Sesuatu yang pernah hilang jika kembali pasti tidak akan sama. Layaknya hati yang pernah dicampakkan, dia tak akan bisa kembali seperti sediakala. Meski kata maaf sudah terlontar halus di bibir.
***
Malam ini, aku seperti biasa ada di depan meja belajarku. Mengerjakan tugas rumahku. Namun, suara decitan pintu terbuka menyeru di belakangku. Aku menoleh melihat siapa orang di sana. Ibuku tercinta ternyata. Dengan senyum manisnya ibu mendekatiku.
"Kenapa Bu?" Tanyaku setelah ibu berada di dekatku.
"Belajar?" Tanyanya. Aku mengangguk saja. Dan mulai menulis jawaban di buku tugas lagi.
"Ayah sama ibu mau keluar sebentar. Nggak apa-apa kan di rumah sendiri?" Katanya. Aku menoleh ke ibu. "Mau ke mana?" Kataku mengerutkan dahiku.
"Mau nemenin ayah jenguk teman kerjanya yang sakit. Nggak papa kan kamu ibu tinggal. Cuma sebentar kok" kata ibuku menjelaskan.
"Iya Bu. Nggak apa-apa. Tapi cepet pulang ya?" Rengekku manja padanya. Ibuku tersenyum dan mengelus surai panjangku yang saat ini aku gerai lurus. "Iya. Manja deh putri ibu ini"
Aku menyengir mendengar ucapan ibu. Apa aku semanja itu? Bagiku jika manja bukankah wajar. Aku kan anak tunggal?
"Udah ya ibu tinggal. Dah..." pamitnya. Lantas ibu pergi dari kamarku. Dari jendela kamarku ini aku bisa lihat ayah mengeluarkan mobilnya dari garasi. Disusul ibu yang kemudian masuk ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian mobil itu sudah meninggalkan pekarangan rumah. Jadi terasa sepi batinku.
Tersisa satu soalan lagi belum kukerjakan. Aku mencari jawabannya di buku paket besar. Aku membolak-balik halaman buku ini. Aku baca dengan teliti dan yap! Aku menemukan jawaban yang sedari tadi aku cari. Aku mulai menulis jawaban ini.
Setelah selesai mengerjakan tugas tadi. Aku lantas memasukkan buku-buku yang ada di jadwalku besok. Aku terbiasa melakukan ini di waktu malam jika menyiapkannya di pagi hari takutnya nanti ada yang lupa.
Selesai memasukkan semua ke dalam tas. Aku berjalan ke arah nakas untuk mengambil ponselku yang sedari sore aku charger. Aku lalu menyalakan ponselku berharap ada pesan masuk dari Juna. Tapi aku mendadak kecewa karena tidak ada satupun chat darinya. Ke mana pria itu pergi?
Tanpa mau terus memikirkannya aku berlalu dari kamar menuju dapur. Aku buka kulkas dan mencoba mencari camilan agar mood-ku menjadi lebih baik. Tapi, lagi-lagi aku dibuat kecewa karena tak ada satupun camilan yang ada di kulkas ini.
"Kok abis sih" gerutuku. Aku memanyunkan bibirku kesal. Aku kembali lagi ke kamar berniat mengambil dompetku. Setelah kuambil aku berpikir untuk membeli beberapa camilan di minimarket depan saja. Tak lupa sebelum keluar aku memakai jaket dan mengunci pintu rumah.
Aku berjalan santai di jalanan komplek. Komplek rumahku ini terasa sepi jika malam tiba. Tidak ada sekadar pedagang yang biasa akan ada di sekitar komplek. Di sini sangat sepi. Hanya ada suara hewan malam yang membuat bulu kudukku merinding mendengarnya.
Beberapa menit berjalan. Sampailah aku di pintu minimarket ini. Aku dorong pelan pintu transparan itu untuk masuk. Kakiku lantas melesat ke rak-rak yang terdapat aneka makanan ringan berada. Aku mengambil empat bungkus sekaligus. Dan kumasukkan ke keranjang kecil yang aku bawa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
General FictionAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...