Flashback II🌸

2.9K 153 2
                                    

Perihal tentang jodoh itu sudah digariskan
Kita sebagai hamba cukup melakukan

***

~Arjuna Side~

Aku meringis tertahan merasakan perih di sudut bibirku. Ya sudah jelas karena si berengsek Fredo. Aku sangat heran dengan manusia itu. Selalu saja mencari masalah denganku. Seperti ada dendam tersendiri dia padaku. Mungkin karena kami saudara tiri pikirku. Aku tidak memperdulikan ada hubungan apa aku dengan dirinya. Yang aku mau hanya sudah tidak sudi bertemu dan memiliki masalah dengan manusia penuh obsesi itu.

Dia kira mungkin aku tidak tau jika ia berniat merebut dan berusaha unggul segalanya denganku? Jelas aku bisa tau. Dia terlalu bodoh karena mau terjun sendiri ke dalam alur hidupku.

Dia dan ayahnya merebut mamiku sejak aku kecil. Dia merenggut kasih sayang seorang ibu dariku. Aku menjadi pribadi yang tertutup dan dingin karena tak pernah disentuh kehangatan seorang ibu. Papiku? Dia adalah orang yang sibuk. Dia menjadi gila kerja sejak bercerai dengan mami. Aku menjadi pria yang tumbuh tanpa cinta dari kedua orangtua.

Namun, di hari itu saat aku di hukum oleh salah satu kakak seniorku saat acara MOS atau MPLS, aku merasa ada getaran aneh di diriku saat bersama seorang gadis dengan rambut hitam pekat tergerai lurus dan poni depan yang rapi. Hatiku menghangat saat menatapnya. Manik mataku terus memandangnya yang berlari di belakangku. Napasnya tersenggal karena terus dipaksa untuk berlari. Rasanya aku sangat rela mendapat hukuman jika bersamanya. Aku menikmati momen itu. Momen yang menggetarkan hatiku yang sepi dengan cinta.

Seperti petir yang menyambarku, setelah acara MOS itu selesai. Aku mendengar kabar jika gadis yang aku tau namanya Pofly itu telah berpacaran dengan kakak kelasku dan juga si kakak tiriku itu, Fredo. Seperti runtuh duniaku saat itu. Aku kehilangan arah untuk bertahan hidup.

Yang pasti aku sangat marah dengan Fredo. Apa dia tidak puas mengambil ibu dariku? Sepertinya memang segala yang aku punya harus jadi miliknya. Aku sangat frustrasi saat itu. Segala cara aku coba untuk menghilangkan bayang-bayang Pofly dari benakku. Balap, clubbing, minum dan mabuk, tawuran, merokok, dan terakhir aku hampir menjajal narkoba. Tapi aku urungkan karena aku jelas tidak mau mati muda dengan hal konyol itu.

Dari kesemua itu, balap adalah hal yang bisa melepas sedikit demi sedikit perasaanku untuk Pofly.

Hingga suatu saat aku menangkap basah Fredo sedang bersama Sheyla, yang tidak salah adalah teman satu kelas Pofly juga. Seorang Playgirl yang terkenal di angkatannya. Saat melihat Pofly hanya dipermainkan oleh Fredo, kemarahanku mulai memuncak dan tak terkendali.

Dan di saat itu terbesit di benakku bagaimana cara untuk Pofly bisa putus dengan Fredo? Terdengar jahat mungkin pikiranku ini, tapi aku juga tak mau gadis yang masih saja memenuhi hatiku itu harus tersakiti dengan dimiliki pria ambis dan tukang selingkuh seperti Fredo.

Aku berniat untuk bekerjasama dengan Sheyla untuk memisahkan hubungan Fredo dan Pofly.

"Mau apa lo?"

Kami sepakat untuk bertemu dan tatap muka di gudang lama yang berada di belakang sekolah. Aku menyeringai licik dengan pertanyaan Sheyla.

"Gue mau kita kerjasama buat misahin Fredo dan Pofly."

"Lo suka si gadis cupu itu? Bisa aja sih, gue juga udah gerah dijadiin yang kedua sama Edo"

"Jadi. Gimana? Lo mau.."

"Deal.."

"Deal.."

Dari situlah. Aku dengan Sheyla yang akhirnya sepakat untuk membuat Pofly dan Fredo putus. Keesokan paginya aku melihat adegan drama pemutusan itu dari atas rooftop sekolah. Ada rasa senang di hatiku karena pada akhirnya ada cara untukku memiliki Pofly. Tapi di satu sisi aku juga merasakan sakit karena Pofly yang harus tersakiti oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya sendiri itu lakukan.

Di keesokan harinya. Aku sudah merencanakan untuk menjadikan Pofly milikku. Aku menemuinya bersama anggota gengku di kantin sekolah yang sedang ramai karena jam istirahat. Yang ada di benakku, aku harus melindungi gadisku itu. Tanpa peduli dia sudah move on atau belum?

Saat aku menyatakan dan mengajaknya untuk berpacaran dia tampak bingung dan ketakutan. Wajar saja karena dari nada bicaraku tidak ada sama sekali tersirat kata romantis. Terdengar seperti paksaan, namun aku tulus dari hati saat mengatakannya. Pofly adalah cinta pertamaku. Dan aku tidak mau kehilangan lagi wanita yang aku sayangi. Aku ingin menjaga wanitaku dan melindunginya di sisiku. Sekuat yang aku bisa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang