36. Bertemu Kak Indah

53 6 2
                                    

Di dalam kamarnya Nessa masih belum bisa tidur. Ia terus memikirkan kegiatannya setelah pergi dari rumah orang tua Hiro.

Nessa POV

"Tapi benerkan non?" Tanya pak Maman kepada ku masih sedikit ragu tapi juga berjalan mendekati gerbang dan membuka pintu.

"Makasih yah pak." Kataku sambil tersenyum. Dan maaf tambahku dalam hati.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah keluarga Hiro, berbelok ke beberapa gang perumahan. Sekiranya aman aku langsung memesan ojek online.

Hari ini aku menuju ke rumah kak Indah tanpa memberitahunya dahulu. Semoga kali ini aku beruntung dan kak Indah ada dirumahnya. Karena di lain waktu pasti gak akan ada lagi kesempatan untuk kabur begini. Dulu pertama kali aku kabur, hari berikutnya Hiro sudah memasang seorang body guard. Kabur yang kali ini aku sukses, entah apa lagi yang akan dilakukan Hiro nantinya supaya aku gak kabur lagi.

Rumah di depanku ini sudah sesuai alamat yang dulu diberikan kak Indah sesaat sebelum aku keluar penjara, semoga aku dapat bertemu dengan kak Indah. Ku ketuk beberapa kali pintu rumah kakak Indah.

"Ya, siapa." Suara perempuan dari dalam lalu pintu terbuka.

Kak Indah sempat terbengong di ambang pintu, aku langsung memeluk kak Indah. Kak Indah yang sudah hilang kagetnya langsung membalas memelukku sebentar lalu meyuruhku masuk kedalam rumahnya.

"Ya ampun Nes, kakak kira kamu lupa sama kakak." Kata kak Indah sambil meletakkan minuman yang baru saja ia buat di meja depanku.

"Gak. Aku kangen banget sama kakak tau." Kata ku.

"Terus kamu selama ini kemana aja? Dua minggu setelah aku bebas, aku ke rumah kamu sama Gilbert, tapi rumah kamu kosong dan kata tetangga kamu, kamu udah gak tinggal disana lagi."

"Ceritanya panjang kak. Jadi telah keluar dari penjara ternyata aku baru tahu kalau mama aku meninggal gak lama dari putusan pengadilan. Pantas mama gak pernah jenguk aku selama di penjara, jujur aku merasa bersalah dulu sempat berfikir negative kenapa mama gak hubungin aku." Aku mengejapkan mata mencoba tegar dan menahan air mata yang gak boleh lagi keluar.

"Astaga turut berduka cita yah Nessa." Kata kak Indah sambil mengusap-ngusap punggung tanganku.

"Makasi kak." Aku tersenyum kecil. "Beberapa hari kemudian keluarga Ando datang ke rumah dan mengusir aku, banyak kejadian. Yang aku tau faktanya adalah setelah aku di penjara, keluarga itu menyita rumahku sebagai bayaran jasa Ando sudah menjadi pengacaraku dan juga biaya kerusakan mobil Ando karena kecelakaan itu."

Kak Indah masih terdiam mendengarkan apa yang aku ceritakan. Seperti biasa ia akan mendengarkan keseluruhan cerita baru akan berkomentar di akhir. Sekali-sekali ia merubah raut wajahnya tanda tak suka atau sedih.

"Saat aku di usir paksa oleh orang dari keluarga Ando, ada seseorang yang menolong aku untuk tinggal di apartemennya. Kamu tau kak, selama ini keluarga Ando baik di pengadilan anaknya maupun saat aku bebas selalu menyiksa aku. Entah itu fisik maupun verbal. Dan ada hal yang mengejutkan lagi, gak lama setelah aku dipenjara, Ando dinikahkan dengan anak seorang pengusaha. Sakit hati yang aku rasa." Aku melihat keterkejutan di wajah kak Indah.

"Sampai saat ini aku tinggal di apartemen orang yang menolong aku kak. Aku gak bisa keluar seenaknya, dulu satu kali aku mencoba kabur dan ketahuan. Sekarang dia menggunakan satu body guard untuk menjaga apartemen supaya aku gak berusaha kabur lagi."

"Dia siapa?" Kali ini kak Indah bertanya. Aku tau pasti kak Indah amat penasaran.

"Ingat seseorang yang dulu aku pernah ceritain ke kak Indah. Sewaktu penyidikan dulu ada lelaki yang mencekik aku sampai aku hampir mati?" kak Indah hanya menganggukkan kepalanya. "Lelaki itu yang menolong aku dan dia adalah kekasih yang ditabrak Ando hingga meninggal." Kak Indah memekik tertahan sambil menutup mulutnya.

"Hari ini aku berhasil kabur kak. Aku kangen sama kakak." Kataku sambil mengulas senyum yang paling manis yang aku punya.

"Aku juga kangen sama kamu Nessa. kamu itu udah kaya adik aku sendiri." Kak Indah memelukku sebentar.

"Keluarga Ando adalah orang yang paling gak tau berterima kasih. Bagus sekarang kamu sudah keluar dari penjara dan orang yang seharusnya terhukum sudah di tangkap. Untung kamu gak mengalami seperti aku, teman aku yang menipu uang orang gak pernah ketemu." Geram kak Indah.

"Bagaimana keluarga Ando sekarang. Dan apa maksud dari orang yang menolong kamu?" Tanya kak Indah lagi.

"Yang menolong aku namanya Hiro, aku gak tau apa maksud dia menolong aku dulu. Yang pasti setelah aku diusir oleh orang suruhan keluarga Ando dan hampir dilecehkan, walau berupa kata yang kakak "tau" kan?" Tanya ku sambil membuat tanda kutip dengan kedua tanganku saat mengatakan tau. Lalu kak Indah mengangguk.

"Aku semacam mengalami trauma, kenyataan yang bertubi-tubi. Dari masuk penjara, meninggalnya mama, rumah yang jadi milik orang lain, perlakuan kasar secara fisik dan verbal. Selama beberapa bulan aku bisa dibilang kaya orang bego. Hiro yang bantu aku pulih, dia juga membawa aku ke psikiater."

"Orang tuanya juga memperlakukan aku baik. Tapi gak banyak kemajuan yang aku alami sampai akhirnya Hiro membawa aku ke hadapan Ando di penjara. Rasa sakit itu muncul kembali, rasanya dengan dia dipenjara juga gak akan cukup membayar semua yang sudah aku lalui. Aku marah dan mengembalikan cincin lamaran yang ia berikan."

"Setelah pertemuan aku dengan Ando, aku banyak berfikir kak. Aku harus maju karena aku gak mau hidup dalam kenangan yang menyakitkan, aku harus iklas dan sabar supaya aku maju. Dan sekarang ini lah aku."

Kak Indah tersenyum. "Ya kamu harus maju, melepas semua duka. Aku harap kamu bahagia Nes. Oh ya kamu mau tinggal sama kakak? Kamu bisa kerja sama Gilbert."

"Aku mau banget kak. Tapi masih ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan. Bisa kakak bantu aku?" Tanyaku penuh harap.

"Apa?"

"Aku mau mengunjungi makam seseorang, makam wanita yang dulu Ando tabrak. Aku gak berani menanyakan ke Hiro ataupun mamanya. Bisa kah kak Indah mencari tahu dimana?"

"Ada, aku tau. Aku sempat mencari tau semua tentang kamu dan kasus kamu dulu saat aku gak menemukan kamu di rumah lama. Dan aku dulu menghilangkan nomor ponsel kamu, maafkan aku yah Nes." Kata kak Indah membuat aku lega.

"Aku ada nomor kak Indah tapi aku gak berani menghubungi kak Indah. Ponsel aku di sadap Hiro. Saat ini aja aku matiin biar di gak tau dimana aku."

"Sebentar aku ambil data yang dulu aku kumpulkan mengenai kasus kamu." Kak Indah menghilang di balik pintu lalu gak lama keluar lagi dengan beberapa lembar kertas.

"Kamu mau ngapain ke makam wanita itu?" Tanya kak Indah sementara aku membaca informasi dan potongan koran yang ada di depanku.

"Aku ingin meminta maaf. Biar aku lepas dari perasaan bersalah ini. Walaupun yang mengemudikan mobil Ando tapi saat itu aku ada di dalam mobil itu." Kak Indah menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti apa yang aku rasakan.

Aku mendapatkan apa yang aku mau, dimana wanita itu dimakamkan dan pemakaman itu gak terlalu jauh dari pemakaman orang tuaku. Di sana memang terdapat beberapa blok pemakaman karena bila sudah penuh maka akan dibuka tempat yang baru dan pasti gak terlalu jauh.

"Kak, kekasih wanita itu. Hiro. Beberapa hari yang lalu bilang mau aku jadi istrinya. Apa yang harus aku lakukan?" Kataku lagi dan lagi lagi membuat kak Indah terkejut.

"Bagaimana dengan hati kamu?"




Pengen pelit up, di cicil dikit² tp tangan gatel pen up sampe tamat wkwkwk
Kalau tamat ak bingung mw publish apa lagi. Soalnya yg lain masih dalam pengetikan.
Tp kayanya bakal lama publish nya, soalnya ak mah bukan nulis tp ngelayap zumba melulu hahaha.
Dari pd pusing mending di joged'in aja ye kan 😂

Lg coba buat yg lorong waktu gitu. Ada yang mau baca gak?

Tangerang, 14 Agustus 2019

(Not) An Incurable Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang