43. Jawaban

54 5 0
                                    

"Bisa ikut aku, Nes?" Tanya Hiro kepada Nessa lembut berbeda dengan saat ia berkenalan dengan Gilbert.

"Iya bisa." Jawab Nessa. "Kak tadi katanya mau nengok kak Indah, dih masuk sana." Kali ini Nessa berbicara kepada Gilbert dan mendorong tubuh Gilbert untuk menuju ke pintu rumah.

Gilbert yang tau tentang Hiro dari cerita Nessa dan Indah lalu masuk karena dirasa Nessa pasti baik-baik saja. Begitu Gilbert masuk, Hiro lalu menggenggam tangan Nessa dan membawanya menuju mobilnya. Setelah Nessa masuk di kursi penumpang, Hiro lalu memutar ke balik kursi pengemudi dan membawa Nessa menuju apartemennya.

***

"Nes.." Perkataan Hiro terputus karena ponsel Nessa berbunyi, tanda panggilan masuk.

"Halo, kak." Kata Nessa mengangkat telfon dari Indah.

"Kamu dimana, Nes? Kata Gilbert kamu ketemu sama Hiro, apa bener?" Tanya Indah setelah telfonnya diangkat oleh Nessa.

"Iya kak. Sekarang aku di apartemen kak Hiro."

"Kamu pulang gak malam ini?"

"Aku gak pasti, nanti aku kabarin lagi yah kak."

"Ya udah baik-baik kamu jaga diri yah. Nanti berkabar lagi aja." Kata kak Indah mengakhiri panggilannya.

"Siapa?" Tanya Hiro yang sudah memeluk Nessa posesif dari belakang.

"Kak Indah, tanya apa aku sama kamu dan apakah aku pulang atau gak."

"Oh. Ayo duduk sini." Ajak Hiro ke sofa tempat mereka beberapa bulan lalu duduk bersama dan berbagi cerita.

"Aku kangen kamu." Kata Hiro dengan mata yang tak lepas menatap Nessa. Matanya mengambarkan rasa rindu yang teramat sangat kepada Nessa.

"Bohong, kalau kangen gak mungkin selama ini baru pulang. Janjinya cuma dua minggu bakal pulang secepatnya nyatanya hampir tiga bulan baru pulang. Juga makin jarang hubungin aku, sampe satu minggu ini gak ada kabar." Kata Nessa menekuk bibirnya ke bawah.

"Maafkan aku, Nes. Setelah memahami perusahaan haraboji di seminggu awal, aku lalu benar-benar harus memegang full perusahaan itu. Aku mengatur dan menyusun semuanya supaya aku cepat pulang ke sini, ke kamu."

"Maafin aku yang ingkar kalau satu bulan setelah aku pergi akan pulang dan meminta jawaban kamu tapi nyatanya gak bisa. Aku minta maaf karena udah ngecewain kamu. Tapi aku bener gak bisa ninggalin perusahaan, apalagi haraboji keadaanya juga masih harus dirawat. Kamu mau kan maafin aku?"

"Iya gak apa kok. Aku maafin kamu walau masih kesel. Kamu ingkar janji trus gak ada kabar berhari-hari dan kadang berubah jadi dingin." Jawab Nessa.

"Aku minta maaf sayang. Aku beneran kerja dan gak ada melenceng di sana. Gak selingkuh atau apapun kok."

"Iya aku percaya."

"Terus gimana jawaban kamu dulu? Kamu mau jadi istri aku, adik aku atau kita hanya jadi temen aja?" Tanya Hiro.

"Sebenernya gak lama dari kamu pergi, aku udah mantapin hati buat keputusan aku yang mau jadi istri kamu. Tapi makin kesini aku kok kaya mikir ulang keputusan aku."

"Kenapa?" Tanya Hiro, lalu ingatannya kembali ke Nessa dan Gilbert. "Apa karena lelaki tadi?"

"Hah apa? Siapa?" ucap Nessa gak mengerti dengan kata lelaki tadi.

"Lelaki yang nganter kamu pulang, yang ketawa bareng kamu dan pegang tangan kamu sok-sok ngelindungin kamu." Kata Hiro yang nadanya memberat karena menahan cemburu.

"Hahaha kamu lucu kak." Tawa Nessa meledak dengan tuduhan Hiro yang baginya gak masuk akal.

"Kamu ketawa gini palah bikin aku makin curiga. Ada hubungan apa kamu sama dia, kok kayanya special banget." Kata Hiro yang rahangnya sudah mengeras.

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang