Jika rindu menjalar
Hanya pertemuan yang sanggup membayar***
Secangkir coklat panas aku terima dari asisten wanita di rumah besar nan mewah ini. Aku duduk bersila di atas kasur dengan alat tulis, buku dan tab-ku. Di depanku, tepatnya di sofa duduklah laki-laki yang sedang asik bermain PSP. Siapa lagi kalau bukan si pria es. Arjuna.
Sejak tadi malam Juna terus saja menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Sejujurnya aku tidak mau datang, karena tugas-tugasku sangat banyak dan belum sempat bisa aku kerjakan. Tapi, ya tau kan kalau aku tidak menurutinya? Bisa-bisa aku akan mati berdiri saat ditatap tajam olehnya nanti. Membayangkannya saja sudah membuat aku bergidik ngeri. Jadi aku tetap datang namun dengan membawa serta tugas-tugasku itu ke rumah Juna.
Sekitar jam 9 pagi tadi Juna datang untuk menjemputku. Dia disambut baik oleh ibuku bahkan ayah juga ikut senang dengan kedatangannya ke rumah. Intinya Juna bukan hanya pandai mendapatkan hatiku saja tapi ia sangat cepat mengambil hati kedua orangtuaku juga.
Saat sampai di rumahnya aku langsung ditarik Juna untuk menuju ke kamarnya. Dan ujungnya dia malah bermain PSP sendiri dan aku diacuhkan. Tapi tidak apa-apa karena malah aku bisa mengerjakan tugasku.
Aku mengibas-ibaskan tangan kananku karena merasa lelah aku paksa untuk menulis. Aku ditugaskan untuk merangkum satu buku tapi suuperrr.... tebal. Selain tugasku saja rupanya Juna juga bilang memiliki tugas yang sama. Jadi sekalian pikirku untuk mengerjakannya.
Beberapa jam ada di ruangan yang sama. Suasana terasa hening hanya suara dari PSP yang dimainkan Juna saja yang menyeruak di ruangan. Tapi decitan pintu dibuka membuat aku menoleh ke arah pintu itu. Sesosok pria paruh baya yang masih tampak gagah dengan kacamata baca tersemat manis di hidung mancungnya. Rambutnya setengah beruban tapi masih terlihat tampan.
Aku bergegas turun dari atas ranjang dan menyalimi pria ini.
"Temennya Juna ya?" Tanyanya. Aku tersenyum kikuk menanggapinya. "I- iya Om" ujarku.
Sekilas pria yang kutau ayah Juna ini melirik Juna yang tengah asik bermain dan fokus ke layar televisi. "Tumben loh Juna bawa gadis ke rumah. Kirain dulu dia takut sama perempuan" kata Om Rendra seperti menyindir Juna.
Aku jadi menggaruk tengkukku yang sama sekali tak gatal. Aku bingung harus menanggapi apa.
"Lagi ngerjain apa?" Tanyanya dengan mata melihat ke arah ranjang yang aku tempati tadi. Aku juga menoleh ke belakang. "Tugas merangkum Om" jawabku.
"Oh.. yaudah lanjutin" katanya dan melirik Juna lagi. "Iya Om.." ucapku.
"Jangan mau disuruh Juna ngerjain tugasnya dia.." lanjutnya. Aku kaget dan seketika mataku membulat. "Ha?.." responku.
"Papi itu ngapain sih ikut campur. Pofly aja nggak keberatan.. " jenggah Juna yang akhirnya ikut angkat bicara.
Om Rendra ini malah terkikik geli mendengar sahutan sebal putranya. "Iya, iya. Om tinggal ya Pofly. Pofly kan namanya?"
Aku mengangguk kaku. "Iya Om. Benar. Saya Pofly Harata"
"Loh Harata? Kaya nggak asing sama marga itu. Dari Jepang?" Katanya.
"Iya. Saya keturunan Jepang dari ayah saya. Naoki Harata" ujarku.
"Oh. Siapa nama ibu kamu?" Tanya Om Rendra ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
Fiksi UmumAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...