"Kak."
"Kekasih wanita itu, Hiro. Beberapa hari yang lalu bilang mau aku jadi istrinya. Apa yang harus aku lakukan?" Kataku lagi dan lagi lagi membuat kak Indah terkejut.
"Bagaimana dengan hati kamu?"
"Sudah hampir setahunan aku tinggal dengan Hiro, aku nyaman kak. Mungkin juga aku sayang dan cinta sama dia. Walau dia protektif dan posesif tapi aku tau dia sebenarnya baik." Jawabku jujur dengan kak Indah. Aku juga harus menemukan solusi dari dilemaku selama beberapa hari terakhir ini.
"Yah terima dia Nessa. Kamu buka lembaran baru. Jangan mengingat lelaki yang gak bertanggung jawab lagi kaya Ando."
"Masalahnya kak, perasaan aku."
"Apa lagi dengan perasaan kamu. Tadi kamu sendiri kan yang bilang kalau kamu punya rasa yang sama ke dia." Kata kak Indah yang mulai gemes.
"Iya aku punya rasa yang sama, tapi aku juga punya perasaan bersalah ke wanita itu kak. Kok kayanya karena kematian dia, aku palah bersatu sama pacarnya. Kesannya kok kaya bahagia diatas penderitaan orang gitu loh kak. Selama ini aku berperang, disatu sisi aku mau sama Hiro tapi di sisi lain aku merasa sedih mengingat wanita itu." Kataku menjelaskan.
"Nes, wanita Itu udah meninggal. Hiro masih hidup, dia juga pantas bahagia di dunia ini. Masalah di akhirat dia mau bersatu lagi sama wanita itu mah sudah gak perlu dipikirin. Bersikaplah egois sedikit buat diri kamu. Wanita itu udah meninggal dan Hiro gak mungkin bahagia atau menikah dengan orang yang sudah meninggal." Kata kak Indah dengan mata teduhnya.
"Aku harap kamu bisa berfikir ulang, jangan sampai kamu kehilangan dia baru menyesal di akhir. Aku yakin wanita itu juga gak menyalahkan kamu, dia meninggal karena sudah takdirnya. Kamu menikah dengan Hiro juga sudah takdir kalian walau dipertemukan dengan cara yang ajaib dan menyakitkan."
Aku hanya menganggukkan kepalaku, aku harus memikirkan dengan baik resiko yang akan aku ambil nanti. Apapun resikonya aku harus terima dengan hati iklas.
"Kak, aku pergi dulu yah. Aku mau ke makam mama, papa dan wanita itu. Takut kesorean."
"Ya kamu hati-hati yah. Apapun pilihan kamu, semoga membuat kamu bahagia." Kata kak Indah sambil mengantar aku ke depan. "Oh ya Nes, pintu rumah aku terbuka buat kamu. Kalau aku gak ada kamu bisa cari aku di resto Gilbert." Lanjut kak Indah lagi dan aku hanya menganggukkan kepala lalu pergi ke makam orangtuaku baru ke makam wanita itu.
***
Sebelum ke makam, aku sempat membeli tiga tangkai mawar putih. Aku mengunjungi makam mama dan papa. Sudah sebulan lebih aku gak mengunjungi mereka. Setiap kali mengunjungi makam mama dan papa pasti selalu diantar Hiro tapi kali ini aku sendiri, seperti ada yang kosong. Biasanya Hiro akan diam dan berdiri disampingku saat aku bermonolog dengan mama atau papa.
Kali ini aku hanya mampir sebentar ke makam orangtuaku, hari sudah agak sore dan aku ingin ke makam wanita itu. Ku pikir komplek pemakaman orangtuaku dan wanita itu dekat, ternyata kalau di tempuh dengan berjalan kaki terasa lumayan juga yah.
Karena baru pertama kali aku mengunjungi makam wanita itu, aku juga kesulitan menemukan dimana letak persisnya makam wanita itu. Yang aku tau hanya namanya Indiara Kurniawan. Sepuluh menit aku mencari dan aku menemukan makam itu.
Aku meletakkan mawar putih yang aku bawa tadi. Hanya tinggal satu dan itu untuk Indiara.
"Hai, sangat sulit mencari makam kamu, maaf baru kali ini aku kesini. Bolehkah kita kenalan?" Kataku yang mulai bermonolog dengan makam Indi setelah terdiam beberapa menit.
"Nama aku Nessa. Aku baru tau tempat peristirahatan kamu disini, maafin aku yang terlambat datang ke kamu. Maafin aku dulu kalau pacar... eh mantan pacar aku dulu yang nabrak kamu sampai kamu harus meninggal. Maaf aku yang ada di dalam mobil saat itu, tolong maafin aku setidaknya membuat aku lega dan gak terus-terusan merasa bersalah ke kamu."
"Kamu tau, kamu beruntung sempat dekat dan memiliki kak Hiro disamping kamu. Dia baik, teramat baik. Selama ini dia yang nolong aku melalui banyak hal setelah kecelakaan kamu, meninggalnya mama aku, kehilangan tempat tinggal. Bahkan dia rela berbagi kasih sayang orang tuanya buat aku yang udah yatim piatu." Aku menghapus air mata yang mengalir, lagi-lagi aku menangis.
"Boleh kah aku tanya satu hal sama kamu. Andai saat ini aku mencintai dan menyayangi kak Hiro seperti saat kamu dulu mencintai dan menyayangi kak Hiro, boleh kah?"
"Bolehkah aku menggantikan posisi kamu di hati kak Hiro. Aku ingin selalu di samping kak Hiro tapi bukan sebagai adik atau teman. Aku ingin membahagiakan dia sebagai pasangan. Aku berharap kami dapat saling memberikan kebahagiaan setelah luka yang lalu terlalu menyakitkan. Tapi aku juga seperti orang yang merebut kekasih orang lain, selalu ada rasa bersalah atas kematian kamu." Aku terdiam melihat makam Indi, rasa sakit, dendam dan cinta terus berkecamuk di dalam hatiku.
"Tolong berikan aku jawaban untuk memutuskan apakah aku pantas untuk kak Hiro atau lebih baik aku menghilang saja dari kehidupannya."
"Aku pamit yah, mungkin lain kali aku akan berkunjung lagi atau mungkin gak akan pernah lagi."
Author POV
Pikiran Nessa terus melayang memikirkan semua kejadian tadi siang, percakapannya dengan Indah dan juga saat ia berada di makam Indi. Apa yang harus ia putuskan untuk menjawab Hiro. Pemikiran-pemikiran itu lama kelamaan menghilang karena Nessa sudah pergi kealam mimpi.
"Nes. Nessa."Hiro menepuk-nepuk pelan pipi Nessa membangunkannya.
"Aku masih ngantuk." Gumam Nessa lalu menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya.
"Kamu jam segini biasanya udah bangun, sekarang kamu bilang masih ngantuk? Emang semalam kamu tidur jam berapa?"
"Gak tau, aku gak bisa tidur semalam. Lagian kemaren kan aku capek banget kesana sini banyakan jalan kaki." Kata Nessa dibalik selimut.
"Jadi? Kita gak jadi jalan-jalan yah?"
"Jadi." Kata Nessa langsung membuka selimut dan terduduk di ranjang walau matanya masih terpejam.
Hiro tersenyum melihat tingkah Nessa. Ia lalu mengusap puncak kepala Nessa dan mengecup bibir Nessa sekilas.
"Ya udah siap-siap kamu. Kalau sampai dua puluh menit belum ada di meja makan berarti kamu gak jadi jalan dan aku mau berangkat ke kantor." Kata Hiro lalu meninggalkan kamar Nessa.
Nessa lansung menuju ke kamar mandi dan bersiap cepat. Ia memilih mengenakan kaus berwarna pink dan rok selutut. Ia lalu mengambil tas yang berisi dompet dan ponselnya, ia keluar kamar dan menuju ke meja makan dimana Hiro sudah menunggu Nessa.
Pagi ini mereka sarapan bubur ayam yang sudah dibeli Hiro.
"Kak kita mau kemana aja hari ini?" Tanya Nessa sambi mengunyah buburnya cepat-cepat.
"Kita mau ke SS Park terus kita nonton. Kalau kamu masih mau di luar kita keliling mall." Kata Hiro sambil melihat Nessa. "Nes, makannya pelan nanti kamu kesedak." Kata Hiro lagi yang melihat Nessa makan cepat-cepat.
"Gak, aku mau- uhuk uhuk uhuk." Nessa terbatuk karena tersedak bubur yang dimakannya. Hiro langsung memberikan air minum kepada Nessa.
"Kan baru aku bilangin makannya pelan nanti kesedak."
"Aku mau cepat selesai, aku mau cepat jalan keluar." Kata Nessa yang wajahnya memerah efek tersedak tadi.
"Ini belum lagi jam delapan. Nanti kita ke SS Park dulu baru ke bioskop di mall. Kamu jangan keburu-buru, kita keluar seharian kok."
Akhirnya Nessa menuruti perkataan Hiro untuk makan pelan-pelanan dan gak berani mengobrol lagi. Tersedak bubur ayam yang rasanya pedas itu sesuatu banget buat Nessa dan ia gak mau dua kali mengalami kejadian itu.
10 bab lg tamat.
Vote n komen yah guys. Thanks.Tangerang, 15 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) An Incurable Heart
RomanceTAMAT ~Novel 3~ Rank 25 mama (180519) Rank 33 kebebasan (250519) Rank 134 rahasia (050619) Rank 394 penyesalan (080619) Aku amat sangat menyesal tentang kejadian kemarin yang menjungkir balikkan duniaku, seseorang yang tak bertanggung jawab yang me...