Hiro POV
"Hai, Aku datang lagi. Apa kabar kamu disana?"
Hari ini aku kembali ke makam Indi, meletakkan bunga lili putih kesukaannya menggantikan lili putih yang dua hari lalu aku letakkan di atas makamnya. Sebisa mungkin aku mengunjungi makam Indi di sela-sela waktuku bekerja.
"Apa kamu gak kangen sama aku. Aku disini merindukan kamu." Aku masih terus memandang makam Indi.
"I hope you happy in heaven. Did you know, you're my angel?" Tak terasa air mataku mengalir lagi, perjuangan kami menjalani backstreet selama empat tahun ini akhirnya terpisahkan oleh maut. Aku masih tak menyangka, bukan orang tua yang memisahkan kami tapi kenyataan maut yang memisahkan kami.
"Aku pulang dulu yah, saat aku sempat nanti aku temuin kamu lagi."
Aku meninggalkan makam Indi, lelah rasanya hanya bermonolog dengan Indi. Gak pernah lagi ada senyum cerianya. Gak ada lagi yang bisa kami janjikan dibelakang keluarga kami. Ya keluarga kami yang menentang hubungan ini karena persaingan bisnis, mengapa persaingan bisnis ini berimbas kepada hubungan kami.
***
Di depanku duduk wanita yang beberapa bulan lalu ku cekik di kantor polisi. Dia duduk dan menatapku kosong, dia terus diam walau pandangan kami terus beradu. Aku menatapnya tajam, membaca lewat manik matanya yang kosong.
"Setelah ini akan aku buat hidup kamu seperti di neraka. Sekalipun kamu memohon kepadaku, akan ku buat kamu merasakan derita yang sesungguhnya." Kataku dengan tatapan dingin dan tajam tapi dia tak bergeming.
"Maaf." Lirih wanita yang aku tatap. Dari dikantor polisi sampai persidangan wanita ini tak mengeluarkan suara, baru kali ini aku mendengarnya berbicara langsung denganku dan juga mendengar suaranya.
Tak habis dipikiranku, apakah nyawa hanya bisa diganti dengan kata maaf saja. Apa dia gak pernah tau karena dia, aku harus kehilangan kekasihku, malaikatku dan hidupku. Rasanya aku hancur setelah Indi meninggal. Apakah maafnya begitu berharga dan sebanding dengan nyawa seseorang.
"Apakah maaf kamu lebih berharga dari ada nyawa Indi? Harusnya kamu yang mati bukan Indi."
"Maaf." Lalu ia berdiri dan membungkuk berkali-kali, "Maaf, maaf."
Ia terus-terusan mengumamkan kata maaf lalu pergi dari hadapanku kembali menuju selnya. Aku hanya terperangah melihatnya pergi saat aku belum menyelesaikan apa yang ingin aku katakan.
Aku mengeluarkan ponsel menghubungi orang yang aku percaya selama ini.
"Email dan cetak semua data yang sudah kamu kumpulkan terus awasi wanita yang sudah menabrak Indi. Laporkan bila ada yang penting dan jangan sampai lepas. Terus selidiki kejadian kemarin." Kataku lalu mematikan panggilan telfonku. Aku mulai fokus mengusut apa fakta yang sebenarnya dibalik meninggalnya Indi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) An Incurable Heart
RomanceTAMAT ~Novel 3~ Rank 25 mama (180519) Rank 33 kebebasan (250519) Rank 134 rahasia (050619) Rank 394 penyesalan (080619) Aku amat sangat menyesal tentang kejadian kemarin yang menjungkir balikkan duniaku, seseorang yang tak bertanggung jawab yang me...