***
Aku menulis cepat di buku tugas Juna. Iya, aku mengerjakan tugas kimia Juna. Dengan dia yang duduk manis di bangku depan aku duduk saat ini. Kasusnya adalah saat bel istirahat pertama tadi berbunyi, aku berencana dengan Kinan pergi ke kantin untuk makan. Namun, di tengah jalan aku bertemu Juna dan teman-temannya yang akan bolos di pelajaran kimia dengan alasan belum mengerjakan tugas rumah mereka.
Dan di saat itu juga aku berusaha membujuk Juna agar tak meninggalkan kelas. Sebenarnya aku takut memintanya agar menuruti kemauanku itu. Tapi aku tak mau menjadi gadis bodoh terus menerus yang hanya bisa melihat kekasihku yang sering bolos kelas seperti itu. Akhirnya dengan segala cara yang aku punya Juna dan teman-temannya tidak jadi bolos dengan syarat aku yang akan mengerjakan PR kimia tersebut.
Sebelumnya kelasku sudah diberi materi lebih dulu tentang soal kimia ini jadi aku hanya menyalin saja tugasku kemarin. Yang aku rasa saat ini Juna tengah melihatku dengan tatapan lesernya. Aku tau ia sedikit kesal karena aku yang dengan kekeh menghalangi apa yang akan dia lakukan tadi.
"Kamu marah, ya?" Setelah semua soalan sudah aku kerjakan di buku tugasnya. Aku mendongak mencoba berani menatap Juna dan bertanya dengan hati-hati padanya. Juna menggerlingkan bola matanya dan memalingkan wajahnya dariku. "Udah selesai kan? Keluar sana" ketusnya, menyuruhku pergi. Mungkin lebih tepatnya seperti nada mengusir.
Aku hanya bisa menghela napas panjang dan segera bangkit dari kursi yang sedari tadi aku duduki. "Iya. Aku pamit ke kelas" jawabku. Kaki ku melenggang pergi melewati Juna. Tapi sebelum langkahku semakin jauh.. "Pofly" Juna memanggilku. Aku yang masih bisa mendengar panggilannya pun menoleh. "Iya?"
"Jangan lakukan ini lagi.." katanya.
Aku mengerutkan dahiku bingung. Maksut Juna apa?
"Maksut kamu?" Balasku belum paham.
"Gue udah bilang kan? Jangan campuri urusan gue. Atau lo mau gue pakai cara kekerasan supaya lo ngerti?" Ujarnya. Aku termenung, berusaha mencerna apa yang baru saja Juna katakan. Apa Juna punya kepribadian ganda? Dia kadang romantis tapi saat seperti ini dia terlihat menyeramkan.
Aku mengangguk pelan dengan badan yang sedikit bergetar. "Maaf. Aku nggak akan ulangin lagi" ucapku akhirnya.
Juna berdiri dari tempatnya. Ia mendekatiku. Tangannya ia ulurkan untuk menyentuh rambut panjangku. "Jangan pernah buat gue marah. Kendali ada di tangan gue. Lo cuma berhak nurutin apa yang gue katakan." Kata Juna. Aku menatap bola matanya yang menajam. Lantas aku mengangguk kaku dengan yang baru saja ia katakan.
"Sekarang pergi ke kelas. Dan makan" suruhnya. "Hem, 5 menit lagi masuk. Nggak ada waktu aku buat beli makan Juna" kataku berkerut. Juna menggeleng di depanku. "Key sama Felix tadi udah gue suruh buat beliin lo makan. Jadi lo jangan lupa makan." Entah seperti sudah membuang rasa kengerianku tadi pada Juna atau apa. Aku tersenyum manis ke Juna. Di balik wajah dan sifatnya yang menakutkan dia itu sebenarnya sangat perhatian.
~~~~~~
Sore ini sekitar jam setengah empat. Aku, Kinan dan juga Han tengah berada di taman kota. Hanya untuk kumpul saja karena sudah lama juga kami tidak pergi bersama. Kami bertiga dulu ada di SMP yang sama jadi tak heran jika aku juga kenal baik dengan Han si pacar Kinan itu.
Sekarang aku menaiki sebuah ayunan kecil bersama Kinan di sebelahku. Sedangkan Han entah pergi ke mana tadi.
"Han mana Kin?" Tanyaku pada Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
Ficção GeralAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...