23. Menemui Seseorang

78 9 0
                                    

Author POV

Sore ini Hiro sepulang kerja Hiro mengantar Nessa menemui psikiater. Pengobatan Nessa masih terus berlangsung sampai saat ini, berkat dukungan Hiro banyak kemajuan yang dialami Nessa.

"Dok, bagaimana kalau saya membawa dia kepada seseorang yang ia kenal di masa lalunya. Seseorang yang secara gak langsung menimbulkan trauma kepada Nessa?" Tanya Hiro saat Nessa pergi ke toilet.

"Dulu ini pernah saya sarankan sewaktu di awal pengobatan kan. Jadi semua tergantung penerimaan Nessa terhadap rasa sakit yang lalu. Bisa jadi membuat dia tambah parah atau membuat dia sembuh. Menghilangkan trauma masa lalu kan semua kembali kepada diri kita sendiri, saya disini pun tugasnya hanya membantu Nessa." Kata dokter yang menangani Nessa.

Saat Hiro akan bertanya lagi, ia melihat Nessa sudah kembali jadi diurungkannya pertanyaan itu.

"Sudah? Kita mau pulang?" Tanya Hiro setelah Nessa sudah di dekatnya. Nessa haya menganggukkan kepalanya.

"Dok saya pamit pulang dulu." Kata Hiro.

***

Sesampainya di rumah, Hiro masih terus mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan. Apakah membawa Nessa untuk mengingat masa lalunya atau membiarkan Nessa mengubur semua itu. sejujurnya Hiro takut Nessa akan mengalami trauma yang lebih parah lagi kalau ia membawa Nessa mengingat masa terberatnya kemarin.

Hiro keluar dari kamarnya, melihat Nessa sedang duduk menoton tv dengan tenang. Entah apa yang dipikirkan Nessa saat ini sehingga duduk begitu tenang. Hiro lalu duduk disamping Nessa dan melingkarkan tangannya dibahu Nessa.

"Kita makan malam dulu yuk." Ajak Hiro pelan dan Nessa hanya mengangguk dan mematikan tv.

Mereka makan dalam diam, hanya dentingan sendok dan piring yang terdengar. Sesekali Hiro menatap Nessa yang sedang makan dengan tenangnya. Didalam hati kecilnya menginginkan Nessa bisa sembuh,  banyak bicara dan gak hanya mengangguk atau diam.

Selesai makan, Hiro membimbing Nessa untuk duduk di balkon apartemennnya sambil menikmati angin malam yang sejuk dan menikmati pemandangan malam yang indah. Nessa amat menyukai pemandangan ini. Hiro mengenggam tangan Nessa sambil mempertimbangkan keputusan apa yang akan ia ambil besok.

Hiro berpindah ke belakang Nessa dan memeluk Nessa dari belakang. "Indah yah? Kamu suka?" Tanya Hiro yang kini wajahnya sudah berada dilekuk leher Nessa.

"Suka." Jawab Nessa.

Satu kata tapi membuat Hiro tersenyum. Setidaknya Nessa mau berbicara sedikit. Trauma dan rasa bersalah yang dialami Nessa amat besar, kesembuhannya membutuhkan waktu yang gak sedikit. Sudah beberapa bulan Hiro membantu Nessa menyembuhkan itu tapi berjalan amat lambat.

Hiro masih terus merasa bingung, apakah keputusannya besok akan membuat Nessa bertambah parah atau sembuh. Ia terus berfikir sambil memeluk Nessa dari belakang dan menikmati wangi khas Nessa.

***

Semalaman Hiro berfikir dan telah mencapai keputusannya. Apapun resikonya siap dia hadapi, ia hanya berharap keputusannya yang ia ambil bukanlah sebuah kesalahan. Hari ini Hiro sudah mengabari abeojinya untuk gak masuk kantor, ia akan membawa Nessa ke suatu tempat.

"Nes, siap-siap yah setelah sarapan pagi kita pergi. Aku mau mengajak kamu pergi." Kata Hiro dan Nessa hanya memberikan tatapan polosnya tanpa jawaban.

Setelah sarapan pagi, Hiro mengajak Nessa pergi ke suatu tempat. Diperjalanan Hiro sempat mampir untuk membeli bunga lili putih.

Nessa masih terdiam di tempatnya padahal mobil mereka sudah sampai tempat tujuan. Hiro lalu membantu Nessa turun dari mobil dan tak lupa membawa bunga lili putih yang tadi dibelinya. Mereka terus berjalan sampai di tempat yang di tuju.

Hiro lalu meletakkan bunga lili itu di depan makam Elisa. Nessa masih terus terdiam sambil memandang nisan mamanya, ia lalu mengelus nisan mamanya. Ia sangat merindukan Elisa yang selalu disampingnya.

"Ma, Nessa kangen.'" Kata Nessa masih mengusap nisan mamanya, lalu Nessa mengalihkan pandangannya ke Hiro. "Mama sukanya mawar putih. Nanti kalau kesini lagi kita bawa mawar putih buat mama juga papa."

Hiro terkejut, ini adalah kali pertama kalimat panjang yang dikeluarkan Nessa untuk Hiro, biasa Nessa hanya mengeluarkan sepatah kata saja. Hiro langsung mengangguk.

"Lain kali kalau kita kesini lagi kita beli mawar putih. Sekalian sama papa kamu, papa kamu suka bunga apa?" kata Hiro sengaja memancing agar Nessa masih terus berbicara kepada Hiro.

"Mawar putih juga kaya mama, apa yang mama suka pasti papa suka." Dan lagi Nessa berkata lumayan panjang kepada Hiro.

Hiro lalu diam memberikan ketenangan kepada Nessa saat menunjungi makam orang tuanya. Sudah berapa lama Nessa tak mengunjungi makam orang tuanya. Terakhir sesaat sebelum Nessa diusir dari rumahnya.

Kali ini Nessa hanya mengusap-usap nisan Elisa dan sesekali nisan Prambudi tanpa mengeluarkan banyak kata. Mungkin begini cara Nessa berinteraksi dengan orang tuanya yang sudah meninggal. Membicarakan apa saja kepada orang tuanya dalam diam.

Dirasa oleh Hiro kunjungan ke makam ini telah cukup lama, ia lalu menggenggam angan Nessa. membawa Nessa ke alam sadar lagi, karena dari tadi Nessa hanya terbengong melihat makam Elisa dan Pramabudi.

"Kita pergi yuk. Masih ada satu tempat yang harus kita kunjungin. Tapi kamu janji kamu harus tetep kuat." Kata Hiro mengajak Nessa meninggalkan makam orang tuanya.

***

"Nessa? Apa kabar?" Tanya Ando sambil memegang tangan Nessa yang berada di meja.

Hiro yang melihat tangan Nessa di genggaman Ando merasa amat marah di dalam, ia ingin mengurai tangan itu. Namun sebelum Hiro mengurai tangan Nessa dan Ando, Nessa sudah menarik tangannya cepat.

Nessa terus merasa gugup saat melihat Ando, keringat dingin terus keluar dari kening Nessa. Ruangan menjadi amat sepi selama beberapa menit. Semua terdiam menanti apa yang akan terucap.

"Kenapa?" Tanya Nessa setelah mereka semua terdiam beberapa menit lamanya. Matanya lurus menatap dengan tatapan kekecewaan dan terluka.

"Maksud kamu?" Tanya Ando bingung dengan apa yang dimaksud Nessa.

"Kenapa kamu jadi lelaki yang terlalu pengecut. Aku udah nanggung semuanya tapi kenapa kamu biarin keluarga kamu hancurin semua yang aku punya. Kalau aku ada salah dan kamu mau hukum seseorang maka hukum aja aku jangan keluarga aku." Perlahan air mata Nessa turun.

"Aku, ak-" Ando tergagap bingung harus memberikan jawaban apa kepada Nessa.

"Harusnya kamu tau apa akibat yang kamu dan keluarga kamu lakuin buat aku. Aku kehilangan mama selamanya." Nessa menghapus kasar air mata yang turun di pipinya.

"Maafin aku." Kata Ando sambil merundukkan kepalanya tanpa berani lagi melihat Nessa.

"Apa dengan maaf kamu, mama aku bisa kembali hidup? Bisa mengembalikan rumah aku yang diambil paksa dengan keluarga kamu? Bisa membalas waktu yang aku habiskan di penjara? bisa menghapus rasa bersalah aku ke wanita yang kamu tabrak? Bisa mengembalikan hati aku yang terlanjur hancur?"

Selama percakapan ini Hiro terus berada disamping Nessa memperhatikan dan juga mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Ia sendiri bimbang dengan cara membuka cerita yang lalu apakah Nessa akan sembuh atau makin parah, tapi Hiro ingin mencoba dan melihat hasilnya.

"Maafkan aku, Nes." Hanya maaf lagi yang mampu Ando ucapkan.



Tangerang, 9 Agustus 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang