Aku melihat dia dari balik jendela kamarku. Kalian pasti penasaran siapa dia? Pria yang dulu pernah meninggalkanku dan berjanji akan kembali. Dan itu benar, dia kembali setelah 2 tahun kepergiannya.
Saat dia kembali aku begitu senang. Setelah sekian lama berada di penantian. Arjuna datang menepati janji pertemuan kita.
Ada satu hal lagi yang membuatku jauh lebih senang. Arjuna langsung melamarku di hari kepulangannya. Dan membawaku ke negeri kelahiran ibuku. Kami sama-sama melanjutkan study di Inggris.
Aku menghampiri Juna yang tengah duduk di kursi taman belakang rumah kami. Dengan buku yang bertengger di tangannya. Aku lantas meletakkan secangkir teh yang baru saja kubuat di meja. Juna belum menginterupsi. Jangan tanya Juna sudah berubah dari sifat dinginnya. Jawabannya jelas tidak akan pernah!
Yah, walau kami sudah bertunangan bukan berarti Juna akan berubah semakin manis padaku. Juna tetap Juna. Yang dingin dan arogan.
"Juna, aku punya sesuatu buat kamu" kataku mencoba mengambil perhatian Juna. Juna kemudian menutup bukunya dan sudah beralih menatapku. Aku terus tersenyum. Kuharap Juna akan menyukai benda yang kubawa.
"Apa?" Tanyanya. Sembari meminum teh yang kusuguhkan tadi.
Dengan ragu aku meletakkan benda putih itu ke meja. Juna menoleh dan memperhatikan benda itu. Selanjutnya ia memberi respon kagetnya. Matanya membulat tak percaya.
"Dua garis?" Katanya.
Aku mengangguk dengan senyum yang tak sekalipun luntur dari bibirku.
Juna beranjak dari duduknya. Ia menarikku untuk berdiri dan memelukku. Pelukan hangat yang setiap harinya aku dapatkan. Kini semakin terasa lebih hangat. Juna mencium keningku bertubi-tubi. Aku tau dia sangat senang, begitu juga aku. Karena ini yang kami nantikan.
Juna sudah sangat lama menungguku hamil. Entah apa yang membuatnya ingin segera memiliki anak.
"Udah berapa minggu?" Tanyanya. Setelah pelukan kami terlepas.
"Aku telat 2 minggu" jawabku.
Juna mengelus lembut pipiku. Aku melihat sedikit rasa takut di wajahnya.
"Kamu takut?" Tanyaku.
"Aku bakal lebih jaga kamu di kehamilan ini." Katanya.
Sepertinya Juna ada trauma saat tau aku mengalami keguguran dulu. Iya, ini bukan kehamilan pertamaku. Aku pernah kehilangan calon bayiku. Juna panik dan ketakutan banget waktu itu. Sampai ibu, ayah dan juga papi Juna melakukan penerbangan dadakan karena menerima kabar itu. Semua cemas.
Dan untuk kali ini aku memang harus lebih ekstra hati-hati. Hamil muda sangat rentan keguguran karena janin masih belum kuat.
"Jangan stres. Kalau ada masalah langsung cerita" nasehat Juna.
Stres mungkin faktor yang membuatku keguguran waktu itu. Sebagai mahasiswa aku jelas merasa sangat terbebani dengan berbagai tugas yang ada. Sampai melupakan kalau saat itu aku sedang hamil.
"Jadi kapan kita melangsungkan pernikahan?" Tanyanku.
"Segera. Aku bakal siapin dari sekarang. Kita udah sidang dan tersisa nunggu wisuda" jawabnya.
"Makasihh" kataku.
"Untuk?"
"Untuk mau nikahin aku"
Aku tersenyum lebar. Aku tidak sabar untuk menuju hari bahagia itu. Itu hal sangat aku nantikan.
Juna memelukku kembali. Aku membenamkan kepalaku di dadanya. Dengan dia yang sudah meletakkan dagunya di kepalaku.
"Kamu sumber kebahagiaan aku. Terimakasih karena sudah mau menungguku kembali"
°♡♡♡°
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
General FictionAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...