PROM 16.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan motor besar berwarna putih itu telah sampai dirumah besar bernuansa modern milik Adara. Tamu-tamu sudah pulang sedari tadi walaupun masih terdapat beberapa penjaga dan orang-orang yang membersihkan rumah selepas acara pengajian. Kini hanya terdapat dua mobil satu motor yang terparkir dihalaman rumah.
Adara dan Raga masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang keluarga yang terdapat Alden, orang tua dan adik Raga yaitu Raka. Arina langsung berdiri ketika melihat Adara pulang bersama Raga dan langsung memeluk erat gadis itu layaknya putrinya sendiri.
"Adara kamu kemana aja, sayang? Semua yang ada disini khawatir sama kamu. Bunda sampai mau pingsan waktu Alden bilang kalau kamu hilang habis dari pemakaman. Bunda mikirnya kemana-mana ini teh si neng geulis dimana? Ditelepon nggak diangkat. Kamu nggak papa kan dijalan? Raga nggak bikin kamu lecet kan?" Ucap Arina dengan pertanyaan yang bertubi-tubi yang membuat Adara terkekeh dan kembali teringat dengan sosok mamanya.
"Adara nggak papa, tante. Maaf udah bikin semuanya khawatir." Balas Adara dengan menundukkan kepalanya.
"Adara nggak salah. Kami semua mengerti kamu butuh ruang sendiri untuk menerima semuanya." Ucap Adam dengan tersenyum hangat dan mengelus rambut Adara.
"Cantik, sekarang kamu kalau ada apa-apa bisa cerita ke Bunda jangan disimpan sendiri karena Bunda sama Ayah akan berusaha buat bantuin kamu dan kalau kamu mau apa bilang aja sama Ayah nanti Ayah beliin buat kamu. Jangan sedih lagi ya, Bunda ikut sedih kalau kamu terus-terusan sedih. Ikhlasin Mama kamu biar tenang disana sama Papa, ya." Sambung Arina dengan khas keibuannya.
Adara mengangguk." Adara boleh peluk tante sama om?" Tanya Adara meminta izin yang langsung disetujui tanpa diminta.
"Makasih banyak Om, Tan." Ucap Adara dengan satu air mata menetes.
Arina pun melepas pelukan mereka dan berganti mengusap air mata dipipi gadis itu.
"Mulai sekarang Adara nggak boleh panggil pakai sebutan tante lagi. Harus Bunda pokoknya." Ucap Arina yang diberi anggukkan dari Adara.
"Sekarang Adara tidur dikamar biar ditemenin Bunda, ya nak. Ayah mau ngobrol sama Raga dulu berdua." Ucap Adam yang langsung disetujui semuanya.
Semua pun kembali ke kamar mereka masing-masing karena malam ini keluarga Adam Megantara memutuskan untuk tidur dirumah Adara menemani gadis itu dan juga Alden yang hanya mereka berdua saja dirumah. Sebelum itu Raka adiknya tertawa melihat kakaknya.
"Mampus lo disidang ayah, Bhay." Ucap Raka terkekeh yang membuat wajah kakaknya semakin datar.
"Raka mau ikutan juga?" Ucap Adam yang membuat bocah SMP kelas tiga itu mendadak diam.
"Nggak, Yah. Makasih, lain kali aja." Balas Raka dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan berjalan masuk ke kamar milik Alden.
Dan kini hanya tersisa Raga dan Ayahnya yang berada diruang keluarga. Raga yakin setelah ini Ayahnya akan memberinya segudang pertanyaan yang membuat Raga harus siap dengan jawaban yang pas untuk ayahnya.
"Kamu serius sama Adara?" Tanya Ayahnya langsung kepada intinya yang membuat cowok jangkung itu terdiam dan menatap ayahnya yang menunggu jawaban.
****
Oleee!! Salam Ciaaa!!Hayolohh Raga kira-kira jawab apa yaa?
Wkwk.
Happy Reading!
Stay nyaw!
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA [SELESAI]
Ficção AdolescenteSetiap orang pasti akan mengalami perubahan. Ntah karena diri sendiri, orang lain atau hal lain yang membuat seseorang itu berubah. Itu yang kini tengah dialami oleh gadis cantik dengan mata cokelat terangnya. Perubahan sikapnya yang menjadi lebih...