Jangan diam
Aku juga butuh perjuanganmu
Dapatkan hatiku, jika kau memang mencintaiku.***
Malam ini aku menonton anime dari laptop kesayanganku. Setelah mengerjakan PR dan belajar aku belum memutuskan untuk tidur. Waktu juga belum larut jadi aku masih ada waktu untuk bersantai. Pukul 20.21 wib. Sebenarnya yang aku tonton ini bukan anime baru. Kimi ni todoke sudah rilis beberapa tahun lalu. Tapi aku sangat menyukai cerita ini. Kisahnya tak muluk-muluk tentang cinta, tapi ada kisah persahabatan di dalamnya.
Getaran sesuatu mengusikku saat tengah asik menonton. Aku menyentuh ponselku di samping kasur yang aku duduki. Senyum lantas mengembang di bibirku. Juna menelepon. Dengan segera jariku menggeser tombol hijau. Setuju dengan panggilannya untukku.
"Hallo.." sapaku. Sumpah aku deg-degan karena baru pertama kali Juna meneleponku. Aku jadi ingin tau suaranya di telepon seperti apa.
"Hem.. lo lagi apa?" Ucapnya dari sebrang sana.
"Habis ngerjain PR, terus sekarang nonton anime. Kamu lagi apa sekarang?" Balasku. Jantung masih saja berdetak tak karuan.
"Nggak ngapa-ngapain. Cuma duduk di balkon" jawabnya.
Otakku mencoba berpikir apa lagi yang ingin kutanyakan. Agar panggilan ini tak terputus karena tak adanya topik seru yang akan kami bahas. Berpikirlah POFLY!
"Kamu kenapa telepon.." itulah kata yang akhirnya terucap olehku. Aku menggigit bibir bawahku cemas.
"Pengin aja. Kamu suka anime?" Tanyanya.
"Iya suka. Ayah yang coba ngenalin aku budaya orang Jepang." Jawabku antusias.
"Ayah kamu orang Jepang?" Tebak Juna.
"Hemb.. iya, ayah aku orang Jepang. Tapi udah jadi warga Indonesia sekarang." Jawabku.
"Jadi marga Harata itu dari ayah kamu yang orang Jepang?" Tanyanya. Yang membuat aku terkejut. Juna udah tau nama panjang aku. Perasaan aku sama sekali belum memberitahunya nama lengkapku.
"Eh? Kok kamu udah tau nama marga aku?" Heranku dari sini.
"Ck! Ya tau lah. Emang gue berani nembak cewek yang gue sendiri nggak tau identitasnya." Jelasnya. Dan aku di sini manggut-manggut mengerti.
"Hehe.. iya iya. Kamu udah makan? Harus berapa hari perban dan gips kamu boleh dilepas?" Tanpa sadar aku mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
"Tanya satu-satu, nggak bisa?" Ketusnya. "Gue udah makan. Paling 1-2 mingguan" lanjutnya menjawab semua pertanyaanku.
"Terus kalau udah sembuh kamu mau balap lagi?" Tanyaku takut-takut.
"Iya.." kumat deh nada dinginnya. Seharusnya aku tak menanyakan itu padanya tadi. Tapi aku juga penasaran.
"Juna kamu marah?"
"Nggak. Kenapa harus marah?" Ucapnya terdengar santai.
"Tapi tadi jawabnya singkat banget"
"Nggak, gue nggak marah. Nanti kalau gue udah balap lagi. Lo temenin gue di sana. Biar lo bisa lihat gue balap sekalian" entah tidak sadar mulutku membuka mendengar ucapan Juna itu. Yang benar saja aku datang ke arena balap. Bisa-bisa aku diseret ibu jika ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
General FictionAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...