanya lebar, "Sebulan dan kamu masih bisa tenang Adaraa??!!" Seru Bu Andini tidak habis pikir.
"Kecapekan aja mungkin. Akhir-akhir ini juga banyak kegiatan sama tugas, Bu." Balas Adara berusaha menenangkan Bu Andini agar tidak panik.
"Udah periksa ke dokter?"
Adara menggeleng.
"Ibu antar kamu sekarang periksa. Nggak ada penolakan Adara. Ibu yang akan ijinin nanti." Ucap Bu Andini dengan berdiri dari tempatnya dan bersiap mengambil tasnya.
Sedangkan Adara hanya mampu diam dan menurut jika Bu Andini sudah protektif dan khawatir seperti ini kepadanya.
Tapi Adara bersyukur. Setidaknya ia masih memiliki orang tua yang mampu membuatnya merasakan hangat dan berlindung disaat dunia mulai menghakiminya.
Meskipun bukan orang tua kandungnya..
****

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Teen FictionSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...