Kesialan🌸

7.9K 276 8
                                    

Taeyang; Eyes, nose, lips

Kalian tau? Setelah aku bertemu Juna di depan gerbang tadi. Aku diseret olehnya ke rooftop sekolah. Aku sempat memberontak tadi, tapi sama sekali tak digubris olehnya. Tenagaku tak sebanding dengan tenaga laki-laki sepertinya. Dan sekarang ia malah menatapku dari bawah hingga ke atas. Membuatku merasa risi diperhatikan seperti itu.

"Lo-- lo mau apa?" Tanyaku tergagap.

Bukannya menjawab, Juna malah memasang seringainya. "Ya, lo mau apa?". Juna mulai mendekatiku, menghapus jarak antara tubuhku dan tubuhnya.

Rasanya aku tak berlari jauh. Tapi tubuhku merasa panas, keringat mulai keluar dari pelipisku, napasku terasa sangat sesak saat sorot mata tajam Juna menelusup ke netraku. Dengan reflek aku mundur satu langkah. Tapi dia tak mau kalah dan maju dua langkah. Aku menggenggam erat ujung rok burberi merahku takut. Tolong siapa pun yang ada di sini tolong selamatkan aku!

"Kenapa Sayang? Lo takut" tangan Juna terangkat mengelus pipiku lembut. Namun sentuhan itu malah semakin membuatku bergetar.

Aku menggeleng kaku. Bibirku sudah kelu untuk dapat membuka dan menjawab pertanyaan Juna. Juna kembali mengeluarkan seringainya. Wajahnya menunduk menyamakan tinggiku dan tingginya, semakin dekat dengan wajahku. Kini hidungku dan hidung mancung miliknya sudah bersentuhan. Aku semakin gugup, apa yang akan Juna lakukan.

Reflek mataku menutup saat deru napasnya bisa kurasakan mengenai wajahku. Tapi beberapa menit berlalu tidak ada sama sekali pergerakan darinya. Aku berhati-hati membuka kembali kelopak mataku. Suguhan pertama yang aku lihat adalah, Juna yang malah tertawa mengejekku. Astaga Pofly! Apa yang kau inginkan tadi? Juna pasti berpikiran aku akan menerima ciuman darinya.

Aku menunduk malu. Dan tak mau menatap mata tajam menghunus itu lagi.

"Lo pikir gue mau cium lo, ya?" Katanya terdengar seperti ejekan menyebalkan.

Aku mendongak menatapnya. "Nggak!" Jawabku lantang.

Juna mendekat lagi. Ia berjalan santai dengan kedua tangan dimasukkan dalam saku celana. Aku hanya diam menunggunya mendekat. Kali ini aku berani menatapnya lebih jelas.

Juna menunduk lagi mensejajarkan wajahnya padaku. Ia sedikit memiringkan wajahnya, aku tak tau maksutnya apa. Namun sedetik kemudian..... ia mengecup pipi kiriku sekilas.

Netraku membulat lebar. Desiran aneh menjalar di seluruh tubuhku. Tapi tubuh luarku diam membeku. Aku tak tau harus berekspresi apa kali ini. Aku hanya diam. Sampai bunyi bel masuk terdengar di telingaku. Segera aku lari dan meninggalkan Juna sendiri di rooftop.

~~~~~~

Sampai kelas, aku belum menemukan guru yang mengajar. Aku langsung melesat ke bangku milikku. Aku juga melihat sekilas Kinan yang kebingungan.

"Lo kenapa Ly?" Tanyanya. Saat aku masih mengatur napasku.

"Gara-gara Arjuna si cowok aneh itu.." jawabku meledak.

Kinan mengrenyit bingung. Tapi dapat kulihat ekspresinya menjadi sedikit jahil saat aku menyebut nama Juna.

"Cieee.. ngapain sama Arjuna?" Tuhkan dia meledekku. Kebiasaan Kinan yang menyebalkan.

Aku jadi kembali mengingat Juna yang menciumku tadi. Pipi ku entah mengapa jadi panas. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Rasanya geli, deg-degan tercampur jadi satu. Ini gilaa...

"Lo kenapa deh?.. aneh" ujar Kinan.

Aku lalu melihat suasana kelas. Kelas sedikit ramai karena belum ada guru yang masuk. Teman-temanku malah asik mengobrol, entah dengan topik apa, aku tak tau. Aku menoleh pada Kinan yang menungguku menjawab pertanyaannya tadi. Aku membuat isyarat agar dia mendekat padaku. Kinan mengerti dan mendekatkan telinganya padaku. Aku membisikkan kejadian saat aku dan Juna di rooftop tadi. Kinan sepertinya masih memproses apa yang aku katakan. Dan sedetik kemudian ia melotot ke arahku.

"POFLY!!.. dia gila" teriak Kinan. Anak ini memang tidak tau tempat mengatur suaranya. Dasar.

Aku membekap mulut Kinan dengan tangan kanan ku. Teman-teman ku jelas langsung melirik meja kami. Mereka pasti bingung kenapa Kinan tiba-tiba berteriak tak jelas.

"Berisik lo" cibir Maru padaku dan Kinan. Dan aku hanya membalas dengan cengiran tanpa dosa padanya dan teman-teman kelasku.

Aku melepas bekapanku pada Kinan. Ia lantas menghela napas panjang. Mungkin karena pengap kali ya? Aku cukup lama menutup mulut dan hidupnya. Haaha salah sendiri punya suara macam toa.

Kinan menoleh padaku kesal. Tapi lagi-lagi ia merubah raut wajahnya. "Ly? Kemarin dia beneran nembak lo nggak, sih?"

"Lo bingungkan? Apa lagi gue" jawabku seadanya. Memang aku tak tau dengan pernyataan cintanya padaku kemarin. Hanya main-main atau tidak?

"Gimana sih lo? Tanya,lah"

"Ngapain? Eh tapi.." aku menjeda kata-kataku. Kinan diam menatapku.

"Apa?"

"Kemarin dia nge-chat gue, Kin. Dan gue nggak tau dia dapat nomer gue dari mana. Jangan-jangan lo yang ngasih ya?" Selidikku pada Kinan.

"Sembarangan mulut lo!" Kinan mengeplak punggungku pelan. "Gue aja nggak ketemu dia, gimana ngasihinnya?" Ucap Kinan lagi.

Lantas siapa yang memberikan nomor ponselku pada si badboy sekolah itu. Memikirkan itu sampai aku tak sadar guru bahasa inggris sudah ada di meja guru depanku. Aku segera mengambil beberapa buku paket dan alat tulisku. Hilangkan semua masalah yang ada di luar, belajar lebih penting untukku sekarang.

~~~~~~

Setelah Pofly atau Lily pergi meninggalkannya tadi. Apa kalian kira Arjuna akan juga meninggalkan tempat itu dan masuk ke kelasnya? Jawaban yang tepat jelas salah. Arjuna Bima Direndra sedang tidak mood untuk belajar saat ini. Ia masih menetap di rooftop hingga teman-teman satu gengnya menyusul ke rooftop.

Ketiga temannya itu mengambil duduk di kursi yang disediakan sekolah di sana. Sebagai ketua geng di sekolah Juna dapat mengomando siapa saja anggotanya untuk menemaninya saat seperti ini. Dan yang pasti mereka bertiga akan senang karena tidak harus mengikuti pelajaran yang akan membuat mereka mengantuk di dalam kelas sana.

"Lo beneran mau macarin cewek itu, Jun?" Ucap temannya yang ber-badge Felix, sambil menyesap rokok di tangannya.

Juna diam sejenak sebelum menjawab. Seringai aneh ia tampilkan di paras charmingnya. "Iya lah. Gue nggak main-main kali ini. Balas dendam ini sudah gue tata rapi sejak awal" katanya dengan nada datar.

Ketiga temannya hanya mengangguk mengerti. Dan seperti menyetujui apa pun yang akan ketuanya itu lakukan.

~~~~~~

Jam 17.15 wib. Aku baru bisa menginjakan kaki di rumah. Setelah pelajaran berakhir hari ini aku masih harus mengikuti ekskul PMR. Sangat melelahkan memang, aku ingin segera naik ke kelas XII saja agar terbebas dengan jadwal ekskul yang menguras tenaga. Namun kembali lagi ini semua pilihanku bukan?

Saat aku membuka pintu rumah, kulihat ibu sudah duduk manis di sofa dan seperti sedang menonton TV. Ibu sendiri dan sepertinya ayahku belum pulang.

"Baru pulang?" Tanya ibuku. Aku menghampirinya dengan langkah lesu. Aku duduk di samping ibuku sekarang. Aku memeluknya manja, ibuku hanya diam dengan tingkahku ini. Ia mengelus lembut surai panjangku dan itu membuatku nyaman. "Udah sana mandi. Bau acem" suruhnya.

Aku mengerucutkan bibirku. Dan tanpa menjawab aku menuruti titah ibuku. Aku menuju kamarku dan mengambil alat untuk mandi.

PACAR PAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang