32. Haraboji Sakit

60 5 0
                                    

"Oh jadi kamu ke sini buat pelarian gitu?" Tanya Dania menggoda Nessa.

Imah meletakkan kue brownis yang dibawa Nessa dan juga teh ke meja di depan Dania dan Nessa. Lalu Dania mengambil sepotong brownis buatan Nessa.

"Gak gitu jugak kok ma, Nessa kangen sama mama." Kata Nessa yang setengahnya berbohong kepada Dania, ia memang kangen tapi ia juga ingin ke suatu tempat. Karena penjagaan di sini gak seketat di apartemen yang selalu ada body guard, maka Nessa memutuskan berangkat dari rumah orang tua Hiro.

"Mama juga bercanda kok sayang." Kata Dania yang sudah menghabiskan brownis yang ia ambil tadi. Nessa yang mendengar jawaban Dania lalu tersenyum.

"Nes, ini enak loh. Kamu kalau jualan pasti laku degh." Kata Dania lagi.

"Belum PD ma. Masih mau kembangin yang lain dulu baru berani jualan. Jadi gak cuma buat satu macam kue aja." Jawab Nessa malu-malu.

"Emang niat kamu mau jualan apa lagi?"

"Niatnya sih ke bolu, cup cake, brownis dan semacamnya gitu, cuma kalau ada perayaan hari raya yang besar kaya Lebaran atau Natal mau tambahin jualan kue kering." Kata Nessa yang gak sengaja mengungkapkan apa yang ia pikirkan selama dua bulan ini.

"Boleh lah ide kamu, mengembangkan hobi jadi penghasilan. Mama tau kamu hobi bikin makanan kan, apa kamu mau kursus lagi? Nanti mama yang atur."

"Gak ma. Doain aja rencana aku ini segera terlaksana. Nessa kan gak mungkin ketergantungan terus sama orang lain dan juga walau tabungan aku dan tabungan almarhum mama lumayan buat hidup beberapa tahun ke depan tapi kan aku juga harus punya usaha atau minimal kerja."

"Semoga, namanya niat baik kan pasti bakal ada jalan. Harus yakin aja kamunya." Kata Dania memberi dukungan kepada Nessa.

Mereka mengobrol cukup lama, semua mereka bahas. Pembahasan dari yang ringan sampai yang berat, dari Hiro kecil sampai sekarang. Sampai tiba waktu makan siang dan mereka makan siang bersama, masih dengan berbagai macam obrolan.

"Ma, Nessa mau istirahat boleh?" Kata Nessa beberapa menit setelah mereka menghabiskan makan siangnya.

"Ya, kamu ke kamar Hiro aja istirahat di sana. Jangan langsung tidur yah Nes, paling gak satu jam lagi baru kamu tidur. Baru makan gak baik langsung tidur." Kata Danis sambil mengelus rambut Nessa dengan perasaan sayang.

"Ya, ma. Nessa naik dulu yah." Kata Nessa hendak menuju lantai dua dimana kamar Hiro berada.

"Kalau ada apa-apa kamu cari mama aja di ruang kerja. Mama mau cek beberapa kerjaan kantor dulu." Kata Dania sebelum Nessa meninggalkan ruang makan. Nessa hanya tersenyum dan mengangguk lalu benar-benar menuju lantai dua.

Rumah ini adalah rumah ketiga bagi Nessa, yang pertama adalah rumah orang tuanya, yang ke dua apartemen Hiro dan terakhir rumah Dania. Nessa sudah tau sudut-sudut rumah ini karena beberapa kali Hiro mengajaknya ke sana dan juga pernah menginap. Kalau menginap ia akan tidur di kamar tamu, sedangkan kalau hanya bermain seperti sekarang, ia akan istirahat siang di kamar Hiro.

Nessa juga tau beberapa kebiasaan Dania yang akan ke ruang kerja kalau Nessa sedang pamit untuk istirahat siang dan akan jarang sekali keluar, Dania juga lumayan bekerja keras untuk memajukan perusahaan suaminya.

Tiga puluh menit Nessa berdiam di balkon kamar Hiro melihat gazebo kecil di bagian belakang rumah Hiro, ada taman kecil dan juga kolam renang. Ia menatap bagian belakang rumah Hiro dengan tenang dan tatapannya kosong.

Merasakan angin yang membelai wajahnya, Nessa lalu membuang nafasnya perlahan beberapa kali. Ia lalu masuk ke dalam kamar. Membawa tasnya dan memasukkan ponselnya. Ia keluar dari kamar Hiro.

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang