Di sini aku sadar
Mencintaimu perlu bersabar
Hati takkan mudah luluh seperti es yang keras dan dingin akan meleleh terpapar suhu panas.***
Aku kebingungan saat jam istirahat pertama berbunyi. Pasalanya hari ini Kinan tidak masuk sekolah. Ia demam dan aku menjadi sendirian sekarang. Jika bersama teman-temanku yang lain pasti pada ribut sendiri. Dan aku tak suka dengan keriuhan. Lebih baik aku berteman dengan satu orang tetapi selalu membuatku nyaman.
Mataku yang sipit ini kucoba untuk mencari tempat yang pas untukku gunakan makan siang. Aku jadi gugup sendiri saat tak ada teman seperti ini. Aku berbinar saat melihat bangku pojok sana kosong. Aku segera melangkah ke sana. Tapi sebelum sampai. Kaki seseorang menghadangku. Aku mendongak untuk melihat siapa pemiliknya. Entah kenapa rasanya aku akan sport jantung saat memandang parasnya. "Juna.."
"Sendiri?" Tanyanya dengan flat face.
Aku mengangguk saja sebagai jawaban. Mulutku kelu setiap tatapan dingin Juna menahan netraku untuk berpaling. "Tunggu di sini" ujarnya. Lalu entah ke mana ia meninggalkanku. Tetapi beberapa menit kemudian ia datang dengan membawa sebuah nampan berisi menu makan siang hari ini.
"Kita duduk berdua. Atau lo mau duduk di sana bareng temen-temen gue" tunjuknya pakai dagu ke meja teman-temannya yang sedang makan bersama di tengah-tengah ruang kantin ini. "Aku duduk sendiri aja.." jawabku akhirnya. Juna menggeleng. "Ya udah gue temenin" jawabnya. Membuatku ingin tersedak ludah sendiri. Cobaan apalagi ini Tuhan?
Aku makan dengan keheningan bersama Juna. Juna juga hanya diam tidak berselera membuka topik apa pun padaku. Kurasakan ponsel di saku blezer bergetar. Aku segera mengambilnya. Sebuah pesan... dari ayah. Aku mengulas senyum saat membukanya.
Ayah❤
Nanti pulang cepet ya sweetheart. Ayah ada oleh-oleh buat kamu.Jariku dengan cepat membalas pesan ayah. Aku sangat merindukan pria itu. Tak bertemu beberapa hari rasanya seperti berabad-abad lamanya. Aku meletakkan ponselku di sebelah nampan setelah selesai membalas dan mengiyakan titah ayah tadi. Kulihat Juna mengerutkan keningnya padaku. Dan tatapan matanya memincing seperti akan menerkamku hidup-hidup. "Siapa?" Tanyanya. Dengan nada selidik.
"Ayah aku. Ke,kenapa?" Jawabku terbata. Seperti tak percaya dengan perkataanku tadi, Juna lantas mengambil ponselku begitu saja dan membukanya. "Apa password-nya?" Tanyanya lagi. Karena tak bisa mengakses ponselku. "Sini, aku aja" jawabku ingin mengambil ponselku. Tapi Juna mencegahnya. "Nggak. Lo bilang dulu apa? Gue juga butuh tau" katanya.
"101997" jawabku padanya. Juna langsung saja mengetiknya di ponselku. Ia seperti meneliti semua isi pesanku. Aku tenang saja karena memang hanya ada pesan ayah, ibu, Kinan, dan dirinya di dalam sana. "Ck! Hapus foto mantan lo" Juna dengan sepelenya meletakkan ponselku dengan sembarangan di meja. Aku lalu mengambilnya. Dan, astaga benar saja. Juna melihat seluruh foto di galeriku. Yang isinya semua foto selfie aku dan Edo dulu. Aku jadi mengingat potongan memori saat bersama Edo. Kenapa Juna harus membukanya. Dan apa? Juna menyuruhku menghapusnya. Aku memandang Juna. Yang dipandang justru memasang muka garang. "Hapus" ketusnya.
"Sini kalau nggak mau hapus. Biar gue aja yang hapus" ucapnya merebut ponselku lagi. Mana bisa aku menghapus kenangan gambar itu Juna. Kau tak tau seberapa berharga kenangan itu. Tapi tunggu, otakku lalu berfikir. Apa Juna cemburu? Apa dia sungguh mencintaiku. Dan menganggapku ini pacarnya. Juna yang sudah selesai mengubek ponselku lantas mengembalikannya padaku lagi. Aku mengeceknya. Seluruh fotoku benar-benar dihapus olehnya. Ada rasa sedih saat aku melihat foto tadi terhapus namun di sisi lain aku merasa lega karena tak harus tanganku sendiri yang menghapus kenangan menyakitkan itu.
~~~~~~
Sepertinya akan setiap hari Juna mengantarku pulang. Seperti sekarang, mobil Juna telah sampai mengantarku pulang dengan selamat. Aku tersenyum padanya sebelum keluar dari mobil. "Makasih, nggak mau mampir dulu" tawarku padanya.
"Kapan-kapan aja. Gue ada kumpul sama anak-anak" balasnya. Sama sekali tak menoleh padaku. Aku sedikit kecewa melihat hal itu. "Ya sudah. Hati-hati" kataku dan keluar dari mobil Juna. Aku berdiri di depan gerbang menunggu mobil Juna pergi. Setelah hilang dari pandanganku, aku kemudian masuk ke dalam rumah. Sepertinya ibu dan ayah ada di rumah. Aku mendengar mereka berbincang di ruang tengah. Aku mengetuk pintu rumah, terdengar langkah kaki menuju pintu. Aku menunggu saja sampai seorang wanita berambut blonde dengan potongan pendek membukanya. Dia ibuku, Nyonya Tiffany Steve. "Lily, udah pulang. Mana si ganteng" sapanya.
"Ibu.. kok malah nyari Juna sih" rengekku sebal. Ibuku hanya terkekeh geli melihatku. "Nggak-nggak, udah masuk. Ayah di dalam nunggu kamu" ajaknya memasuki rumah kami. Saat sampai di ruang tengah aku langsung berbinar melihat seseorang yang aku rindukan beberapa hari ini duduk manis menungguku. Naoki Harata, ayahku. Aku langsung berhamburan memeluknya di sofa. "Ayahhh.. kangen" ucapku manja padanya.
"Hahaha.. baru 5 hari ditinggal udah kangen ya gadisnya Ayah?" Katanya. Yang membuatku dan ibu tertawa. "Tuh oleh-oleh Ayah buat kita" ibu menunjuk ke beberapa makanan dan pernak-pernik khas kota yang ayah datangi kemarin. "Ayah, tugas kantor apa karyawisata sih, Yah?" Komentarku. Tanganku sambil mengambil beberapa barang yang ayahku bawa.
"Itu semua dari karyawan yang ada di sana. Mereka rela beli sebanyak ini buat Ayah. Katanya suka kalau Ayah datang ke sana" kata ayahku.
"Ibu, Ayah punya banyak fans lo di sana haha" kataku. Meledek Ayah. "Iya, Ibu jadi takut Ayahmu melupakan kita dan memilih para fansnya" lanjut ibuku dan kami sama-sama tertawa.
~~~~~~
Malam ini, mataku susah sekali untuk terpejam. Selesai mengerjakan PR-ku, aku memutuskan beranjak ke kasur untuk tidur, agar besok bisa bangun pagi. Besok adalah jadwal piketku. Tapi sampai pukul 21.57 wib aku belum bisa tidur juga. Aku lalu mengecek ponselku yang sedari tadi sore tak sama sekali aku sentuh. Mataku membulat saat beberapa pesan dari Juna tak sempat aku baca. Ada 7 chat darinya. Segera jariku membuka pesannya.
JUNA
19.59 wib
•Udah tidur?
•Pofly?
•Hey
•Besok gue jemput
•Jangan lupa
•Ly?
•?Aku ternganga membaca rentetan pesan yang dia kirim. Sedetiknya lagi aku tersenyum geli. Walau memiliki predikat badboy dan sifat dingin, tapi menurutku ia sangat bawel. Dan tadi siang juga ia sangat begitu posessive padaku. Saat mengingatnya aku jadi tertawa sendiri. Haduh sudah seperti orang gila saja. Segera aku membalas pesan Juna.
To: Juna
22.05 wib
•Iya, Juna
•Selamat malam☺Aku tak mengharapkan Juna akan membalas kembali chatku. Mungkin saja dia sudah tidur. Aku merebahkan tubuhku kembali untuk segera menuju alam mimpi. Aku memejamkan mataku, diiringi senyum bahagia. Dan mungkin sambil mengingat wajah Juna. Sudahlah aku akan tidur. Selamat malam dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
General FictionAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...