(Season 2) 3. Truth

409 49 0
                                    

"Beneran?!" Ucap Esta dengan terkejut.

Seno mengangguk lemah.

"Kok aku gak pernah ngerasain keberadaan kamu. Bahkan aku juga gak kenal kamu," ucap Esta.

Seno menunduk dan tersenyum.

"Aku takut ketemu sama orang. Takut kalau orang itu gak suka sama aku." Ucap Seno.

"Kenapa gitu?!" Ucap Esta.

"Ya karena aku penyakitan. Bahkan orang tua aku pergi ninggalin aku karena penyakit ini. Aku iri sama kamu Ta, walaupun kamu gak sempurna tapi banyak yang sayang sama kamu," ucap Seno.

"Udah, semua orang gak ada yang sempurna Sen. Kamu gak boleh ngeluh gitu, semua pasti ada hikmahnya." Ucap Esta.

Seno tersenyum dan memegangi dadanya yang kini nyeri.

"Sen, gak papa kan?!" Ucap Esta.

"Dadaku nyeri Ta," ucap Seno sambil memegang dada kirinya.

"Kita pulang sekarang." Ucap Esta lalu menarik tangan Seno untuk mempercepat langkahnya.

Mereka sampai di asrama Bunda Ranti. Dengan panik ia menggandeng Seno yang kini sudah tak sadarkan diri.

"Ya ampun Esta, Seno kenapa?!" Ucap Bunda Ranti.

"Dadanya nyeri katanya, terus tiba-tiba dia pingsan." Ucap Esta.

"Yaudah, Davin tolong bawa Seno ke kamar." Ucap Bunda Ranti

"Kamarnya dimana Bun?!" Ucap Nevan dengan menggunakan bahasa isyarat.

"Kamar Esta yang dulu," ucap Bunda Ranti.

Nevan mengangguk. Dan membawa Seno ke kamarnya. Bukan, lebih tepatnya kamar Esta yang lama.

"Bun, sebenarnya Seno sakit apa sih?!" Tanya Esta yang kini duduk di Shofa.

"Ehm, dia sebenarnya sakit jantung. Jantungnya lemah, makanya dia gak boleh lelah apa lagi marah-marah." Ucap Bunda Ranti.

"Bukannya dia sering marah-marah?! Uh kasian sama jantungnya," Gumam Esta dalam hati.

"Ehm Esta, ini sudah sore. Kau tak mau pulang kerumahmu?! Nanti Ibumu mencari. Cepatlah segera pulang," ucap Bunda Ranti.

"Ehm, untuk malam ini aku menginap disini saja ya Bun, aku merindukan kalian. Sudah lamakan aku tidak bersama kalian," ucap Esta.

Ya semenjak hari kelulusannya, Esta tinggal bersama dengan orang tua kandungnya.

"Ehm baiklah. Tapi sebaiknya kau kabari dulu ibumu. Takutnya dia mencarimu," ucap Bunda Ranti.

Lalu Esta mengirimkan pesan pada pada ibunya bahwa malam ini ia menginap di asrama.

____________________

Hari berganti, mentari kembali bersinar. Sinarnya menembus ke jendela kamar hingga membuat mereka terbangun dari mimpi indahnya.

"Esta disini?!" Gumam Seno yang setengah sadar.

"Ehm... Seno sudah sadar," ucap Esta.

"Memang aku kenapa?!" Ucap Seno.

"Sudah. Nanti ku ceritakan. Ayo siap-siap kita harus pergi ke sekolah." Ucap Esta.

Seno mengangguk. Dan mereka bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Tak lama setelah itu mereka langsung berangkat menuju ke sekolah mereka.

"Esta," panggil Seno.

"Iya," ucap Esta.

"Tolong ya, jangan ceritakan penyakitku pada mereka. Aku takut jika mereka memilih untuk menjauhiku." Ucap Seno.

"Kau tenang saja, aku pandai kok dalam menjaga rahasia. Jangan terlalu dipikirkan." Ucap Esta sambil merangkul Seno.

"Esta," panggil seseorang dari belakang mereka.

Mereka menghentikan langkahnya dan langsung menoleh kearah suara itu.

"Adreen," ucap Esta tersenyum.

"Dia siapa?!" Ucap Adreen.

"Ah kenalkan dia teman baruku, Seno namanya." Ucap Esta.

"Adreen," ucap Adreen sambil bersalaman dengan Seno.

Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama menuju sekolahnya.

_________________
Vote comment gaes.

Senja ● Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang