Hidup bukan hanya soal pertemuan dan perpisahan. Tapi soalan yang lebih penting adalah cara kita untuk tangguh menghadapi manis dan pahitnya hidup.
***
Pukul 7 tepat Juna sudah menjemputku ke rumah. Dia tidak main-main dengan ajakannya kemarin. Dan, di sinilah aku sekarang, di sebuah tempat dengan kebisingan suara mobil yang sedang melakukan test drive. Aku seperti orang asing di sini. Baru kali ini diriku dibawa ke tempat seperti ini, ramai, bising, dan sungguh risih ketika mataku melihat para wanita memakai pakaian yang cukup minim. Menampakan lekuk tubuh dan juga mengekspos aset dada mereka. Tempat ini sungguh membuatku bergidik dan tak nyaman.
Aku mengeratkan gandengan tanganku dengan Juna saat kami berhenti di teras ruangan geng Juna. Dapat aku lihat di dalam sana sudah ada formasi lengkap teman Juna. "Mobil lo udah siap Jun" tunjuk Sandi dengan jarinya ke mobil sport merah hitam, yang sepertinya sudah di full modif. "Lo cek lagi, gue nggak mau kejadian kemarin ke ulang lagi" tegas Juna. Sandi tak membantah, ia mengangguk dan mengajak Dendi membantunya.
"Ini cewek mau ke tempat balap apa mau piknik sih, Jun" koreksi seorang wanita yang entah datang dari mana. Dia menatapku dari bawah sampai atas, yang membuatku risih. Aku memang tidak tau style apa yang biasa digunakan orang untuk datang ke tempat ini. Jadi bukan salahku kan kalau aku memakai baju seperti biasa aku gunakan jika keluar?
"Pakai rok kaya gitu, nggak modis banget.." cibir wanita itu tak mau diam. Aku melihat lagi pakaian yang saat ini aku pakai. Aku merujuk gaya layering, rok krem selutut dengan kemeja putih ditambah sweater warna salem favoritku. Apa yang salah. Bukankah aku lebih sopan dari dia yang hanya menggunakan hot pants hitam ketat itu?
"Heh! Sandra. Kalau cuma mau bacot di sini mending pergi deh lo!" Reno datang-datang lansung mengusir wanita yang ternyata bernama Sandra itu. "Apa sih lo. Dateng-dateng ganggu!" Sentak Sandra tak terima diusir Reno. "Lo tuh yang dateng ke sini tanpa di undang udah kaya jailangkung!" Balas Reno lagi membuat mata Sandra mendelik penuh amarah. "Apa!! Maksut lo, gue setan?" Ucap Sandra. "Lo ratu setan!" Ujar Reno menantang Sandra.
"Woyyy.. berisik lo pada. Bantuin nih!" Geram Dendi pada dua orang yang tengah bertarung kata ini. "Udah sana lo pergi, San." Usir Juna dengan nada datarnya. Sandra dan sekaligus Reno menoleh ke Juna. "Ck! Gara-gara lo nih!" Kesal Sandra menatap sinis wajah Reno, lantas ia melirik padaku dengan tatapan tak sukanya. "Pergi atau gue suruh temen gue buat nyeret lo.." Reno berkicau lagi untuk mengusir Sandra. Tanpa ingin bergelut kata lagi dengan Reno, Sandra lantas pergi dari ruangan ini.
"Gimana? Udah lo cek semua San" seseorang bertanya pada Sandi. "Eric, tolong bantu cek deh. Gue jadi gugup gini" balas Sandi terdengar mendrama. "Ya udah sini.." pria yang baru ku tau bernama Eric itu mendekati mobil dan mengambil alih pengecekan mobil yang akan digunakan Juna balap nanti.
"Udah masuk waktunya nih guys. Kuy, mobilnya harus udah siap. Langsung bawa ke sana.." seru Felix menyuruh teman-temannya bersiap. "Mobil gimana?" Sekarang Juna bertanya pada Eric di sana. Eric mengacungkan jempolnya, pertanda mobil sudah siap digunakan. "Oke. Bawa mobilnya ke garis start. Jangan sampai ada seorangpun yang bisa mendekati mobil gue. Selalu waspada dengan gerak-gerik geng Fredo." Kata Juna berpesan pada anggota timnya. Semua mengangguk paham dan bergegas keluar dari ruangan ini menuju pinggir lintasan.
Juna menggandeng tanganku lagi untuk ikut bersamanya. "Tetap pegang tangan gue." Tolehnya padaku dan aku mendongak menatap wajahnya. "A- aku agak- se... dikit takut di sini Juna" mungkin aneh jawabanku ini. Tapi entahlah aku hanya mengungkapkan saja apa yang sedari tadi aku rasakan. "Nggak perlu takut selagi lo sama gue.." walau balasan itu terdengar datar, namun sangat manis dan menenangkan bagiku.
"Geng Fredo udah dateng," bisik Key ke Juna yang masih bisa aku dengar. "Semua... langsung jalankan misi" kata Juna pada semua anggotanya. "Siap!" Balas Key dan Reno, sedangkan yang lainnya mengangguk pelan. Dan bergegas menjalankan titah Juna tadi. "Fredo.." gumam Juna. Aku mendongak menatapnya, Juna menatap lurus objek di depan sana. Aku pun lantas beralih untuk melihat apa yang sedang ia pandang itu. Netraku membola tak percaya dengan apa yang saat ini aku lihat di sana. Tubuh tinggi dan wajah itu, amat sangat aku kenal. Apa yang dia lakukan di tempat seperti ini?
"Diaa...." gumamku.
Aku sangat benci wajah itu. Belum cukup sembuh sakit hati yang aku rasakan. Walaupun kini sudah ada seseorang yang spesial menempati ruang hatiku. Bukan cintanya untukku telah hilang yang membuatku merasa sakit, tapi pengkhianatan yang membuat luka lama itu terasa kembali.
Dia, di sana mantan kekasihku. Sebastian Fredo atau dengan nama panggilan Edo. Setahun pacaran dengannya, baru aku tau hari ini jika ia memiliki geng dan mengikuti acara balap semacam ini. Apa dulu aku terlalu bodoh hingga tidak tau hal ini? Edo yang aku tau adalah anggota OSIS sekolah. Tak aku sangka ia yang terlihat murid baik ternyata di luar sekolah akan melakukan ini.
Dan kalian tau? Gadis berpakaian seksi di sampingnya siapa? Jelas itu Sheyla. Ia memakai baju one piece warna putih, dengan dada menyembul-- menggoda mata pria yang tak sengaja melihatnya. Sungguh pasangan gila. Batinku.
Aku menatap tak suka ke arah Edo dan Sheyla. Jika saja aku gadis yang nekat pasti sudah kujambak rambut panjang Sheyla itu dan membanting Edo di hadapan semua orang yang ada di sini. Namun, sayangnya aku hanya gadis yang akan diam jika diperlakukan tak adil oleh siapapun. Jadi dari pada membuat keributan, aku putuskan untuk diam.
"Lo masih mau kalah?" Kata Edo menyeringai sinis pada Juna. "Gue nggak akan kalah dari lo lagi.." balas Juna juga melempar seringainya. "Oke. Kita lihat nanti... dan Pofly kenapa lo bawa?" Edo melirikku dan menatapku sekarang. Juna mengeratkan genggaman tangan kami. "Jelaskan? dia pacar gue sekarang" jawab Juna mengakui aku ini miliknya.
"Oh yaa. Coba lo cium dia" tantang Edo pada Juna. "Maksut lo apa? Lo belum percaya gue sama Pofly jadian?" Kata Juna dengan air muka yang akan marah.
"Gue cuma mau nge-tes aja. Gue nggak percaya Pofly akan secepat itu ngelupain gue, terus mau sama cowok kaya lo. Lo itu bukan tipenya Pofly" ujar Edo yang menurutku terlalu percaya diri. Gila mungkin aku tidak bisa cepat melupakannya? Sudah berkhianat sok tau pula?
Manusia tidak waras!!
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
General FictionAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...