20. Planning

550 62 2
                                    

Adreen Pov

Sore ini aku masih duduk diteras rumahku. Dengan memainkan ponselku.

Clinting..

Hpku bergetar tanda pesan masuk. Lalu aku langsung membukanya.

Esta🌟
Kau tak sibuk kan sore ini?!

AdreenSh
Tidak, ada apa?!

Esta🌟
Bisa temui aku di halte depan kompleks

Adreensh
Baiklah aku berangkat sekarang.

Esta🌟
Aku tunggu 😊

Aku tersenyum. Dan bergegas menuju halte. Aku penasaran mengapa Esta mengajakku untuk bertemu.

Aku berjalan sambil bersenandung kecil. Sedikit lagi aku sampai disana. Dan aku sudah bisa melihat sosok lelaki yang sebaya denganku duduk dibangku halte. Ya itu pasti Esta.

"Esta," panggilku.

Anak itu menoleh kearahku dan menunjukan senyumnya padaku. Lalu aku berlari kecil menghapirinya.

"Ada apa?!" Ucapku.

"Maafkan aku jika selama ini aku merepotkanmu. Aku orang yang paling cemburu saat merasa kamu bersama dengan lelaki lain. Maaf jika aku tak tahu diri." Ucapnya sambil menunduk.

"Hei, apa yang kau katakan?! Kau tak pernah merepotkanku. Kau jangan bilang seperti itu. Justru aku yang tak bisa hidup tanpamu," ucapku

Dia menoleh kearahku dan langsung memelukku. Aku dapat mencium aroma tubuhnya yang segar.

"Terimakasih Adreen, kau satu-satunya sahabatku yang paling aku percaya." Ucapnya.

Nyesek cuma dianggap sahabat, padahal aku sudah menganggapnya lebih dari sahabat.

Aku tersenyum dan membelai rambutnya. Lalu dia melepaskan pukulannya.

"Sebentar lagi kita ujian, lebih baik kita belajar. Oh ya, kau akan melanjutkan kemana?!" Ucapku.

"Dalthon Internasional high school. Ku harap kau juga mau melanjutkan kesana, aku berencana masuk dengan jalur beasiswa." Ucapnya.

Jelas aku terkejut. Itu SMA elit, bukan hanya siswa Indonesia yang sekolah namun dari berbagai negara juga sekolah disana. Ya sekolah itu menerima murid yang keterbatasan. Dengan melalui jalur beasiswa.

"Tapi Ta,," ucapku.

"Kenapa?!" Ucapnya.

"Aku tak tahu apakah aku bisa sekolah disana?! IQ ku tak sepintar kamu. Aku takut jika tidak diterima disana," ucapku lirih.

"Kau berusaha saja dulu. Jika memang tidak bisa aku tidak memaksa. Tapi aku harap kau bisa. Karena ku tahu kau sama pintarnya denganku." Ucap Esta.

Aku tersenyum dan mengangguk mantap padanya.

"Aku akan berusaha. Dan bisa bersekolah bersamamu." Ucapku dengan semangat 45.

Dia menujukkan senyumnya yang menawan. Lagi-lagi pipiku langsung memerah karena melihat senyumnya.

____________________

Vote comment gaes

Senja ● Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang