Kafe🌸

3.2K 137 2
                                    

Bukan kamu yang tidak laku
Tapi seberapa besar usaha yang kamu lakukan
Karena mendapatkan cinta itu
Siapa yang cepat meraih hatinya maka dia lah juaranya.

***

Seusai pulang sekolah petang ini aku tak langsung pulang ke rumah. Melainkan di sini. Di kafe milik Juna. Sudah 2 hari ini Juna harus mengurus kafenya sendiri karena pegawai kafe yang biasa bekerja sedang jatuh sakit. Dan harus mengambil cuti untuk tiga hari kedepan.

Dan selama dua hari itu Juna juga harus meninggalkan sekolahnya untuk melayani pelanggan setia kafe ini. Dan di kesempatan sore ini aku coba menawarkan bantuan pada Juna untuk ikut membantunya. Ya mungkin membantu sebisa yang aku bisa😁

"Pofly.. anter ini ke meja nomer 07" kata Juna. Aku mengangguk dan segera meraih nampan berisi pesanan itu.

Aku mulai mengantar pesanan tadi ke meja sesuai arahan Juna. Aku menaruh dua gelas latte untuk dua orang di meja itu. Sebelum beranjak aku menyunggingkan senyum ramahku kepada mereka.

Lantas aku kembali lagi. Menemui Juna di meja kasir.

"Kafe tutup jam berapa?" Tanyaku pada Juna.

"Jam 11 malam" balasnya.

Aku manggut-manggut mengerti.

"Kenapa lo malah ke sini. Kenapa nggak langsung pulang?"

Aku mendongak melihat wajah Juna yang kini juga menatapku intens. Menunggu jawabanku.

"Aku mau bantu kamu. Kamu kan udah berulang kali bantu aku. Jadi sekarang giliran aku bantu kamu." Aku melebarkan senyumku setelah mengatakan itu.

Juna lantas mengelus pelan rambutku. Sentuhan yang membuatku merasa nyaman. Lembut dan penuh kasih sayang.

"Iya.." ujarnya.

Selanjutnya posisi Juna yang masih mengelus rambut panjangku harus terhenti karena ponsel dalam sakunya berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selanjutnya posisi Juna yang masih mengelus rambut panjangku harus terhenti karena ponsel dalam sakunya berbunyi.

"Bentar gue angkat telepon dari papi" ucapnya. Aku tersenyum membalasnya.

Juna berjalan ke lantai atas, mungkin menuju ke dalam ruangan pribadinya.

Hening, hanya suara ocehan-ocehan dari pelanggan yang masuk ke indera pendengaranku. Hingga suara lonceng pintu masuk kafe berbunyi tanda ada seseorang yang datang. Aku sontan melihat siapa orang itu.

Seorang gadis dengan rambut blonde sebatas pundak. Dari gaya dia berpakaian terlihat sedikit tomboy. Tapi cantik. Dia berjalan menuju meja kasir yang juga di situ aku berada sekarang.

PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang