Danger🌸

3K 135 6
                                    

Jika hati sejernih air, jangan biarkan ia keruh.
Dan jika hati seputih awan, jangan biarkan dia mendung

***

bagian awal sedikit mengandung unsur dewasa ya, skip aja kalau nggak mau baca atau ada yang belum cukup umur⚠

Sampailah aku sekarang di apartemen milik Juna. Setelah aku masuk tidak jauh berbeda dengan ekspresi saat tau rumah Juna kala itu. Kagum. Kata itu yang selalu aku rasakan dengan segala yang Juna miliki. Rumah, villa, dan sekarang apartemen pun pikirku sama-sama mewah.

Dengan tanpa hentinya aku mengagumi tempat ini. Juna lantas menarikku untuk pergi ke dalam kamarnya. Hampir sama ukurannya seperti kamar yang ada di rumahnya. Warna navy dan putih masih menjadi warna favoritnya.

Juna lalu merebahkan tubuhnya di kasur ranjangnya. Aku juga ikut mengambil duduk di sampingnya. Dan tanpa aba-aba dari belakang Juna memelukku. Membuat desiran hangat menjalar di sekujur tubuhku saat ini.

Tangan Juna menyibakkan rambut panjangku yang menutupi leher. Ia menciumi leherku yang membuatku geli dibuatnya. Sampai tatapan mata kami bertemu. Perlahan Juna mencium bibirku dengan sentuhan pelan. Lama-kelamaan ia meletakkan tubuhku di atas kasurnya diikuti dia yang saat ini menindihku.

Kami masih menikmati ciuman ini hingga tangan Juna yang bebas mulai meraba kaos tipis yang aku gunakan. Tangannya semakin liar hingga akan menyentuh daerah sensitive itu. Dan sebelum itu benar-benar terjadi aku mendorong tubuh Juna dariku. Juna tampak kaget dengan reaksiku ini. Napas kami sama-sama masih memburu. Dan mengambil oksigen dengan serakah.

"Maaf.." itu suara lirih Juna dan memalingkan wajahnya dariku.

"Aku juga minta maaf Juna. Aku belum bisa..." kataku.

"Kita pulang. Gue anter" Juna sudah akan beranjak. Tapi aku dapat mencekal tangannya.

"Maaf buat kamu kecewa Juna. Tapi aku belum berani.." ujarku.

"Gue tau."

~~~~~~

Rabu sore ini aku sudah berada di rumah Kinan. Ada Han juga yang pasti. Kita sepakat kumpul bertiga setelah pulang sekolah tadi. Sudah tiga hari ini aku pulang dan berangkat dengan Kinan. Jika kalian berpikir aku menghindari Juna itu jawaban yang tepat! Kami canggung setelah kejadian di apartemen kemarin. Baik aku dan Juna sama-sama tidak ada yang mau membahas masalah itu. Hingga sampai sekarang kami tidak saling kontek telfon atau chatting seperti biasa.

Aku seperti membiarkan masalah kecil ini berlarut-larut begitu saja. Namun, aku juga tidak tau harus berbuat apa untuk mengatasi kecanggungan antara aku dan juga Juna. Akh! Otakku serasa buntu memikirkan ini...

Dukk..

"Apa sih Han?" Aku melotot ke wajah Han. Tidak ada angin dan hujan dia memukul kepalaku dengan bantal sofa.

"Ya elu ngelamun mulu. Ntar kesambet loh" aku menoyor kepalanya pelan.

"Sembarang. Gue lagi banyak pikiran Han. Lo mah cowok mana ngerti!" Aku kemudian memasang wajah kesal padanya.

"Napa sih. Masalah sama si ketua geng itu?" Tebaknya. Aku mengangguk membenarkan. "Yaelah. Masalah apasih?"

"Ada deh. Kepo!" Balasku. Dan Han menunjukkan wajah masamnya.

PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang