Lepaskan jika memang dia bukan milikmu
Jangan memaksa hati untuk memberi apa yang kau pinta.***
Aku membuka mataku dan sudah melihat Edo tersungkur ke tanah. Seseorang kemudian menarikku kedekapannya. Aku mulai menumpahkan air mataku di dada bidang miliknya yang kokoh.
"Aku takut Juna. Takut..." isakku dan semakin mengeratkan pelukanku di pinggangnya.
"Sialan.." umpat Edo yang kudengar.
"Apa yang mau lo lakuin sama Pofly, ha!" Juna menyentaknya.
Edo tertawa sinis. "Terserah gue lah mau apa" kata Edo dengan kurang ajarnya.
"Lo. Kalau udah ditolak itu ya terima! Sekali lo coba ganggu Pofly lo bakal dapet yang lebih parah dari yang kemarin" tegas Juna dan membawaku pergi dari sana.
~~~~~
Juna membawaku masuk ke dalam mobilnya. Tanganku masih gemetar hebat. Tatapanku kosong ke depan. Hingga tangan besar itu meraih dan menggenggam tanganku yang dingin berusaha memberi ketanangan padaku.
"Juna aku takut.." lirihku. Tangan kanannya mengelus pipiku lembut. Sentuhan yang membuatku damai.
"Ada gue. Maaf karena telat dateng" katanya.
Aku menggeleng. "Nggak Juna. Makasih karena kamu udah bantu aku dari Edo tadi. Aku nggak tau apa yang bakal terjadi sama aku, kalau kamu nggak dateng tadi... makasih"
Tubuhku langsung ditarik Juna kedekapannya. Aku mulai mencium harum mint dari tubuhnya. Aroma yang berhari-hari aku rindukan. Sejenak aku melupakan kejadian yang baru saja terjadi dengan pelukan hangat darinya.
"Tapi Juna.." aku melepas pelukan kami dan menatap bingung Juna. "Kok kamu udah sampai sih? Bukannya besok ya?" Tanyaku.
"Bukannya kemarin gue bilang tiga hari lagi? Coba lo ingat-ingat kapan gue bilang itu sama lo" katanya balik bertanya padaku. Aku mencoba berpikir. Hari Rabu waktu itu Juna telepon bilang bahwa dia akan pulang tiga hari lagi, kan?
Dan.... ini sudah hari Sabtu. Benar juga..
Aku tersenyum kikuk setelah mengingatnya. "Aku.. lupa hehe"
Juna tak memberi ekspresi apa-apa. Ia kembali duduk normal dengan tangan di atas stir mobil.
"Gue baru sampai jam 5 tadi. Gue telepon lo berkali-kali nggak lo jawab" ucapnya.
"Juna maaf.. aku lupa bawa hape aku. Kamu marah?" Tanyaku berhati-hati.
Sumpah aku lupa membawa benda pintar itu bersamaku. Ya taukan tadi Kinan datang-datang langsung menyuruhku berganti baju dan acara joging pagi juga mendadak darinya dan Han. Hingga aku melupakan benda penting itu.
"Udahlah, lo emang suka lupa bawa. Jadi ada gunanya gue beli kalung mahal itu buat lo" katanya dengan mata melihat kalung yang melingkar di leherku saat ini.
Aku meraih bandul kalung itu dan menatapnya juga. "Jadi kamu tau posisi aku tadi dari kalung ini?"
Juna mengangguk membenarkan. "Saat lo belum kunjung jawab panggilan gue. Gue coba lacak keberadaan lo dari GPS hape dan GPS kalung itu. Tapi anehnya lokasi yang gue temuin beda. Dari hape lo nunjukin lo ada di rumah, sedangkan kalung lo bergerak ke taman ini" jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACAR PAKSA
General FictionAnastasia Pofly Harata, gadis campuran Inggris, Jepang dan Indonesia-tidak mengira akan dapat pernyataan cinta dari Arjuna Bima Direndra seorang badboy sekolah saat ia baru saja putus hubungan dengan kakak kelasnya, Sebastian Fredo. Ia mendapat hadi...