35. Bibir Psyduck

57 4 0
                                    

"Apa?" Tanya Nessa ogah-ogahan.

"Kamu selesai makan ini cerita, gimana kamu kabur dan kemana aja kamu setengah harian ini. Kalau kamu jujur, besok seharian waktu aku buat kamu. Gimana?" Tawar Hiro kepada Nessa.

Lagi-lagi Nessa memajukan bibirnya sebelum mengangguk menyetujui syarat yang diajukan Hiro.

"Udah sekarang kamu makan yang bener yah, gak pake majuiin bibir itu. Kalau kamu terus-terusan majuin bibir kamu yang ada kita nanti gak makan nasi tapi makan petis." Kata Hiro mulai mengerlingkan matanya iseng dan mesum.

"Petis apa? Kan gak ada buah buat bikin petisan." Kata Nessa setengah bingung.

"Aku suka petis buah, tapi lebih suka petis bibir kamu. Kaya ada manis-manisnya gituh." Hiro terus menggoda Nessa, sedangkan muka Nessa sudah memerah kaya di tabok warga sekampung.

"Genit. Mesum." Kata Nessa yang terus merasa pipinya memerah dan panas.

"Ikh aku mah genitnya cuma sama kamu, mesumnya juga cuma sama kamu. First kissnya aku buat kamu. First kissnya kamu juga buat aku."

"Kak udah dong, aku malu." Kata Nessa yang lalu memegang kedua pipinya. Ia merasa makin panas pipinya jika Hiro gak menghentikan godaannya kepada Nessa.

Hiro yang melihat tingkah Nessa hanya tertawa. Sungguh Nessa adalah wanita yang benar-benar polos dan baik.

"Tuhan aku pernah sakit karena jatuh cinta, aku takut untuk jatuh ke dua kalinya. Tapi kali ini aku mohon jatuhkanlah hatiku sejatuh jatuhnya kepada wanita di depanku ini. Jangan biarkan ada orang lain lagi diantara kami." Batin Hiro sambil terus memandang lekat Nessa.

***

Selesai makan, mereka lalu berpindah ke ruang tv. Mereka duduk berdampingan tapi tanpa ada niatan untuk menghidupkan tv karena mereka akan membahas masalah yang tadi menggantung di meja makan.

"Jadi kamu udah siap cerita masalah kemana kamu tadi?" Tanya Hiro sambil menghadap kearah Nessa.

Nessa menganggukkan kepalanya "Tapi ada yang mau aku tanya dulu."

"Apa?"

"Tadi kak Hiro bahas masalah first kiss. Terus kak Hiro beneran janji besok seharian temenin aku jalan-jalan?" Tanya Nessa sambil menghadapkan posisi duduknya menghadap Hiro juga.

"Apa yah. First kiss gitu? First kiss kamu? Kan jelas yang pertama kiss bibir kamu itu aku." Hiro mulai menggoda Nessa lagi.

"Kak aku serius. Bukan aku tapi kamu."

"Aku." Kata Hiro menunjuk dirinya. "Yah emang first kissnya aku buat kamu. Jadi kita impaskan? Kamu sendiri emang dulu sebelom sama aku gak pernah kiss kiss gitu?"

Nessa lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu menggelengkan kepalanya.

"Serius?" tanya Hiro meyakinkan lagi.

"Gak kak. Aku kan pacaran baru satu kali dan kemaren aku masih kecil." Kata Nessa serius. "Terus kamu sendiri gimana?"

"Enggak juga. Lagian kan pacaran gak cuma sekedar kontak fisik aja Nessa. Kita harus bisa jaga diri kita dan pasangan. Aku gak mau asal cium peluk apa lagi sampai sex diluar nikah dengan orang yang gak aku yakinin bakal jadi pendamping aku sampe maut memisahkan." Jelas Hiro.

"Terus maksud kamu cium dan peluk aku apa yah kak?"

"Gak tau Nes, dulu aku lihat kamu pas trauma tuh kasihan. Tapi aku tau perlakuin kamu dengan lembut bisa balikin atau minimal bikin perasaan kamu tenang. Tapi makin kesini aku ngerasa aku sayang dan cinta sama kamu, gengsi aku aja yang gede makanya mungkirin semua perasaan itu ke kamu. Aku mau kita mulai dari awal, saling ngebahagiain. Kita udah banyak terluka buat ngelaluin ini semua."

"Udah akh jangan bahas yang lalu atau tentang diri aku. Yang aku tau sekarang aku sayang kamu untuk sekarang dan sampai nanti." Kata Hiro dan Nessa hanya menganggukkan kepalanya.

"Terus jawab pertanyaan aku yang satu lagi." Kata Nessa.

"Apa lagi? Kamu ini cm akal-akalan aja yah gak mau cerita kemana kamu siang ini?" Kata Hiro mulai hilang kesabaran menghadapi Nessa.

"Itu kata kak Hiro tadi, besok beneran mau temenin aku jalan dan nonton seharian?" Ulang Nessa lagi.

"Iya asal kamu cerita yang jujur, bagaimana dan kemana aja kamu seharian tadi." Kata-kata Hiro ini membuat mata Nessa berbinar-binar karena ia sudah lama gak nonton dan terkurung di apartemen Hiro. Bahkan Nessa sudah lupa kapan terakhir ia pergi nonton bioskop.

"Tadi abis makan siang aku mau istirahat di kamar, tapi aku gak bisa tidur atau ngapa-ngapain. Aku keluar kamar juga sepi. Jadi aku pergi. Aku bilang sama pak Maman kalau aku mau beli kebutuhan aku, udah izin sama kamu dan mama." Kata Nessa sambil nyengir kuda membuat Hiro menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Nessa berbohong bilang sudah pamit kepada Hiro atau mamanya pada pak Mamat.

"Aku pergi ke tempat kak Indah, temen aku di penjara dulu. Aku minta bantuan dia buat cari makam Indi. Dari tempat kak Indah aku ke makam mama sama papa dulu baru ke makam Indi."

"Ngapain kamu ke makam Indi?" Tanya Hiro walaupun ia sudah tau apa yang dilakukan oleh Nessa.

"Cuma mau minta maaf. Dengan minta maaf ke Indi, aku mau hati aku lega. Aku gak mau terus-terusan terbebani lagi. Sekarang aku agak lega daripada kemarin." Jawab Nessa sambil tersenyum. Senyum yang amat manis sehingga membuat Hiro terpesona.

"Kamu cantik kalau kaya gini. Aku berharap kamu bisa begini terus. Aku gak mau kamu jatuh kaya dulu lagi. Aku mau mata kamu ada cahaya kaya gini. Demi aku, kamu harus kaya gini terus yah." Kata Hiro yang hanya dijawab dengan anggukan.

"Nes, aku mau kita mulai lembaran baru. Mungkin aku terlalu memburu kamu. Tapi nyatanya aku sayang sama kamu, aku mau kita bahagia." Kata Hiro mengenggam tangan Nessa.

"Aku gak tau kak, kasih aku waktu buat nentuin semuanya."

"Kamu butuh waktu berapa lama lagi? Apa kurang jatuh bangun yang kita alami, memungkirkan rasa yang sebenarnya bisa bersatu tapi kita buat kaya benang kusut."

"Aku gak tau waktunya berapa lama lagi kak. Aku harus meyakinkan hati aku. Kalaupun aku terima kamu, aku gak mau nanti di akhir timbul rasa bersalah. Karena aku sama kamu bersatu dari kehilangan Indi. Dan kalau aku tolak kamu, seandainya aku ternyata hanya butuh kamu. Aku pasti akan timbul banyak penyesalan. Aku mau pilihan yang paling kecil resikonya."

"Semoga apapun pilihan kamu itu yang terbaik buat kita berdua. Aku berharap hasilnya kamu tetap memilih aku dan kita bisa bahagia." Kata Hiro yang menatap Nessa penuh harap.

"Aku juga berharap pilihan aku nantinya gak menimbulkan penyesalan di akhir." Kata Nessa pelan tapi masih dapat di dengar Hiro.

"Ya udah kamu sekarang tidur aja dulu. Besok jam tujuh abis sarapan kita jalan-jalan dan nonton yah. Seharian." Kata Hiro lalu mengusap puncak kepala Nessa lembut.

"Emang kamu besok gak kerja?"

"Gak apa sayang, gak masuk sehari gak masalah. Besok jadwalnya aku nyenengin kamu." Hiro lalu berdiri dan membantu Nessa bangun dari duduknya. Mencium pipi Nessa sekilas sebelum mereka berpisah menuju kamar masing-masing.

Di dalam kamarnya Nessa masih belum bisa tidur. Ia terus memikirkan kegiatannya setelah pergi dari rumah orang tua Hiro tadi siang.


Tangerang, 13 Agustus 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang