"Nessa, selain masalah uang tabungan itu ada yang mau om sampaikan ke kamu." Kata Hindra membuat Nessa mengalihkan matanya dari surat yang dibuat Elisa beberapa tahun lalu.
"Ya om." Jawab Nessa lemah.
"Kamu sekarang di Jakarta sudah gak punya sanak keluarga lagi. Papa kamu adalah anak tunggal, mama kamu hanya punya kakak yaitu om..." Hindra mengantung kalimatnya melihat apa yang ada dipikiran Nessa.
"Om mau ajak kamu ke Medan buat tinggal sama om. Mama kamu juga kan sudah gak ada, om takut kamu kenapa-kenapa lagi. Gimana kamu mau yah?"
Nessa gak akan menyangka kalau Hindra akan mengajaknya pindah dari Jakarta, tempat Nessa lahir dan besar. Apa lagi makam kedua orang tuanya ada di Jakarta. Setelah berfikir sejenak Nessa lalu memantapkan hatinya untuk menjawab permintaan om nya itu.
"Nessa rasa, Nessa mau tinggal di Jakarta aja om. Makam mama papa juga disini, Nessa mau dekat sama mereka walau hanya mengunjungi makamnya aja. Om jangan khawatir, Nessa pasti bisa jaga diri. Kalau ada apa-apa Nessa pasti hubungin om kok." Jawab Nessa.
"Om hargai keputusan kamu. Bagaimana pun kamu sudah besar dan bisa memutuskan mana yang baik dan buruk. Cuma kamu kalau ada apa-apa pastikan hubungi om. Jangan berusaha sendiri kaya kemarin, om gak mau terlambat lagi kaya kemarin." Kata Hindra tegas dan menghargai keputusan yang diambil keponakannya.
"Oya, besok pagi-pagi sekali om harus sudah pulang lagi ke Medan. Om gak bisa cuti terlalu lama, banyak pekerjaan yang harus om urus. Kamu jaga diri yah." Kata Hindra lagi.
***
Hiro POV
Hari ini pagi-pagi sekali aku pergi ke rumah wanita itu lagi. Entah apa yang aku pikirkan sehingga hari ini aku pergi lagi melihat wanita itu. Aku tetap melihat rumah itu dari dalam mobil.
Orang yang sama yang kemarin menjemputnya sepertinya baru pulang dari lari pagi dan membawa kantong kresek berisi makanan. Ternyata ia adalah pamannya, aku semalam menyuruh Matius menyelidiki siapa yang menjemput wanita itu. Ternyata pamannya pun seorang anggota polisi, berkat bantuan beberapa temannya sesama polisi maka kebenaran tentang malam itu terungkap.
Aku terus menunggu tak jauh dari rumah itu, rasanya seperti orang gila. Kegilaan yang membuat aku ingin melihat dan mengetahui apa yang akan dilakukan wanita itu. Mungkin harusnya aku menyuruh Matius saja yang memata-matai wanita itu. Saat aku hendak menelfon Matius tiba-tiba ekor mataku melihat dia dan pamannya keluar dari rumah itu. aku langsung memasukkan ponselku dan mengikuti mobil mereka.
Beberapa jam aku mengikuti mobil mereka dari jarak yang aman sehingga mereka tidak tau kalau aku mengikuti mereka. Sampai tiba di kawasan pemakaman.
"Siapa yang akan mereka kunjungi?" Pertanyaan ini terus muncul di kepalaku.
Mereka berhenti di sebuah makam, aku hanya melihat dari balik pohon dan tetap terus menjaga jarak aman agar mereka tidak mengetahui keberadaanku. Dibalik kaca mata hitamku, aku melihat wanita itu langsung bersimpuh lutut dan menangis sejadi-jadinya.
"Mama, jangan tingalin Nessa ma. Mama bangun ma. Mama Nessa takut sendirian."
"Mama maafin Nessa, jangan begini. Jangan hukum Nessa begini. Nessa salah sama mama tapi mama jangan tinggalin Nessa. Nessa nanti sama siapa ma?"
"Kenapa om rahasiain ini dari Nessa?"
Suara wanita itu masih terdengar di telingaku, lengkingan tangisnya begitu menyayat hati. Dari balik pohon ini aku hanya terdiam dan terus mendengarkan apa yang mereka katakan.
"Waktu om jenguk kamu dulu di tahanan, itu satu hari setelah mama kamu meninggal. Gak ada niatan om buat sembunyiin apapun dari kamu Nes. Cuma om rasa waktu itu gak tepat, om lihat mata kamu yang kosong. Kamu pasti juga tertekan dengan kasus kamu, om gak mau nambahin beban pikiran kamu dengan berita meninggalnya mama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) An Incurable Heart
RomanceTAMAT ~Novel 3~ Rank 25 mama (180519) Rank 33 kebebasan (250519) Rank 134 rahasia (050619) Rank 394 penyesalan (080619) Aku amat sangat menyesal tentang kejadian kemarin yang menjungkir balikkan duniaku, seseorang yang tak bertanggung jawab yang me...