16. Apartemen Hiro

82 8 0
                                    

Hiro sudah sampai di apartemennya, ia masih menggenggam tangan Nessa dan sebelah tangannya lagi membawa koper milik Nessa.

"Bi Ati, bi." Panggil Hiro mencari ART yang bekerja di apartemennya.

"Ya, den Hiro." Jawab bi Ati yang baru muncul dari kamar Hiro, ia sedang membereskan kamar Hiro saat Hiro memanggilnya.

"Bi, urus dia. Kasih kamar kedua yang sebelah kamar saya. Suruh dia mandi terus kasih makan dan suruh istirahat." Kata Hiro sambil melihat Nessa sejenak. "Oya terus awasin dia, jangan terlalu lama di kamar mandi, kalau perlu bantu dia mandi dan makan yah bi." Sambung Hiro lagi takut Nessa palah bengong saat makan atau mandi. Lalu Hiro menuju kamarnya untuk mandi dan beristirahat sebentar.

Bi Ati adalah ART dari rumah orang tua Hiro, ia sudah bekerja cukup lama di keluarga Hiro. Sejak suami dan anaknya kecelakaan ia memutuskan bekerja hingga sekarang. Mungkin sudah sejak Hiro kecil ia bekerja dengan keluarga itu jadi saat Hiro memutuskan pindah ke apartemen, ia membawa bi Ati untuk tinggal dan mengurus Hiro.

Bi Ati keheranan dengan wanita yang dibawa oleh majikannya ini. Gak biasanya majikan mudanya ini membawa wanita ke rumah atau apartemennya, Nessa adalah wanita pertama yang dibawa ke pulang oleh Hiro.

"Non ayuk ikut bibi."

Nessa masih terus terdiam, pandangannya kosong.

"Non." Bi Ati meraih tangan Nessa lalu membimbing ke kamar yang berada disebelah kamar Hiro. Bi Ati membawa Nessa langsung masuk ke kamar mandi.

"Non." Masih tak ada respon dari Nessa. "Non." Panggil bi Ati lagi sambil mengguncang tangan Nessa dan pandangan Nessa lalu beralih ke bi Ati.

"Non sekarang mandi, jangan terlalu lama di kamar mandi. Non bisa mandi sendiri kan?" Tanya bi Ati lembut. Nessa hanya mengangguk pelan sebagai jawaban ia mengerti.

Sementara Nessa mandi lalu bi Ati mengambil koper yang berada di ruang tv dan membawanya masuk ke kamar. Menyiapkan baju yang akan dipakai oleh Nessa. Bi Ati tau dengan keadaan Nessa begitu pasti gak akan bisa melakukan apa-apa sendirian. Bi Ati lalu menuju ke dapur untuk memanaskan sup asparagus yang ia masak tadi untuk makan Nessa.

Makanan sudah siap di meja makan tapi karena Nessa belum juga keluar maka bi Ati kembali ke kamar Nessa. Dicarinya Nessa masih belum keluar dari kamar mandi, ia ingat pesan Hiro agar Nessa tidak melakukan apa-apa terlalu lama. Ia lalu mengetuk pintu kamar mandi.

"Non. Non." Panggilan bi Ati ini membawa Nessa ke alam nyata lagi. Ia lalu menyelesaikan mandinya.

Nessa keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk dibadannya. Bi Ati langsung membawa Nessa ke ranjang dimana ia meletakkan baju ganti untuk Nessa. Setelah Nessa berpakaian, bi Ati membawa Nessa ke meja kecil untuk menyisir rambut Nessa. Setelah itu membawa Nessa keluar lagi ke meja makan, lalu bi Ati menyuapi Nessa. Nessa memakan makanan yang terus disuapi oleh bi Ati dengan pandangan kosong.

Bi Ati merasa seperti mengurus bayi besar, ia kemudian teringat almarhum anak perempuannya yang meninggal di umur empat tahun karena kecelakaan motor bersama suaminya dulu. Ia melihat Nessa seperti orang yang kehilangan arah karena sikapnya yang tidak bisa atau tidak mau melakukan apa-apa. Sama seperti saat dia terpuruk dulu dan mamanya Hiro yang menolong dia.

Nessa benar-benar menghabiskan makanan, mengunyahnya dengan sangat pelan. Sehabis menyuapi makanan untuk Nessa, bi Ati lalu membawa Nessa ke kamarnya lagi dan menyuruhnya tidur. Diusap-usapnya punggung Nessa sampai Nessa tertidur. Setelah itu ia mulai menyalahkan AC dan menyelimuti Nessa.

***

Hari sudah menjelang sore saat Hiro bangun dari tidurnya. Sudah menujukkan pukul tiga sore, ia langsung keluar kamar dan menuju meja makan. Perutnya terasa lapar, terakhir ia makan kemarin sore saat bersama Matius. Pagi ini dia tak makan apa pun karena mengurusi masalah Nessa, sampai di rumah ia kalah dengan rasa kantuk dan lelahnya.

"Mau makan den?" Tanya bi Ati sambil membawa cucian bersih untuk digosok.

"Ya bi. Masak apa hari ini."

"Masak sup asparagus dan perkedel kentang den. Sebentar saya panaskan supnya." Kata bi Ati bergegas meletakkan cucian itu ke meja gosok dan mulai memanaskan sup di dapur mini yang ada di apartemen itu.

Hiro hanya duduk di salah satu kursi sambil menunggu bi Ati mempersiapkan makanan untuknya. Sambil menghilangkan bosan ia mengetuk-ngetukkan jarinya di meja makan. Selesai bi Ati menyiapkan semua makanan Hiro, ia mulai memakan makanannya dengan lahap. Bayangkan aja dari kemarin sore belum makan dan harus menghadapi masalah yang bukan masalahnya.

"Den maaf sebelumnya kalau bibi lancang, tapi wanita itu siapa?" Tanya bi Ati pelan.

"Teman bi. Dia lagi ada masalah. Namanya Nessa, tolong bibi bantu urus dia. Sementara dia akan tinggal disini sampai semuanya membaik." Hiro menjelaskan tanpa menceritakan detail masalah apa yang sedang di alami Nessa.

"Sepertinya stress berat den. Tadi dia mandi sendiri lama banget kalau gak di ketok gak keluar. Bibi bantu sisirin dan suapin makan. Kemana-mana dituntun, tadi tidur juga bibi usap-usap baru tidur. Matanya kaya gak ada cahaya lagi." Cerita bi Ati kepada Hiro, bi Ati bisa bercerita apa saja kepada Hiro. Walaupun terlihat dingin diluar tapi Hiro sebenarnya perhatian dan hangat.

"Ya begitulah. Sementara tolong awasi dia jangan sampai keluar rumah dan bertindak macam-macam apa lagi sampai yang membahayakan dirinya." Hiro benar-benar harus menekankan ini karena dua kali ia melihat Nessa seperti melukai dirinya sendiri, membenturkan kepala dan juga memukul dadanya sendiri.

"Apa gak sebaiknya dibawa ke psikiater aja den?" Ucapan bi Ati langsung membuat Hiro menimbang saran itu.

"Kita lihat nanti aja yah bi. Sementara urusan saya banyak, itu juga tentang dia."

"Ya den, bibi hanya saran aja. Pasti bibi awasin anak cantik itu. bibi pamit ke ruang gosok yah den. Kalau ada apa-apa panggil aja."

Ditengah menikmati makannya tiba-tiba ponsel Hiro berbunyi. Panggilan dari papanya.

"Ya, abeoji." Jawab Hiro yang beberapa kosa katanya masih bercampur dengan bahasa Korea bila hanya berdua atau bersama keluarganya. (abeoji=ayah)

"Malam ini pulang kerumah, abeoji tunggu di rumah." Kata Kim singkat tanpa bantahan.

"Ye." (ye=ya)

Selesai makan, Hiro lalu masuk kedalam kamar Nessa. Dilihatnya Nessa masih tertidur pulas, diusapnya kepala Nessa pelan sebelum meninggalkan kamar Nessa. Ia harus kembali kekamarnya untuk mandi dan bersiap ke rumah papanya.

***

"Abeoji." Kata Hiro yang sudah duduk di meja makan di rumah keluarga Kim.

"Kamu kalau abeoji gak telfon gak ingat pulang. Sesibuk itukah kamu Hiro?" Tanya Dania yang rindu dengan anaknya ini.

"Mianhae." Jawaban Hiro untuk mamanya sungguh singkat. (mianhae=maaf)

"Mama gak butuh permintaan maaf kamu, mama cuma mau kamu inget sama orang tua walaupun sudah tinggal sendiri. Kalau kamu kaya begini aja, lebih baik kamu tinggal lagi disini."

"Eomma." Hiro kali ini memanggil mamanya manja. (eomma=mama)

"Sudahlah nanti kita lanjutkan setelah makan, setelah makan kita pindah ke ruang kerja abeoji." Kata Kim menengahi perdebatan anak dan istrinya itu, ia sudah amat lapar dan tak ingin menunda makan malamnya dengan perdebatan.

Jadi ak buat kalau sama keluarganya Hiro sedikit² ngomong pake bahasa Korea. Semoga kalian suka.

Tangerang, 8 Agustus 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang