Rekaman Suara🌸

3.2K 137 0
                                    

Sesal itu pasti datang telambat
Selalu mawas diri dan coba berpikir matang sebelum memutuskan sesuatu yang berharga

***

Aku berjalan mengekori Juna di belakangnya yang saat ini tengah berusaha membuka pintu apartemennya. Setelah terbuka Juna lebih dulu masuk dan aku pun juga ikut masuk. Hari masih menunjukkan pukul 11 siang. Minggu ini sekolahku sudah mulai ujian tengah semester atau biasa disebut UTS. Jadilah pulangnya lebih awal.

Dan daripada kami pulang ke rumah seawal ini kata Juna lebih baik kami mampir ke apartemennya. Jelas aku sudah menolaknya. Tapi tau sendiri kan Juna bagaimana? Seperti biasa memaksa. Ya sudah terserah dia saja batinku tadi.

Langsung saja Juna mendudukan dirinya ke sofa panjang apartemennya. Aku melepas tas ranselku dan juga ikut mengambil duduk di sampingnya.

"Aku haus" keluhku.

"Ambil minum sana di dapur" kata Juna.

Aku bangkit dari sofa dan segera menuju dapur untuk mengambil minum. Kubuka kulkas dan mengambil satu botol minuman dingin. Kutuangkan ke gelas yang aku pegang. Aku meneguk hingga tandas setengah dari gelas itu.

Aku lalu kembali lagi ke ruang tengah dengan segelas air minum yang sebelumnya sudah ku isi lagi. Di sana Juna mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celananya. Ia mengambil satu buah rokok dari dalam bungkus tersebut. Menautkan benda nikotin itu ke mulutnya. Selang beberapa detik ia membakar ujungnya dengan api dari korek di tangannya. Kepulan asap putih mengepul tinggi keluar dari dalam mulut dan hidungnya.

Terlepas dari apa yang dilakukan Juna saat ini. Pikiranku melayang entah tak tentu tujuan. Sesekali aku meneguk minumanku dengan lamunan. Sejujurnya aku sangat canggung bersama Juna saat ini setelah kejadian itu. Iya canggung lagi seperti kemarin. Tapi mungkin hanya aku yang merasakan.

"Ngelamunin apa sih?" Juna menyentakku yang diam melamun. Ia mengelus kepalaku.

Aku menggeleng. "Em.. nggak apa-apa kok" jawabku seraya tersenyum padanya.

"Beda banget kaya biasanya. Ada masalah?" Tanyanya.

"Juna.." panggilku.

"Hem.." Juna masih dengan aktivitasnya. Namun kemudian ia mengalihkan perhatiannya padaku.

"Apa?"

"Kamu.. nggak ada perasaan gimana gitu sama aku?" Ujarku dengan kepala menunduk tak mau melihat wajah Juna.

"Maksutnya?" Aku mengangkat kepalaku. Tapi dengan mata yang menatap sembarang arah.

"Malam itu.." kataku.

"Biasa aja" jawabnya tanpa beban.

"Nggak ada rasa canggung gitu sama aku"

"Sekarang gue tanya. Buat apa ada rasa canggung segala?" Juna membuatku gelagapan sendiri dengan pertanyaannya itu.

"Ya tapi kan.. aku ngerasa gitu"

"Alasannya?" Juna berkata seperti itu dengan tangannya yang sudah mematikan rokoknya di wadah kecil di atas meja.

PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang