2. Kecelakaan dan Permintaan

153 8 0
                                    

"Udah lumayan malam, kita pulang yah." Ando mengajak pulang Nessa karena jam sudah menunjukkan pukul 22.20. Nessa lalu mengiyakan ajakan Ando, ia gak mau membuat mamanya khawatir kalau ia pulang lebih malam lagi.

Mereka sudah di dalam mobil, Ando meninggalkan parkiran kafe lalu melajukan mobilnya kearah rumah Nessa.

"Makasih yah, kamu udah bikin aku bahagia. Aku sayang banget sama kamu." Kata Ando lalu memegang tangan Nessa dengan tangannya yang bebas, lalu Ando mencium tangan Nessa.

"Ikh kak Ando gombal. Kak, jangan lihat aku terus kan lagi bawa mobil." Kata Nessa karena pandangan Ando terus melihat ke arah dirinya.

"Kak, awas!" Teriak Nessa yang kaget saat melihat kearah depan. Ando langsung melihat kearah depan juga kaget dan langsung membanting stirnya ke pinggir jalan supaya tak menabrak orang yang tiba-tiba menyebrang jalan, tapi sayang ternyata di pinggir jalan juga ada seseorang yang sedang berdiri. Karena kaget, Ando bukan menekan pedal rem tapi menekan pedal gas.

Wanita yang sama di kafe tadi, yang sedang menunggu taksi itu tertabrak oleh mobil Ando dan terlempar beberapa meter dari tempatnya berdiri. Ando hendak kabur, tapi Nessa menahannya dan keluar melihat keadaan wanita itu. Kondisinya cukup parah, banyak darah yang keluar dari mulut, hidung dan juga kepalanya.

Nessa memekik dan menutup mulutnya, melihat keadaan korban yang di tabrak Ando. Beberapa orang sudah berkumpul dilokasi kecelakaan dan membantu mengevakuasi korban. Wanita itu akhirnya, dimasukkan ke dalam mobil Ando.

Nessa lalu mengemudikan mobil Ando menuju rumah sakit terdekat. Ando begitu Nessa turun dari mobilnya, ia juga turun dari mobilnya dan kabur bersembunyi. Ia benar-benar takut dengan apa yang baru saja ia alami.

Setelah ke rumah sakit terdekat mengantar korban yang ditabrak oleh Ando, kejadian selanjutnya berasa begitu cepat untuk Nessa karena ia sudah berada dikantor polisi untuk menjalani pemeriksaan. Nessa amat syok dengan kejadian yang ia alami, mulutnya terkunci rapat. Ia tak bisa menjawab apa yang ditanyakan oleh petugas kepolisian, keadaan Nessa begitu linglung. Ia terus menangis mengingat kejadian semalam.

***

Sementara di tempat lain, di rumah sakit tempat korban yang tertabrak. Kim Akihiro, pria berdarah Korea Jepang Indonesia itu melihat keadaan kekasihnya yang kini dalam keadaan koma, kepalanya di perban dan beberapa luka lebam di tubuhnya. Ia tak menyangka kalau kedatangannya yang terlambat ternyata membuat kekasihnya mengalami kecelakaan hingga begitu parah.

Hiro menelfon orang kepercayaannya, "Cari sampai dapat siapa yang menabrak Indi."

Begitu mendengar bahwa yang menabrak kekasihnya sudah berada di kantor polisi, Hiro langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh meninggalkan rumah sakit menuju ke kantor polisi. Ia ingin melihat siapa yang membuat Indi hingga terluka parah. Hatinya sakit, dengan segala amarah dihatinya ia ingin segera sampai di kantor polisi.

Sesampainya dikantor polisi, ia diberitahu oleh orang kepercayaannya siapa yang menabrak Indi. Ia lalu terus maju mendekat kearah Nessa dengan pandangan yang siap membunuh kapan saja. Nessa yang melihat pandangan Hiro langsung berdiri lalu terus berjalan mundur, tatapannya membuat Nessa merinding ketakutan.

Sesaat sebelum Nessa sampai di tembok lalu Hiro mencekik Nessa dengan penuh perasaan dendamnya karena membuat Indi dalam keadaan koma, tatapan membunuhnya ia terus pancarkan. Untung beberapa polisi langsung sigap membebaskan Nessa dari cekikkan Hiro. Nessa lalu mengambil nafasnya dalam-dalam, rasanya ia sudah hampir mati. Airmatanya sudah mengalir di pipinya.

Nessa POV

"Nessa." Teriakan mama membuat ramai kantor kepolisian lagi. Aku langsung dipeluk mama yang baru sampai di kantor polisi.

"Nessa, bukan kamu kan? Bilang sama mama kalau yang nabrak itu bukan kamu. Kamu anak baik, bukan kamu kan?" Mama terus mengulang-ulang pertanyaan itu. Bagaimana aku menjawab ini, aku gak tau mama. Aku hanya mampu menangis, apa yang bisa aku katakan. Aku sendiri bingung dengan kejadian semalam.

"Ando mana? Semalam kamu sama Ando kan. Kenapa kamu disini sendirian? Bilang sama mama, bukan kamu kan Nessa?" Aku masih gak bisa menjawab mama, aku hanya mampu menggelengkan kepalaku lemah. Mulutku terus terkunci.

Maafin Nessa ma, bukan Nessa gak mau bilang, tapi Nessa bingung.

Dipojokan ruangan, Hiro masih berdiri dan terus menatap Nessa dengan tatapan tajam. Ingin rasanya ia membunuh orang yang telah melukai Indi sampai begitu parah. Dilihatnya Nessa tetap terus bungkam dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak mengerti kenapa wanita itu terus diam, seharusnya ia mengatakan apa yang terjadi semalam sehingga ia menabrak Indi.

"Ya, bagaimana?" Kata Hiro menerima telfon dari orang yang ia perintahkan untuk terus memantau keadaan Indi di rumah sakit.

Telfon itu tak berlangsung lama tapi mampu membuat pandangan Hiro lebih gelap lagi daripada sebelumnya. Pandangan yang benar-benar ingin membunuh Nessa lebih dari pada tadi, andai ini bukan kantor polisi sudah bisa dipastikan Nessa pasti mati di tangan Hiro.

Telfon tadi mengabarkan Indi sudah meninggal, Hiro meninggalkan kantor polisi langsung kembali lagi menuju rumah sakit. Ia ingin melihat Indi sebelum diberangkatkan ke rumah duka. Setelah selesai pemakaman Indi, ia akan membuat perhitungan kepada orang yang sudah membunuh Indi.

***

Kak Ando sudah berada di kantor polisi siang ini, mama sudah pulang setelah dibujuk oleh kak Ando. Sekarang ini aku sudah duduk berhadapan dengan kak Ando, berdua saja di ruangan yang disediakan di kantor polisi. Ia diberikan fasilitas ruang pribadi karena kak Ando berkata sebagai kuasa hukumku dan pengacara yang ditunjuk olehku.

"Nessa, kali ini kakak mohon dengan sangat, tolong kamu jangan mengatakan bahwa malam itu kalau kak Ando yang mengemudikan mobil. Nes, maafin kakak yang egois, kamu tau kan karir kakak sebagai pengacara baru mulai menanjak. Papa juga gak mungkin aku jatuhkan dengan kejadian ini. Kamu tau papa pengacara yang terkenal, aku gak mau menimbulkan skandal buat papa. Demi keluarga aku dan aku, Nes, tolong aku sekali ini aja." Kata kak Ando terus menggenggam tanganku.

Aku hanya mampu terdiam melihat kedalam manik mata kak Ando. Apakah dia tidak dapat melihat bahwa aku terluka, dengan mama yang menangis meraung meminta aku mengatakan kalau itu bukan aku. Dan kini kak Ando mengatakan bahwa itu harus aku. Aku mencintainya, tapi apakah harus sesakit ini yang aku tanggung.

"Karir aku lagi menajak, Nes. Kalau aku bisa terus begini, aku bisa jadi pengacara terkenal kaya papa, aku bisa menghidupi kamu. Kalau aku mengaku bahwa aku yang menabrak wanita itu, bagaimana aku menghidupi kamu nanti. Aku janji setelah kamu menjalani masa hukuman kamu, aku bakal nikahin kamu." Kak Ando berjanji menukar kebebasanku dengan sebuah pernikahan. Apa yang harus aku lakukan. Bahkan sampai sekarangpun aku tak mampu menjawab kata-kata kak Ando walau kami hanya berada berdua di ruangan ini.

"Nes, please." Mohon kak Ando lagi.

Bab dua up yah. Thanks buat teman-teman yang udah vote n komen di bab satu. Love u all.

Vote n komen biar aku semangat up. Ini ceritanya udah finish aku tulis tapi aku mau vote n komen kalian, karena aku cuma penulis receh yang senang kalau ada yang vote dan komen ^.^

Tolong koreksi kalau masih ada typo. Thanks yah.

Publish 24 Mei 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang