Mengabaikan rasa takutnya, Hiro lalu kembali menuju ke makam Indi. Entah mengapa firasatnya menyuruh kembali ke makam Indi. Dan yang di lihat Hiro di depannya benar-benar ingin membuat mata Hiro hampir salto dari tempatnya. Ia terus mengelus-ngelus dada dan mengelap keringat yang keluar di pelipis kepalanya. Kakinya sudah tak bisa diajak bekerja sama lagi untuk melangkah dan hanya mampu berdiri terdiam di tempatnya.
Didepannya, di makam Indi ada Nessa yang baru saja meletakkan setangkai mawar putih. Sama seperti di makam orang tuanya yang diletakkan setangkai mawar putih.
"Hai, sangat sulit mencari makam kamu, maaf baru kali ini aku kesini. Bolehkah kita kenalan?" Kata Nessa yang juga mulai bermonolog dengan makam Indi setelah terdiam beberapa menit.
"Nama aku Nessa. Aku baru tau tempat peristirahatan kamu disini, maafin aku yang terlambat datang ke kamu. Maafin aku dulu kalau pacar... eh mantan pacar aku dulu yang nabrak kamu sampai kamu harus meninggal. Maaf aku yang ada di dalam mobil saat itu, tolong maafin aku setidaknya membuat aku lega dan gak terus-terusan merasa bersalah ke kamu."
"Kamu tau, kamu beruntung sempat dekat dan memiliki kak Hiro disamping kamu. Dia baik, teramat baik. Selama ini dia yang nolong aku melalui banyak hal setelah kecelakaan kamu, meninggalnya mama aku, kehilangan tempat tinggal. Bahkan dia rela berbagi kasih sayang orang tuanya buat aku yang udah yatim piatu." Nessa menghapus air matanya mengingat dirinya kini hanya sendirian tanpa orang tuanya.
"Boleh kah aku tanya satu hal sama kamu. Andai saat ini aku mencintai dan menyayangi kak Hiro seperti saat kamu dulu mencintai dan menyayangi kak Hiro, boleh kah?" Nessa menghembuskan nafasnya kasar, hati nya tak tenang sejak Hiro menyatakan cintanya kepada Nessa beberapa hari lalu.
"Bolehkah aku menggantikan posisi kamu di hati kak Hiro. Aku ingin selalu di samping kak Hiro tapi bukan sebagai adik atau teman. Aku ingin membahagiakan dia sebagai pasangan. Aku berharap kami dapat saling memberikan kebahagiaan setelah luka yang lalu terlalu menyakitkan. Tapi aku juga seperti orang yang merebut kekasih orang lain, selalu ada rasa bersalah atas kematian kamu."
Nessa berdiam beberapa saat memandangi nisan Indi.
"Tolong berikan aku jawaban untuk memutuskan apakah aku pantas untuk kak Hiro atau lebih baik aku menghilang saja dari kehidupannya."
"Aku pamit yah, mungkin lain kali aku akan berkunjung lagi atau mungkin gak akan pernah lagi." Nessa sempat terdiam lagi sebentar sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan pemakaman karena langit sudah mulai gelap.
Mendengar Nessa akan pamit dari makam Indi lalu Hiro bergerak bersembunyi, entah apa yang ada di pikiranya. Tapi kakinya bergerak menyuruhnya bersembunyi agar Nessa tak melihat dirinya. Hiro hanya melihat kepergian Nessa dari makam Indi dalam diam.
"Ternyata Nessa memiliki rasa yang sama denganku tapi ia merasa bersalah atas kematian Indi." Batin Hiro. Ia lalu mendekati makam Indi lagi.
"Terima kasih cantik. Aku tau kamu bagaikan malaikat. Kamu memang meninggalkan aku tapi kamu juga meninggalkan pengganti kamu untuk membahagiakan aku. Supaya aku gak terlarut dalam kesedihan mengingat kamu. Walaupun dengan cara yang menyakitkan, tapi aku tau semua akan indah. Terima kasih Indi. I hope you happy in heaven." Kata Hiro lalu melangkah meninggalkan makam Indi.
***
Langkah kaki Hiro lebih ringan saat ini setelah mendengar pengakuan Nessa. Ia lalu berkeliling dan berjalan menuju ke luar area pemakaman dan gak menemukan Nessa sama sekali. Ia lalu kembali ke mobil dan melajukan mobilnya sambil berharap ia bisa bertemu dengan Nessa.
Hati Hiro kembali harus khawatir karena Nessa sudah menghilang lagi, ia terus mengemudikan mobilnya sambil melihat kanan dan kiri. Perlahan sudut matanya menangkap bayangan Nessa di sebrang jalanan. Hiro lalu keluar dari mobil, menyebrang cepat menuju Nessa.
Beberapa pengendara jalanan mengklakson dan mengumpat karena Hiro menyebrang sembarangan. Hiro tak memperdulikan semua itu yang ia pedulikan adalah sampai di tempat Nessa dan gak melepasnya pergi lagi.
"Nes.. sha." Panggil Hiro sambil membalikkan bahu Nessa sehingga menghadap ke arahnya.
Nessa memekik pelan terkejut karena badannya tiba-tiba berputar seratus delapan puluh derajat dan dipeluk oleh Hiro. Dirasakan bahu Hiro masih naik turun, mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Nafasnya memburu karena mengejar Nessa, Hiro takut kehilangan jejak Nessa lagi.
"Kamu kenapa?" Tanya Nessa setelah dirasa nafas Hiro mulai teratur.
"Kamu kemana aja? Aku cariin kamu. Kenapa pergi dari rumah mama? Kamu gak bisa pamit? Kamu mau buat kami khawatir?" Tanya Hiro beruntun.
"Kak, lepasin dulu pelukannya. Ini dipinggir jalan, aku malu." Kata Nessa samba berusaha melepaskan pelukan Hiro. Ia malu karena sudah banyak yang melihat pelukan mereka, pengendara jalan atau orang-orang di sekitar mereka.
Dengan rasa gak rela Hiro akhirnya melepaskan pelukannya ke Nessa. Ia lalu menggandeng tangan Nessa untuk menuju ke mobilnya yang ia parkir di seberang sana. Kali ini Hiro menyebrang dengan berhati-hati dan gak terburu lagi karena Nessa sudah bersamanya. Hiro juga gak mungkin membahayakan nyawa Nessa bila ia menyebrang sembarangan seperti tadi.
***
Sampai di apartemen, Hiro langsung menyuruh Nessa untuk mandi dan bersiap untuk makan malam. Bi Ati juga sedang memanaskan sayuran yang sudah ia masak.
Di perjalanan pulang Hiro menghubungi mamanya dan Matius untuk menyuruh menghentikan pencarian Nessa. Hiro memberitahu kalau Nessa sudah ia temukan dan akan di bawa pulang ke apartemennya. Ia juga menelfon bi Ati untuk menyiapkan makan malam.
Dania sebenarnya memaksa Hiro agar Nessa dibawa ke rumah dahulu sebelum di bawa pulang Hiro menuju ke apartemen Hiro. Tapi Hiro tidak memenuhi permintan Dania, ia gak ingin Nessa tertekan karen pertanyaan Dania. Biarlah saat ini semua hanya Hiro dulu yang tau alasan dan kemana saja Nessa pergi selama setengah harian ini.
Saat keluar kamar, dilihatnya Nessa sudah duduk di meja makan. Kedua tangannya menopang dagu dan Nessa memainkan bibirnya menjadi seperti bibir bebek sedangkan matanya hanya bengong menatap kursi kosong di depannya.
Hiro mengecup bibir Nessa yang bentuknya seperti bebek. Nessa langsung terkejut. Ia tak menyadari kalau Hiro sudah keluar dari kamar dan sudah ada di meja makan. Ia sedang asik membayangkan bagaimana bibirnya bisa seperti bibir bebek.
"Bibir udah bagus di maju-majuin kaya psyduck. Itu namanya kan mancing di cium." Kata Hiro tersenyum dan duduk di depan Nessa.
"Ikh apaan sih kak Hiro. Aku kan tunggu kamu lama jadi iseng."
"Iseng kamu sampe gak sadar kalau aku udah keluar kamar yah. Tapi kamu lucu loh kaya psyduck." Kata Hiro sambil terkekeh.
"Emang psyduck apaan sih kak?" Tanya Nessa bingung, tangannya mulai mengambil piring Hiro lalu mengisinya dengan nasi, capcay seafood, sambel goreng dan juga kerupuk udang. Setelah mengisi piring untuk Hiro, Nessa lalu mengambil untuk makannya.
Hiro senang karena Nessa mulai banyak bicara lagi. Beberapa hari belakangan ini setelah pernyataan cinta Hiro, Nessa hanya berbicara secukupnya aja ke Hiro.
"Itu loh film Pikachu yang terbaru di bioskop." Kata Hiro di sela makannya.
"Oh, bagus gak kak?" Kata Nessa yang juga sambil mengunyah makanannya.
"Aku gak tau, kamu mau lihat. Aku sih lihat trailernya bagus kayanya, jd pikachunya animasi gitu dibuat nyata lah interaksinya sama manusia."
"Aku mau Lihat kak." Kata Nessa bersemangat.
"Boleh besok kita nonton di bioskop yah. Seharian aku temenin kamu yah, kita jalan-jalan. Tapi ada syaratnya." Kata Hiro membuat Nessa memajukan lagi bibirnya seperti bebek.
"Apa?" Tanya Nessa ogah-ogahan.
"Kamu selesai makan ini cerita, gimana kamu kabur dan kemana aja kamu setengah harian ini. Kalau kamu jujur, besok seharian waktu aku buat kamu. Gimana?" Tawar Hiro kepada Nessa.
Tangerang, 13 Agustus 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/185470988-288-k86754.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) An Incurable Heart
RomanceTAMAT ~Novel 3~ Rank 25 mama (180519) Rank 33 kebebasan (250519) Rank 134 rahasia (050619) Rank 394 penyesalan (080619) Aku amat sangat menyesal tentang kejadian kemarin yang menjungkir balikkan duniaku, seseorang yang tak bertanggung jawab yang me...