4. Keluarga Hanggara

116 8 0
                                    

Author POV

Keputusan hakim dua tahun penjara kepada Nessa benar-benar memukul perasaan Elisa, saat anaknya baru berumur sepuluh tahun ia harus kehilangan suaminya. Elisa harus bertahan dan terus berjuang maju untuk anaknya, membesarkan putri semata wayangnya, peninggalan berharga yang diberikan suaminya. Tapi saat ini anak yang ia perjuangkan, anak yang ia jaga, lepas dari pelukannya.

Seberapa hancur hati seorang ibu, putri satu-satunya kini harus menjalani hukuman yang ia yakini bukanlah sesuatu yang dilakukan putrinya. Barkali-kali ia memohon kepada Nessa untuk mengatakan yang sebenarnya tapi yang ia dapat hanya Nessa yang terus bungkam.

Beberapa hari sebelum keputusan sidang, Ando menemui Elisa. Sia-sia juga Elisa memohon kepada Ando, karena hanya berakhir air mata bagi Elisa.

"Ando, tante mohon bilang yang sejujurnya kalau malam itu bukan Nessa yang mengemudikan mobil. Bilang ke tante kalau Nessa gak bersalah, kamu tau kan Nessa anak baik. Dia gak mungkin melakukan itu." Kata Elisa memohon kepada Ando di sela air matanya. Ia berharap Ando dapat membebaskan Nessa karena hanya Nessa yang dapat membuatnya hidup. Apa artinya perjuangan yang ia lakukan kalau Nessa harus menjalani kehidupan kelam.

"Maafin Ando, tante. Ando bakal berjuang meringankan hukuman Nessa. Cuma ini yang mampu Ando lakuin buat Nessa dan tante." Jawab Ando.

"Bagaimana bisa Nessa bawa mobil kamu dan kamu gak ada disamping dia, selama ini dia selalu bawa mobil kamu bersama kamu. Jangan begini Ando, kamu tau Nessa anak baik kan?" Lagi Elisa mengatakan apa yan ia pikirkan.

"Malam itu Nessa bilang mau bawa mobil Ando, Ando pulang langsung dari kafe ke rumah naik taksi online karena Ando terburu mau ngerjain kerjaan Ando. Ando gak tau kalau kejadiannya kaya gini, tan." Bohong Ando setenang mungkin tanpa perasaan.

"Ando pamit pulang, tan. Ando kesini cuma mau kasih tau dua hari lagi Nessa sidang putusan, semampunya Ando bakal membela Nessa dan membuat hukuman seringan mungkin." Kata Ando yang lalu pergi dari rumah orang tua Nessa meninggalkan tangis dan luka hati yang mendalam di hati Elisa.

Saat sidang putusan berlangsung Ando berusaha semaximal mungkin meringankan hukuman Nessa. Tapi akhirnya keputusan final hakim menjatuhkan dua tahun penjara potong dua bulan masa tahanan. Ando sudah lelah dan berjuang semampunya. Ia juga terus melihat Nessa yang masih terus terdiam tanpa air mata bahkan saat hakim sudah menjatuhkan hukuman kepadanya.

Beberapa kali Ando menemuinya, tapi Nessa bukan hanya tidak mau bebicara dengan pihak penyidik, bahkan kepada Ando dan mamanya. Disinilah keuntungan Ando untuk lari dari tanggung jawabnya dan melimpahkan semuanya kepada Nessa.

***

"Ando, ada apa kesini?" Kata Elisa saat melihat Ando berada di teras rumahnya. Ia lalu menyilahkan Ando dan keluarganya masuk, body guartnya juga ikut masuk ke dalam ruang tamu.

"Kami yang ada perlu dengan Anda." Kata Dwi mengejutkan Elisa karena Elisa tidak pernah merasa ada kepentingan apapun dengan Dwi.

"Maaf pak Dwi, ada perlu apa yah?" Kata Elisa sesopan mungkin. "Sebentar saya ambilkan minum."

"Tidah perlu, kami hanya sebentar." Kata nyonya Hanggara dingin dan angkuh menahan Elisa yang baru akan bangkit dari tempat duduknya. Elisa lalu duduk kembali dan menunggu apa yang ingin Ando dan keluarganya sampaikan.

"Kami tau kasus yang menimpa anak anda Nessa." Kata Dwi memulai apa tujuan dia datang ke rumah Elisa. Mendengar kasus Nessa dan Dwi, Elisa menaruh harapan yang tinggi agar Dwi mau membantu anaknya bebas dari penjara. Elisa tau Dwi adalah pengacara terkenal dan selalu memenangkan kasus yang ia tangani.

"Kami tau kecelakaan itu menggunakan mobil Ando dan juga pengacara yang dipakai anak anda juga adalah Ando. Terlepas dari Ando adalah pacar anak anda, tapi masalah kerusakkan mobil dan juga jasa pengacara, harus anda bayar." Kata Dwi bagai petir untuk Elisa.

"Maksud anda?" Elisa berusaha menekan perasaannya dan juga air matanya.

"Anda harus mengganti rugi kerusakan mobil Ando yang dipakai pada kecelakaan itu. Jasa pengacara yang Ando lakukan juga tidak kami berikan secara cuma-cuma. Semua ada harga." Dwi menjelaskan lagi tujuannya datang ke rumah Elisa

Elisa menatap Dwi tak percaya, lalu di tatapnya Ando yang sedari tadi duduk, diam dan hanya menatap lantai tak berani menatap kearah Elisa.

"Katakan ke tante kalau ini gak benar, Ando. Kamu tau Nessa anak baik dan gak mungkin melakukan semua itu." Elisa kali ini meminta pembelaan kepada Ando.

Yang didapatkan Elisa hanya kekecewaan, Ando hanya terus diam dan tak berani menatap balik Elisa. Elisa tak percaya lelaki yang selama ini dipacari anaknya hanya seorang pengecut yang gak berani menyuarakan apapun di depan orangtuanya.

"Ini bukan masalah anak baik atau apa. Tapi kami menuntut bayaran dan ganti rugi yang sepadan. Kami tau seberapa hasil menjual makanan online dan uang pensiun yang didapat dari almarhum suami anda, dengan itu semua tidak memungkinkan anda mampu membayar kami." Kata Dwi lagi tanpa memperdulikan perasaan Elisa.

"Baiknya anda menyerahkan surat rumah ini untuk membayar kerusakan mobil dan jasa pengacara Ando untuk anak anda kemarin." Kali ini nyonya Hanggara yang berbicara, wanita yang terlihat elegan ini tapi angkuh.

Kata itu membuat hati Elisa mencelos, tidak percaya dengan apa yang ia alami saat ini. Keluarga Hanggara yang terkenal ternyata hanya baik di luar tapi busuk didalam. "Gak mungkin, rumah ini peninggalan suami saya. Ando menjadi pengacara Nessa juga atas keinginannya sendiri." Elisa berusaha mempertahankan apa yang menjadi miliknya sekuat tenaga.

Dwi memberi kode kepada body guartnya dan mereka berjalan ke kamar mengobrak abrik seluruh kamar, sekuat tenaga ia melarang mereka membawa sertifikat rumah miliknya. Tapi Elisa sudah tak dapat bertahan lagi. Mereka berhasil membawa sertifkat rumah miliknya.

Setelah mendapat apa yang mereka inginkan, Ando dan keluarganya lalu meninggalkan rumah Elisa. Ando sendiri dari awal datang hingga pulang tak menjawab maupun menatap Elisa.

"Kami hanya memberi waktu seminggu untuk anda membereskan barang-barang anda dan keluar dari rumah ini." Kata terakhir yang diucapkan oleh Dwi Hanggara kepada Elisa sebelum meninggalkan rumah Elisa.

Elisa sudah tak sanggup lagi menahan semua yang ia dan Nessa alami, sudah seminggu setelah keputusan hukuman yang harus Nessa jalani. Tubuh Elisa sudah semakin melemah, kenyataan yang ia terima selain membuat hatinya sakit juga membuat tubuhnya sakit.

Baru saja keluarga Dwi Hanggara meninggalkan kediaman yang ia tempati, rumah satu-satunya peninggalan suaminya. Ando dan kedua orang tuanya beserta dua body guard Dwi tiba-tiba datang kerumahnya meluluh lantakan perasaannya.

Keluarga Hanggara dengan sangat tak berperasaan telah merampas semua yang Elisa miliki. Elisa tak menyangka kalau keluarga Hanggara bisa begitu kejam kepadanya. Ia mengira Ando dan keluarganya adalah orang yang baik sampai ia merestui hubungan Nessa dan Ando. Kenyataannya siapa yang tahu.

***

Elisa terbaring lemah setelah membereskan semua kekacauan yang dibuat mereka saat mencari sertifikat rumahnya.

"Kak Hindra, apa bisa pulang ke Jakarta sebentar? Bantu aku dan Nessa." Elisa kali ini menyerah dan menelfon kakaknya yang saat ini tinggal di Medan bersama keluarganya.

"Kamu kenapa sama Nessa." Kata Hindra yang sedang bekerja di kantornya.

"Aku dan Nessa dalam masalah. Tolong ke Jakarta kak, bantu aku." Suara Elisa amat lemah sehingga membuat Hindra bertanya apa yang terjadi pada adiknya dan keponakannya.

"Iya, tapi kamu kenapa?"

"Nessa masuk penjara kak." Tangis Elisa lalu pecah lagi, tangis yang ia tahan agar tak membuat khawatir kakaknya kini terdengar juga oleh kakaknya.

"Astaga. Bagaimana bisa Nessa masuk penjara?" Hindra mengeram karena keponakannya yang ia sayang kini masuk penjara.

"Pulanglah ke Jakarta kak. Tolong bantu aku, aku udah gak sanggup lagi. Bantu Nessa." Lalu Elisa mematikan saluran telfonnya karena tak ingin menyiksa kakaknya dengan mendengar tangis Elisa lebih lama.




Yes up lagi, setelah gak ada yang baca tapi masih ada yang semangatin aku buat up terus tanpa peduli berapa banyak yg baca karya aku.

Vote n komen yah biar aku semangat. Makasi.

Tangerang, 3 Juli 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang