Sepandainya kau mengubur kebatilan
Pasti suatu saat akan terlihat juga
Seperti layaknya rindu
Semakin kuat kau menahannya
Semakin kuat pula kau ingin selalu bersama dengannya.***
Hari Minggu pagi menjelang siang ini aku sudah rapi dengan baju casual. Aku menggunakan kemeja putih dan rok jeans panjang sebatas lutut, serta sepatu kets hitam putih. Minggu ini aku akan mengikuti kebaktian di gereja bersama ayah dan juga ibu.
Aku masih berada di kamar menunggu ibu memanggilku untuk berangkat. Di tanganku sudah ada ponsel bercase pink dengan layar yang terdapat wajah rupawan nan tampan Juna. Yang kulihat di sini ia masih ada di atas kasurnya. Setengah tubuhnya masih dibalut selimut tebal. Dengan wajah khas bangun tidur dan rambut yang acak-acakan. Dengan penampilan berantakan seperti itu seharusnya orang akan terlihat jelek tapi aku heran dengan Juna, ia masih terlihat tampan dan.... sexy maybe?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ah! Tidak!... cute right!
Entahlah cute atau sexy. Yang jelas ia tampan dan dia milikku hhhaa...
"Bangun.." kataku ke Juna di sana. Dan bisa aku lihat dia mengeliat kecil di ranjangnya. Selanjutnya ia merubah posisi yang semula tidur menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Matanya masih menyipit masih berat untuk terbuka.
"Lo pagi-pagi udah rapi mau ke mana?" Tanya Juna dengan suara seraknya. Aku terkekeh kecil mendengarnya. Menggemaskan.
"Mau kebaktian di gereja. Inikan hari Minggu" jawabku.
"Sama siapa?" Tanyanya lagi sembari mengucek-ucek matanya yang masih mengantuk.
"Sama ibu sama ayah." Balasku.
"Ohh.. yaudah berangkat sana" ucapnya menyuruhku agar cepat berangkat. Aku memanyunkan bibirku sebal.
"Bentar. Ibu belum manggil." Ucapku.
"Iya." Balasnya singkat. Ia terlihat malah semakin ngantuk saja.
"Kamu nggak ke kafe hari ini?" Ujarku bertanya padanya.
"Nanti. Jam 11 ke sana" aku melirik arloji yangg aku pakai sekarang. Masih jam 9 pagi, tersisa 2 jam untuk Juna.
"Yaudah kamu cepat bangun terus mandi ya" kataku.
Dari layar besar ponselku Juna terlihat mengangguk paham. Dari diriku sendiri aku sangat merindukan pria itu.
"Hm. Jangan pulang telat. Kabari kalau udah pulang" kata Juna. Aku tersenyum mendengarnya. Overprotektif sih tapi anehnya aku suka dengan itu.
"Iya. Bye aku tutup ya?" Balasku dengan tangan reflek melambai ke arah kamera. Juna tak membalasnya, langsung saja aku tekan tombol merah di layar memutus sambungan panggilan video tersebut.
------♡-----
Setelah selesai upacara tadi aku dan Kinan meneduh di taman sekolah. Kami berdua duduk di bangku panjang dekat dengan pohon beringin besar yang tumbuh subur di taman ini. Selain terasa sejuk pohon besar ini akan melindungi kulit kami dari paparan sinar surya yang semakin menyengat di saat sinarnya sudah meninggi di atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
Ficción GeneralAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...