26. Kabur!!!

79 8 0
                                    

Flashback On

Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Ando, saat Hiro sudah pergi kerja dan bi Ati sedang sibuk merapihkan kamar Hiro, Nessa keluar memawa koper yang berisi bajunya koper itu sudah ia bereskan dari semalam, sehingga pagi itu Nessa tinggal kabur.

"Mau kemana kamu?" Tanya Hiro dengan tatapan tajam, ia menatap Nessa dan koper yang digeretnya di lorong yang gak jauh dari pintu apartemennya. Hiro kembali ke apartemennya karena ingin mengambil berkas yang tertinggal tapi ternyata palah memergoki Nessa yang akan kabur.

Nessa yang kepergok Hiro hanya menggaruk kepalanya yang gak gatal sambil mengeluarkan cengirannya tanpa bisa menjawab pertanyaan Hiro yang kini sedang menatapnya tajam.

"Mau kemana kamu?" Ulang Hiro sambil melipat tangannya di depan dada, tanpa mengurangi tatapan tajam kearah Nessa.

"Em, mau main." Kata Nessa mulai agak takut melihat tatapan Hiro.

"Kamu mau main pake bawa koper sama ransel?" Tanya Hiro dingin. "Kamu mau main atau kabur?"

"Aku harus keluar dari aparteman kamu. Aku gak mau jadi parasit di hidup kamu." Kata Nessa sambil merundukkan kepalanya gak berani menatap Hiro.

"Siapa bilang kamu boleh pergi dari apartemen aku. Siapa bilang kamu jadi parasit buat aku?"

"Gak ada, cuma aku harus lebih sadar diri. Dengan dekat sama kamu juga pasti kamu terluka liat aku aja." Kata Nessa yang kaget tiba-tiba Hiro mengambil kopernya lalu dengan tangannya yang bebas ia menyeret Nessa kembali ke apartemennya.

Nessa hanya diam mengikuti Hiro karena Nessa tau saat ini pasti Hiro sedang marah, ia tau selama ini Hiro gak pernah mengeluarkan kata yang dingin atau menatap Nessa tajam seperti barusan.

Hiro menyeret Nessa masuk ke dalam apartemennya lalu membanting pintu apartemennya kencang sehingga membuat bi Ati yang sedang berada di kamar Hiro langsung keluar. Hiro memberikan kode agar bi Ati kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Sadar diri gimana maksud kamu? Luka apa hah!" Teriak Hiro menggema.

"Aku hanya sadar di kalau aku bukan siapa-siapa kamu dan gak seharusnya kau berada disini menyusahkan kamu. Kamu juga pasti terluka kalau ngeliat aku karena aku yang menyebabkan pacar kamu meninggal." Kata Nessa pelan dan mati-matian menahan air matanya karena bentakan Hiro yang baru kali ini ia dengar.

Hiro mengacak-acak rambutnya bingung menghadapi sikap dan kata-kata Nessa kali ini, sedangkan dia sendiri belum bisa menentukan perasaan apa yang ia punya untuk Nessa. Ia mencintai Nessa atau melindungi karena kasihan dengan keadaan Nessa.

"Kamu mau tau status kita? Kamu mau status diantara kita?" Tanya Hiro dingin tapi nadanya sudah gak setinggi tadi.

Nessa terdiam. Nessa bukan ingin status antara dia dan Hiro. Hiro lalu mengangkat dagu Nessa yang dari tadi hanya tertunduk sehingga menatap ke arah matanya. Hiro terkejut dengan apa yang dilihatnya, mata Nessa sudah berkaca-kaca dan air mata diujung matanya siap meluncur dengan sekali kedip.

Hiro lalu membawa Nessa kedalam pelukannya. "Maafin aku gak ada maksud aku buat kasar sama kamu, aku cuma kesal kamu mau pergi dari sini."

Nessa lalu menangis di dalam pelukan Hiro. Setelah Nessa dan Hiro tenang, Hiro lalu melepaskan pelukannya dan membimbing Nessa duduk di sofa. Hiro menghapus sisa airmata yang masih ada di pipi Nessa.

Hiro menghembuskan nafasnya pelan sambil menggengam tangan Nessa dan menatapnya penuh keyakinan, Hiro mulai mengucapkan apa yang apa dipikirannya.

"Kamu tau, terkadang kita merajut mimpi indah tentang hidup yang akan kita jalani ke depan. Tapi kamu juga perlu tau kadang takdir atau semesta seakan-akan bermain dengan kehidupan kita. Ia memisahkan apa yang kita cintai dan sayangi, mempertemukan apa yang kadang menurut kita akan menyusahkan dan menyakitkan kita."

"Tapi perlu kita sadari kalau Tuhan mengambil yang baik dari kita untuk memberikan yang lebih baik lagi untuk kita. Mengambil yang besar dan memberi yang lebih besar. Mengambil agar kita bersikap lebih menghargai suatu sebelum merasa kehilangan."

"Jujur aku sangat marah kehilangan Indi, aku merasa Tuhan mempermainkan aku. Selama ini kami gak mendapatkan restu orang tua dan kini harus terpisah dengan kematian. Kalau boleh memilih aku bakal lepasin dia sama lelaki lain tapi aku masih bisa lihat dia, kalau meninggal begini aku gak akan bisa melihat dia lagi."

Nessa hanya terus menatap Hiro dengan perasaan terluka, matanya mulai mengeluarkan air mata lagi, ia benar-benar merasa bersalah. Walaupun bukan Nessa yang mengemudikan mobil itu tapi malam itu Nessa berada di dalam mobil dan melihat dengan jelas bagaimana Indi tertabrak dan terpental.

"Awal kehilangan dia, aku benar-benar marah. Seiring berjalannya waktu aku sadar jika memang jodoh pasti akan bertemu tapi bila gak berjodoh pasti terpisah dengan cara apapun, entah itu kita saling menemukan pasangan lain atau kematian. Dan yang aku alami adalah kematian. Disini aku berusaha iklas dengan jalanan takdir yang mengharuskan aku dan Indi berpisah. Mungkin ini adalah yang terbaik buat Indi dan aku. Toh mau bagaimana juga Indi pasti udah bahagia di surga."

"Kalau mau tau yang aku rasa, aku hancur. Berat, pasti berat. Kamu tau hubungan aku dan Indi sudah berjalan tiga tahun dan semua itu udah kita alami manis, asam, asin dan pahitnya sebuah hubungan yang gak direstuin. Pejuangan yang bisa dibilang gak gampang."

"Dan saat ini aku jujur. Dengan ngeliat kamu, aku gak terluka sama sekali. Kamu adalah kamu. Indi adalah Indi. Aku gak mau sangkut pautin kamu dan Indi. Aku cuma pengen kamu bahagia, aku bahagia dan juga Indi bahagia di sana."

"Aku udah gak terluka dan aku juga mau bahagia. Jalanan aku ke depan masih panjang. Aku gak mau mengingat kenangan yang menyakitkan. Biar semua kenangan lalu aku masukin ke dalam peti yang aku simpen jauh di dalam hati aku. Biar aku menatap ke depan dengan lebih ringan dan bahagia."

Hiro lalu menghapus air mata yang masih terus mengalir di pipi Nessa saat ia terus menjelaskan apa yang saat ini ia rasakan.

"Bagi aku kamu bukan sebuah parasit di hidup aku. Aku bahagia kamu masih berdiri disini nemenin aku terus. Kalau kamu bilang kamu bukan siapa-siapa. Aku tau kamu juga mau kepastian status kita. Tapi saat ini aku gak bisa kasih kamu status yang pasti tentang hubungan kita. Aku juga mencari semuanya, saat ini kasih aku waktu buat mastiin perasaan aku ke kamu. Apakah aku sayang dan cinta ke kamu layaknya lelaki kepada wanita atau aku hanya nganggep kamu adik aku yang perlu aku lindungi. Tolong kasih aku waktu."

Mendengar penjelasan Hiro yang panjang lebar membuat Nessa gak bisa berkata apa-apa hanya mampu menangis. Setelah tenang, akhirnya Hiro memutuskan untuk membawa Nessa ke kantornya. Hiro gak mau kecolongan lagi dan Nessa mencoba kabur lagi.

Sejak kejadian ini, dipintu apartemen Hiro selalu ada satu body guard yang berjaga bergantian. Hiro gak mau Nessa pergi lagi.

Flashback Off



Tangerang, 9 Agustus 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang