Fakta🌸

3.5K 145 0
                                    

Kamu juaranya deh!
Buat hari-hari aku selalu bahagia

***

Di sini aku berdiri di samping Juna. Dan lima langkah di depan sana ada Fredo berdiri dengan seorang wanita yang kutau pasti itu ibunya Fredo. Setelah berita dan foto-foto Edo yang sudah menyebar luas di lingkungan sekolah, pihak sekolah secara cepat memanggil wali dari Edo untuk datang ke sekolah pagi ini juga.

Mata Edo menatap nyalang Juna, sedangkan Juna masih berdiri tenang di sampingku. Dan entah hanya perasaanku saja atau apa, wanita itu. Ibu Fredo, seperti melihat Juna dengan mata sendu.

"Lo kan yang nyebarin ini semua!" Kata Edo menyentak Juna.

"Apa buktinya? Lagian itu semua juga kelakuan liar lo selama ini." Jawab Juna dengan nada datar seperti biasa.

"Lo!!" Edo mengacung menunjuk Juna dengan jarinya. Seperti sudah habis kesabaran Edo menarik kerah seragam Juna kuat. "Jangan mentang-mentang lo kaya, jadi sok merasa berkuasa!" Ujar Edo penuh penekanan. Juna menunjukkan seringainya pada Edo. Ia seperti tak takut ditekan oleh Edo. "Yang punya memang selalu berkuasa dan yang kurang nggak usah belagu" Edo semakin mengeratkan cengkramannya di kerah baju Juna.

Ia menarik Juna ke tengah-tengah lapangan sekolah. Dan malah menjadi tontonan warga sekolah yang tak sengaja melihat. Aku dan ibu dari Edo mengikuti mereka ke arah lapangan. Aku panik, apa yang harus aku lakukan sekarang?

"Lo mau matiiii ARJUNA!!" Teriak Edo ke muka Juna dengan penuh penekanan di namanya. Juna tak bergeming ia hanya menatap Edo dengan raut tenang. Seakan pasrah apa yang akan pria dengan predikat mantan pacarku itu lakukan.

Edo sudah ancang-ancang untuk memukul wajah Juna. "Jangan lakukan itu Fredo. Jangan..." lerai wanita setengah baya itu. Beliau mulai terisak. Juna, Edo dan aku lantas melihatnya. Tangan wanita itu mencoba menarik tangan Edo untuk melepas cengkraman kuat Edo di baju Juna. "Fredo ingatkan kata Mama? Juna ini adik kamu Sayang." Ucap ibu Edo. Aku yang berdiri di sini membeku dengan perkataan itu. Otakku seakan berhenti berpikir. Edo dan Juna bersaudara? Fakta apa ini?

"Udah Edo bilang, Edo nggak punya adik Ma!" Bentak Edo pada ibunya. "Dia..." tunjuk Edo ke Juna. "Bukan adik Edo!" Lanjutnya. Lantas Edo meninggalkan ibunya yang masih terisak dengan tangis itu.

Setelah Edo pergi, Juna lantas ingin menarikku untuk meninggalkan lapangan. Namun, satu langkah Juna ingin pergi. Tangannya dicekal dari belakang oleh ibu Edo. Aku menoleh pada wanita itu. Matanya sembab dan memerah. Ia menatap lekat wajah Juna. "Maafin Edo ya Juna. Kamu baik-baik aja kan?" Katanya dengan nada lembut. Seperti ibuku jika bicara padaku.

Juna memalingkan wajah dari wanita yang ternyata masih mempunyai hubungan darah dengannya. "Nggak usah sok perhatian!" Juna lalu menyentak cekalan tangannya dari wanita itu. Dan menyeretku pergi dari sana.

Kulihat ibu itu semakin terisak dalam. Ia menatap kepergian kami dengan sendu. Dan seperti ada siratan rasa bersalah pada dirinya.

~~~~~~

Jam keempat pelajaran sudah usai. Aku dan Kinan kompak menelungkupkan wajah kami ke atas meja. Sangat lelah, pelajaran hari ini sangat menguras tenaga dan otakku seakan ingin pecah. "Mumet Ly.." keluh Kinan menatapku. Aku mengangguk-angguk. "Iya... pusing gue juga. Kapan pulang sih" aku juga mengeluh. "Masih lama Ly.." jawab Kinan suaranya melemah.

Bel jam kelima terdengar sudah berbunyi. Dengan lemas aku menegakkan badanku ke punggung kursi. Rasanya mataku sangat lengket untuk sekedar terjaga agar tidak tidur. Sedangkan Kinan masih asik menenggelamkan wajahnya dia atasa meja yang ia alasi dengan tas merah miliknya.

Mataku yang menyipit menahan kantuk ini seperti sekelebat melihat Maru berlari menuju pintu kelas. Ia dari luar dan masuk ke kelas dengan buru-buru. "Woyy! Free class" serunya di depan kelas. Sambil loncat-loncat kegirangan. Aku yang semula tak bersemangat pun membelalak. Kinan yang tadi juga melempem, dengan gerak cepat menegakkan tubuhnya yang membuat aku di sampingnya terjengit kaget. "Sumpah lo!!" Teriak Kinan dengan suara kencang ke semua orang di kelas. "Iye. Guru-guru pada rapat noh, soal masalah Edo tadi." Ujar Maru. Dia itu pria tapi jiwa gosipnya lumayan. Bergaulnya juga sering sama murid perempuan ketimbang nimbrung ke murid laki-laki.

"Eh cuy! Lo semua pada nggak curiga si Sheyla ke mana?" Ujar Dara sedikit berbisik ke kita semua yang ada di kelas.

"Eh, iya. Mana tuh mana si Sexy Lady" sahut Kevin di pojok ruangan. Ia sedang mabar dengan teman pria yang lain. Fyi, Sexy lady itu panggilan dari anak pria ke Sheyla. Ya tau lah, Sheyla itu badannya paling wah maksutnya paling bagus dari semua anak perempuan di kelas.

"Ke mana perginya temen lo Ray" tanya Yuki ke Raya. Raya ini temen deketnya Sheyla. Raya yang sedang main ponsel pun menoleh ke Yuki dengan wajah bingungnya. "Nggak tau gue. Dari bel istirahat tadi udah nggak ada. Keluar juga nggak bilang ke gue.." jawab Raya.

"Wah! Ke mana tuh pelakor pergi. Nggak biasanya" ucap Kinan. Dan kuberi senggolan di lengan kanannya. "Apa sih.." ucap Kinan tak terima. Aku hanya memutar bola mataku jenggah pada Kinan.

"Gue jadi curiga.." celetuk Maru menopang dagu dengan tangan. Karena guru tidak masuk kelas. Jadi dia dengan lancang duduk manis di meja guru. "Curiga ngapa lu? Sok mikir" sahut Dara dari bangku depanku.

Maru terlihat berpikir sebelum menjawab. "Beberapa hari ini tuh gue lihat si Sheyla kaya ada yang aneh gitu masa" ucapnya. Membuat semua yang ada di kelas menatap Maru yang ada di depan. "Apa sih lo. Lo kali terlalu merhatiin dia!" Kata Dara dan mendapat pelototan dari Maru di sana.

"Gue serius ini.." katanya dengan wajah yang memang sedari tadi sudah serius. "Dia kan pacarnya Edo. Dan Edo yang kita tau sekarang lagi kesandung masalah. Jangan -jangan Sheyla juga ikut terlibat lagi." Asumsi Maru membuat aku dan semuanya menjadi berpikir hal yang sama. Ada benarnya juga menurutku perkataan Maru. Edo bukanlah pria yang baik. Dan Sheyla ya seperti itu. Di otakku terlintas malam di mana Sheyla memakai baju terbuka saat di sirkuit.

Dan, astaga. Satu fakta lagi terlintas di memoriku. Juna pernah bilang berkali-kali jika aku tak boleh terlalu dekat dengan Sheyla. Alasannya dia bukanlah gadis baik. Dan aku harus menjaga jarak darinya. Bukannya aku berpikir buruk tapi, mereka berdua bisa saja terlibat masalah yang sama. Sheyla dan Edo. Mungkin.

"Iya sih. Bisa jadi gitu.." Yuki menanggapi. Semua yang ada di kelas juga manggut-manggut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang