Nyaman🌸

4.3K 168 3
                                    

Kata orang, cinta itu butuh kenyamanan
Dan aku mulai nyaman saat ada di dekapanmu
Apa ini tanda jika aku sudah mencintaimu?

***

NCT 127 ; Angel

Pukul 06.30 aku sudah berdiri menunggu Juna untuk menjemputku. Pesanku tadi malam memang tidak dibalas oleh Juna. Tapi dia membacanya. Aku bisa melihat itu dari tanda 2 centang yang membiru di pesan itu. Ayahku juga tau kalau aku akan dijemput temanku. Beliau sudah berangkat sekitar 5 menit yang lalu. Sedangkan ibu yang kulihat masih berdandan saat aku berpamitan tadi. Aku membenarkan tampilanku saat ini. Aku kancing dengan baik cardigan peachku, juga rambut yang aku gerai lurus. Aku mengecek jam di ponselku. Sudah 10 menitan aku menunggu Juna. Tapi dia belum sampai juga.

Daripada bosan menunggu aku coba memainkan ponselku. Kubuka akun instagramku. Dan jariku dengan lihai memosting foto selfieku tadi saat di kamar.

Anastasiaharata

❤130 likesAnastasiaharata Ohayoo!☉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


130 likes
Anastasiaharata Ohayoo!☉

Comment turn off..

Saat asik dengan ponsel di genggamanku, suara klakson mobil membuat aku kaget. Jika ponselku tidak ada ringphone, mungkin sudah loncat dan jatuh. Aku menoleh sebal pada si pemilik kendaraan tadi. Aku ingin mengomel tapi tertahan karena itu mobil. Juna.

Juna menurunkan kaca jendela mobilnya. Aku dapat melihatnya yang duduk di kursi pengemudi. "Masuk" titahnya dengan suara husky. Tanpa menjawab, aku langsung saja masuk dan memasang sabuk pengaman. Mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang. Aku duduk tenang di sebrangnya, sedangkan Juna diam dan fokus pada jalanan kota yang sudah semakin padat saat mentari sudah mulai menjulang di langit.

Kami sampai sekolah pada pukul 06.48 wib. Semua mata lagi-lagi melihat kami saat mobil ini memasuki area sekolah. Entah aku jadi merasa ketakutan jika ada bisik-bisik tak mengenakan lagi dari mulut mereka. "Kenapa? Nggak mau turun" tanya Juna. Yang mungkin aneh saat melihatku hanya diam. "Iya, turun kok" jawabku. Dengan ragu aku segera turun. Dapat kurasakan semua orang menatapku dan Juna. Aku jadi risih banget. Berbeda dengan Juna, ia tampak biasa saja dengan keadaan ini.

"Juna, aku ke kelas dulu" pamitku padanya dan akan segera pergi. Tapi sebelum aku melangkah lebih jauh, lagi Juna mencekal tanganku. "Bentar, kita ke kantin dulu" cegahnya. "Tapi, kan..."

Belum selesai aku bersuara, Juna langsung menarikku menjauhi parkiran dan menuju arah kantin. Astaga aku malu Junaaaa

Sesampai kantin. Juna dan aku tak lantas masuk. Dia malah terdiam di ambang pintu saja. Lalu tangannya merogoh saku celana. Dia mengecek ponselnya. Sedetik kemudian, ia menarik tanganku lagi. Entah aku akan dibawa ke mana olehnya. Dari arah dan tempat-tempat yang aku lihat. Kami mengarah ke gudang sekolah lama di belakang sekolah. Otakku mulai memproses akan hal ini. Untuk apa Juna membawaku kemari. Pikiran aneh mulai berdatangan. "Juna.. buat apa kita ke sini?"

Juna tak menjawab, ia masih tetap membawaku bersamanya. Aku tak mau bertanya lagi dan mengikutinya saja.

Sampailah kami di gudang tua sekolah ini. Tembok dan atapnya sudah rusak termakan usia. Sangat menyeramkan bagiku. Tak aku perhatikan. Jariku semakin mengeratkan tautan tanganku dan tangan milik Juna. Juna mulai melangkah maju untuk masuk ke dalam. Dan aku dengan langkah takut dan memejamkan mata mengikutinya dari balik tubuh tinggi Juna.

Krieettt..

Decitan pintu tua itu berbunyi. Aura dingin menelusup ke tubuhku. Tapi kenapa di dalam sana seperti ada suara gaduh yang masuk ke indera pendengaranku. Siapa orang-orang itu.

"ARJUNAA!!" teriak seseorang. Dan aku mulai bingung kenapa ada orang itu di sini. Mataku membelalak lagi saat banyak sekali orang berada di tempat ini. Dapat kulihat teman se-geng Juna ada di gudang ini. Jadi ini markas mereka?

Tidak seperti bayangan awalku tadi dengan tempat ini. Dari luar yang kulihat adalah bangunan kumuh yang tak terawat. Tapi sungguh ajaib setelah sampai dalam, ruangan ini ditata rapi dan tak semenyeramkan seperti di benakku tadi. Ada sofa panjang ditaruh di tengah ruangan ini. Dan di sisi-sisinya terdapat alat musik seperti gitar dan drum pun ada. Tak kusangka para berandalan sekolahku mempunyai ide sekreatif ini. Biasanya mereka akan berbuat onar tapi sekarang dapat aku lihat sisi lain dari mereka.

"Lihat tuh Bos kita bawa siapa?" Tanya salah satu teman Juna. Dan dia melirik padaku. "Kenapa lo bawa dia, Jun?" Tanya seseorang lagi. Ada gitar di pangkuannya.

"Hay Lily.." sapa seseorang padaku dengan wajah ramah. Aku hanya tersenyum kaku padanya. Aku masih belum terbiasa berteman dengan anak laki-laki. Apalagi teman-teman Juna. Yang perlu kalian tau satu geng ini suka melanggar aturan sekolah. Sering banget. Bahkan guru pun sampai sudah angkat tangan mengurus mereka. Tak terkecuali pria di sampingku saat ini.

"Juna.." lirihku padanya. Aku mendongak untuk menatapnya. Bayangkan saja tinggiku hanya 157 cm dan dia 181 cm. Selisih tinggi yang cukup jauh, bukan?

Juna menoleh padaku. Wajahnya seperti biasa. Super datar. Hmmmb

"Apa?"

"Aku ada piket pagi ini. Boleh aku pergi" mohonku padanya agar kali ini melepasku. Aku takut para temanku akan marah, karena aku tak mengerjakan piket pagi ini.

"Ya udah gue anter" jawabnya. Dan ia menatap para teman-temannya. "Gue cabut" pamitnya.

"Yeeee.. baru aja dateng udah main pergi lo, Jun" cibir mereka pada Juna. "Bucin bucin. Dasar lupa temen" sahut salah satu dari mereka lagi. Juna tak menggubrisnya. Ia menggandengku keluar dari gudang ini.

~~~~~~

Saat sampai kelas waktu masuk tinggal 15 menit lagi. Sangat mepet sekali. Juna mengantarku sampai pintu kelas. Aku tersenyum padanya. Namun, seperti biasa ia memasang wajah datar nan dingin itu. "Udah sana masuk" suruhnya padaku. Dan reflek tanganku tak mau melepas genggaman tangan kami. Juna yang keheranan menatapku meminta penjelasan. "Belajar yang baik, ya" kataku padanya dengan riang. Juna yang mengerti mengangguk-anggukan kepala saja.

Setelah itu aku melepas tautan tangan antara kami. Aku melenggang masuk meninggalkannya di ambang pintu.

Saat aku menoleh lagi. Juna sudah tidak ada di sana. Mungkin ia sudah pergi ke kelasnya. Semoga ia tak membolos pelajaran pikirku.

Sebelum teman-temanku mengamuk karena aku belum melaksanakan piket. Aku segera mengambil sapu dan mulai menyapu di ruang yang sudah hampir penuh dengan teman-temanku itu.

"Ly, lo pacarnya Juna ya sekarang?" Tanya Yuki padaku. Aku menghentikan aktivitasku sejenak. Dan menoleh ke Yuki di depan sana. "I,ya. Kenapa?" Jawabku agak ragu mungkin. Karena aku belum terlalu percaya akan pernyataan cinta dari Juna dulu. Walau sekarang aku sudah mulai membuka hatiku padanya. Tak bisa kupungkiri kehadiran Juna saat ini membuat hariku cukup berwarna.

"Jadi lo beneran udah putus dari kak Edo?!" Seru Dara di samping Yuki. Yang membuat semua mata tertuju padaku. Tak terkecuali Sheyla di sana.

PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang