Fight on Race🌸

3.2K 145 1
                                    

Hei, kartika peneman rembulan
Sampaikan cintaku untuk dia yang masih di rahasiakan oleh Tuhan. Semoga kita cepat di pertemukan.

***

Arjuna menarik cepat pinggulku, tangannya meraih daguku. Bibir kami saling bertaut. Ia menciumku di depan semua orang yang ada di sirkuit ini. Menerima tantangan dari Edo. Aku juga membalas ciuman Juna. Aku ingin membuktikan bahwa aku sudah move on dari Edo. Tidak pantas sekali hatiku-- jika harus tersakiti dengan laki-laki sepertinya.

"Wow... " entah terkejut atau kenapa, Edo berseru dan bertepuk tangan. "oke udah. Gue percaya dia udah jadi milik lo"  lanjutnya.

Kami saling melepas ciuman setelah seruan Edo tadi. Aku memalingkan wajahku dari Edo. Tanganku meremas kuat jaket bomber  yang Juna pakai.

"Udah kita mulai aja. Nggak usah banyak bacot lo.." ujar Juna. Edo memasang seringainya dan mendekati Juna. Keduanya saling beradu tatapan tajam. "Taruan lo apa buat balap ini?" Tanya Edo. Dengan mereka yang masih lempar tatapan kebenciannya. "Kalau gue kalah bawa mobil gue, begitu sebaliknya. Kalau lo kalah serahin mobil lo.." ujar Juna dengan nada datarnya. Edo tersenyum remeh, "oke! Gue terima. Siap-siap aja mobil mahal lo itu jadi milik gue.." terima Edo dengan taruhan yang di tawarkan Juna. Lantas Edo melirikku sebelum pergi.

"Oke! Jun cepet masuk mobil lo.." perintah Felix ke Juna. Juna mengangguk. "Gue titip Pofly. Kalian," Juna menatap semua temannya. "terutama lo Lix, jaga Pofly. Usahakan dia aman di samping lo" pesan Juna yang menyerahkan aku ke Felix selama dia balapan. "Siap. Lo hati-hati Bos" Felix juga berpesan pada Juna.

Setelahnya, Juna melepas gandengan tangan kami. Hatiku jadi khawatir, aku takut terjadi apa-apa pada Juna. Aku sungguh tak tau apa keuntungan mereka suka balapan seperti ini. Apa karena taruhan yang akan mereka dapatkan?

Keduanya, Juna dan Edo mulai memasuki mobil dan menduduki kursi kemudi masing-masing. Mereka melempar tatapan sinis dan meremehkan. Di depan sana seorang wanita dengan tampilan baju kurang bahan membawa bendera monocrome, identitas balap. Ia berdiri di tengah-tengah dua mobil Juna dan Edo. Di rasa sudah siap wanita itu lantas mengibaskan bendera tersebut-- tanda balap telah dimulai. Kedua mobil langsung melesat meninggalkan garis start.

Aku mengepalkan kedua tanganku di dada. Berdoa kepada Tuhan agar Juna dapat menyelesaikan balap ini dengan baik dan supaya tidak terjadi hal-hal yang akan merugikannya. Semoga saja ia dapat memenangkan pertarungan ini. Semoga Tuhan memberkatimu Arjuna.

Sorak para penonton menggema di sirkuit malam ini. Kedua kubu, antara Juna dan Edo saling menyemangati jagoan masing-masing. Aku berdiri di samping teman-teman Juna yang ada di kanan dan kiriku sekarang. Sudah seperti seorang putri yang dijaga para pengawal setianya.

Aku terus memanjatkan doa untuk keselamatan Juna. Sungguh hatiku sangat khawatir. Dapat kulihat mereka fight tiada henti, mobil mereka sama-sama saling senggol. Aku jadi semakin ketakutan kalau-kalau terjadi sesuatu pada Juna. "Lix.. Juna nggak akan kenapa-napa kan?" Tanyaku ke Felix dengan nada super khwatir.

"Udah, tenang aja. Bos nggak akan kenapa-napa. Namanya juga balap. Dia pasti menang!" Balas Felix. Di kata akhir ia sangat optimis Juna akan menang. Aku mengamininya saja dalam hati.

Dan benar saja, setelah hampir beberapa menit bertarung dengan sengit. Mobil Juna berhasil melewati garis finish lebih dulu, disusul Edo di belakangnya. Juna lantas keluar dari dalam mobilnya. Teman-temannya juga mendekat kepadanya. Dan bersorak senang. "Lo keren Bos!" Seru Key berbangga dengan kemenangan Juna.

"Bentar.." kata Juna dan berlalu dari kerumunan para anggota gengnya beserta aku di sini. Kami semua mengrenyit bingung. Juna berjalan mendekat ke arah Edo dan mobilnya. Tampak jelas raut muka Edo sudah masam. Mungkin dia merasa kesal dengan kekalahan yang baru saja ia terima. Sheyla juga ada di sampingnya-- mengelus pundak kekasihnya itu. Seperti menenangkan dan mencoba meredam emosi Edo.

"Minggir lo. Ini mobil gue sekarang.." ujar Juna ketus ke kedua orang di sana. Edo dan juga Sheyla yang duduk di kap mobil.

Edo menoleh ke Juna. Ia berdiri dengan sorot mata penuh kemarahan. Seakan bisa  membakar orang yang ia tatap. Tapi Juna ya Juna, ia tidak akan takut dengan hal itu. "Nggak. Nggak bisa. Seharusnya gue yang menang!" Balas Edo dengan nada tingginya. Juna menyeringai. "Dasar banci!" Kata Juna. Edo menarik kerah jaket Juna kuat, sepertinya ia tidak terima dengan olokan Juna barusan. "Coba lo bilang lagi. Lo udah bosan hidup!" Ujar Edo dengan kemarahan yang tak terkendali.

"Banci!" Tekan Juna di kata yang ia katakan itu. Tangan Edo sudah siap ia ulurkan untuk memukul wajah Juna. Juna yang tau hal itu, dengan sigap menangkap gerakan itu dan memutar tangan Edo dan mendorong tubuhnya. Edo tersungkur di hadapan Sheyla. "Kalau lo nggak bisa nerima kekalahan ya jangan jadi banci. Taruhan tetep berlaku. Mobil lo ini.." Juna menunjuk mobil Edo. "Udah jadi milik gue" lanjut Juna lagi. Dan meninggalkan Edo yang masih duduk tersungkur di aspal sirkuit.

"Bawa mobil ini ke markas.." titah Juna ke semua teman-temannya. Ia meraih tanganku untuk pergi meninggalkan tempat itu. Kita kembali ke ruang tim di sirkuit ini. Juna mendudukanku di bangku panjang. "Kamu nggak apa-apa?" Tanyaku dengan ragu. "Ya, yang lo liat gue gimana?" Balasnya menatapku dengan aura dinginnya. "Aku khawatir sama kamu. Aku takut kamu jatuh lagi Juna.." kataku mengutarakan semua yang aku rasakan saat melihatnya balap tadi.

"Lama-lama kalau sering liat gue balap juga nggak khawatir lagi. Ini baru awal buat lo.." jawabnya terdengar seperti mengabaikan kekhawatiranku padanya. Dasar manusia es!

"Ayo kita pulang." Ajak Juna setelah melihat arloji hitam di tangannya. Aku mengangguk dan mengikutinya berdiri.

"Gue cabut dulu.. " pamitnya kepada para temannya. "Nggak ada traktiran nih Bos!" Celetuk si Sandi dengan jahil. Juna seperti mencari sesuatu di celana Jeansnya, sedetik kemudian ia seperti melempar benda hitam tipis. Seperti sebuah kartu, namun dapat kuperjelas itu adalah black card. Astaga! Ia memberikannya pada teman-temannya dengan cuma-cuma? Dan itu hanya untuk mentraktir mereka semua. Aku mengerjapkan kedua kelopak mataku tak percaya.

"Thanks Bos! Lo terbaik deh.." ucap Sandi begitu menerima black card tadi di tangannya. "Ini boleh di abisin semua Jun?" Eric ikut nimbrung. "Gunain seperlu kalian. Kalau udah, besok balikin ke gue" jawab Juna dingin. Semua mengangguk mengerti. "Cabut gue.." pamit Juna lagi. Dan menarik tanganku untuk mengikutinya masuk ke dalam mobil.

 Dan menarik tanganku untuk mengikutinya masuk ke dalam mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang