24. Apa Kamu Ingat Aku?

76 11 0
                                    

"Maafkan aku, Nes." Hanya maaf lagi yang mampu Ando ucapkan.

"Selama ini aku diam bukan karena ingin menutupi kesalahan kamu, aku terlalu terkejut karena kamu gak mampu bertanggung jawab. Saat kamu menemui aku dan meminta aku yang menanggung semua ini aku bahkan lebih terkejut. Rasa bersalah karena wanita itu meninggal lah yang makin membuat aku diam."

"Diam yang aku lakukan pun dibalas dengan hal yang sangat tidak manusiawi dari keluarga Hanggara yang terhormat. Bukan hanya mengambil apa yang ditingalkan oleh almarhum papa tapi kalian juga merenggut nyawa mama. Bahkan saat orangtua kamu mengambil semuanya, kamu gak mampu sama sekali membela keluarga aku."

"Disaat aku menderita sendirian di dalam penjara, kamu menikah dengan wanita pilihan orang tuamu. Disaat aku terpuruk karena mama meninggal, apa yang keluarga kamu lakukan? Memukul aku seolah-olah aku adalah sesuatu yang hina bahkan membuang aku kejalanan."

Tangan kecil Nessa lagi-lagi menghapus air mata yang turun mengingat semua yang ia alami selama ini. Kilasan potongan-potongan kejadian yang hampir setahun berlalu kini muncul lagi dalam ingatan Nessa. potongan kenangan yang sebenarnya gak ingin diingat Nessa.

Nessa lalu melepaskan cincin yang ada di jari manis kirinya, diletaknnya dimeja lalu di dorong perlahan ke depan Ando. Membuat Ando terkejut melihat cincin itu, Ando lalu menatap Nessa dengan pandangan terluka.

"Kenapa?" Cicit Ando pelan tapi masih masuk ke pendengaran Hiro maupun Nessa.

"Aku kembalikan apa yang gak seharusnya aku ambil. Aku adalah orang yang paling gak pantas dengan itu dan kamu." Kata Nessa datar.

"Tapi aku cinta kamu, Nes. Kamu yang pantas dampingin aku." Kata Ando seraya memohon dengan matanya.

"Maaf, aku merasa kita lebih baik gak akan bertemu selamanya setelah ini. Entah dikehidupan sekarang atau mendatang, aku gak mau lagi mengenal kamu. Sudah cukup kamu menggores luka yang terlalu dalam dihati aku dan mungkin tak tersembuhkan lagi." Kata Nessa yang lalu bangkit dari kursi lalu berjalan ke arah keluar dari ruangan yang mempertemukan dia dan Ando.

"Apa yang kamu dan keluarga kamu lakukan kepada Indi, Nessa dan keluarganya akan dibayar satu persatu hingga lunas. Nantikanlah semua pembayaran rasa sakit itu." Kata Hiro sebelum bangkit dan menyusul Nessa yang hampir mencapai pintu.

Nessa yang mendengar perkataan Hiro hanya berbalik sebentar, menatap Hiro lalu menatap Ando.

"Apapun yang terjadi dengan aku selama ini, aku berusaha iklas dan kuat. Aku gak akan menuntut balas lagi, aku hanya berharap kita jangan saling bertemu lagi karena pertemuan ini hanya menghasilkan luka." Nessa memejamkan matanya sebentar sambil menghirup nafas sebanyak-banyaknya mengisi paru-parunya lalu menatap Ando lagi.

"Bila nanti ada pembalasan kepada kamu dan keluarga kamu, itu bukan karena perintah aku. Dan aku gak akan menghalangi sesiapapun untuk membalaskan dendam kepada kamu dan keluarga kamu." Ucapan Nessa ini adalah yang terakhir sebelum dia keluar dari ruangan itu.

Setelah sampai di parkiran, Nessa lalu berjongkok dan menangis. Ia kembali merasa sesak di dadanya, ia memukul-mukul dadanya. Rasa sakit yang ia dera selama ini, rasa sakit yang berusaha ia lupakan tapi hari ini potongan puzzle itu melintas dan lengkap menjadi sebuah gambaran cerita di kepala Nessa.

Hiro memegang tangan Nessa yan memukul dadanya, membuatnya berhenti. Dihapusnya air mata yang masih mengalir di pipi Nessa, Hiro membantu Nessa bangkit lalu memeluknya dan mengusap-usap punggung Nessa hingga tenang.

Tangis Nessa mereda di pelukan Hiro, Hiro yang merasakan hal itu lalu membawa Nessa kembali ke mobil dan membawa Nessa pulang ke apartemennya.

***

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang