15. Karena Kasihan

94 11 0
                                    

Matahari sudah muncul, kulihat jam di pergelangan tangan ku sudah menunjukkan jam enam lewat. Semalaman aku duduk tak jauh darinya. Saat aku pikir wanita itu gak akan keluar lagi dari rumahnya karena hari sudah menunjukkan jam sepuluh malam, tapi kenyataannya ada taksi yang tiba-tiba berhenti dan membawa wanita itu pergi.

Aku mengikuti kemana taksi itu pergi, ternyata wanita itu pergi ke makam orang tuanya. Aku mengikutinya dan terus menjaga jarak. Ia membawa sekotak kue ulang tahun, mulai membukanya dan menyalahkan lilin disana.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday mama." Nyanyian wanita itu bukannya bahagia tapi terdengar pilu, ia terus bernyanyi disela tangisannya. Lalu meniup lilin diatas kue itu.

"Selamat ulang tahun yah mama. Semoga mama bahagia disana. Nessa sayang mama." Wanita itu meletakkan kue ulang tahun yang ia bawa di tanah lalu memeluk gundukan tanah makam mamanya "Mama maafin Nessa yah, karena Nessa mama cukup menderita sama keluarga kak Ando."

"Ma, kenapa mama tinggalin Nessa sendirian disini. Nessa gak sanggup ma. Boleh gak Nessa ikut mama sama papa aja?"

"Nessa udah baca surat mama, maafin Nessa di saat terakhir mama Nessa gak ada disamping mama."

Aku hanya melihat ia terus menangis dan merancu di sela tangisannya. Wanita ini dengan segala kerapuhannya. Nasip memang sedang tak bersahabat dengannya.

"Ma, andai bisa Nessa ulang waktu mungkin Nessa gak akan mau kenal sama kak Ando kalau pada akhirnya hanya derita yang Nessa rasakan. Keluarga itu membuat Nessa dan mama menderita. Membuat Nessa kehilangan mama yang selama ini jadi tempat bersandar Nessa."

"Kemana lagi rumah tujuan Nessa kalau bukan mama, dimana tempat Nessa bersandar kalau bukan mama. Apa sanggup Nessa bernafas tanpa mama. Bolehkah Nessa ikut mama?"

Aku masih melihat dan mendengarkan apa yang ia ucapkan. Kasihan, yah hanya kasihan saat aku meliat wanita itu. Wanita itu sudah diam tak bersuara tapi aku tau ia masih menangis, bahunya masih terlihat naik turun dan sesekali suara nafas yang tercekat masih terdengar. Tubuhnya sudah berbaring di samping makam mamanya, tangannya memeluk gundukan tanah sambil terus mengusap-usap gundukan tanah itu.

Lama kelamaan bahunya terdiam dan usapan tangannya berhenti, aku lalu mendekat untuk melihat keadaannya. Ternyata dia tertidur. Mungkin lelah menangis.

"Wanita aneh, tidur di kuburan. Gak takut apa dia malam begini tidur di kuburan." Aku terkekeh melihat kelakuan wanita itu. Tapi lebih aneh lagi aku yang ikutan menunggui dia, duduk tak jauh darinya dan juga ikutan tertidur dalam posisi duduk.

***

Author POV

Mobil Matius sudah berada di depan rumah wanita itu lagi. Sesaat setelah Hiro bangun lalu ia kembali ke mobil menunggu Nessa bangun dan mengikuti Nessa lagi yang pulang ke rumahnya menggunakan taksi.

"Kemana aja bos?" Tanya Matius yang heran karena Nessa gak terlihat keluar tapi terlihat pulang dan juga melihat bosnya belum berganti baju dari kemaren.

Kantung mata Hiro menghitam, semalaman ia tidur dengan tak nyaman. Sebentar-sebentar ia harus bangun karena nyamuk dan dingin.

"Tidur di makam orang tua wanita itu, semalaman aku mengikuti dan menunggui dia sampai kembali lagi ke rumahnya." Kata Hiro dengan muka malas dan mengantuk.

"Pulang lah bos, istirahat. Sekarang saya yang akan mengurus Nessa. Kalau ada apa-apa pasti akan segera saya hubungi." Kata Matius sambil menepuk-nepuk bahu Hiro, bagi Matius Hiro sudah seperti adiknya tapi ia harus bersikap propesional kerja. Terkadang sekali-sekali keduanya menunjukkan keakraban mereka.

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang