Sudah hampir tiga bulan Hiro mengurus perusahaan harabojinya di Korea. Sekarang keadaan harabojinya sudah membaik dan mulai memimpin kembali perusahaan yang selama ini di pegang oleh Hiro. Kesempatan ini digunakan Hiro untuk izin kembali pulang ke Indonesia. Hiro sudah amat merindukan Nessa.
"Haraboji sudah membaik, aku ingin pulang ke Indonesia." Kata Hiro saat haraboji, halmoni dan ia di ruang keluarga di rumah tetua Kim
"Haraboji pikir lebih baik kamu tinggal sementara waktu disini saja, bahkan kalau bisa tinggal disini mewarisi perusahaan haraboji."
"Gak mungkin, aku sudah ingkar terlalu lama dari perjanjian aku pulang dengan Nessa." Jawab Hiro.
"Siapa Nessa?" Tanya Halmoninya ikut pembicaraan mereka.
"Seseorang yang membuat Hiro bahagia, yang membuat Hiro kembali hidup. Membuat Hiro merasakan cinta dan takut kehilangan yang sesungguhnya. Dia wanita yang kuat, tegar dan iklas dalam menjalani semua yang terjadi. Walau begitu terkadang ia juga pernah menjadi wanita yang paling rapuh. Dia segalanya buat Hiro." Kata Hiro yang begitu memuja Nessa dari binar matanya.
"Apakah dia kekasih kamu?" Tanya haraboji Hiro.
"Belum. Hiro ingin pulang dan memastikan perasaannya untuk Hiro. Ini sudah terlalu lama."
"Baiklah Haraboji kasih kamu waktu satu bulan untuk berusaha meyakinkan dia menjadi istri kamu. Menikahlah dengan dia. Waktu kamu hanya satu bulan. Jika gagal lebih baik kamu kembali ke sini dan meneruskan pekerjaan yang kamu kerjakan sekarang." Mendengar perkataan harabojinya Hiro mengangguk mantap.
"Tapi kalau kamu gagal dan kembali kesini, kamu harus terima di jodohkan dengan cucu kolega bisnis haraboji. Itu semua bisa membantu perluasan perusahaan kalau kamu menikah dengan salah satu dari mereka." Lanjut haraboji.
"Are you kidding me?" Tanya Hiro kaget dan membelakkan kedua matanya mendengar perkataan terakhir harabojinya.
"No, haraboji gak bercanda dengan kamu. Kamu mendapatkan istri dan perusahaan mendapatkan peruntungan dari hubungan kamu hahahaha."
"Hiro gak suka pernikahan dikaitkan dengan keuntungan bisnis. Hiro mau menikah karena cinta supaya semua bahagia. Menikah sampai tua dan sekali seumur hidup menurut Hiro bukan untuk main-main dan uang." Kata Hiro mantap.
"Baiklah kejar cinta kamu. Hanya satu bulan. Haraboji mau kamu menikahi dia maksimal satu bulan dari kamu pulang ke Indonesia. Kalau kamu gak berhasil mendapatkan dia maka kamu harus kembali dan memegang kembali perusahaan haraboji."
"Terima kasih haraboji." Kata Hiro menerima keputusan harabojinya.
***
Sudah sejak jam empat Hiro duduk di mobilnya mengamati orang yang keluar masuk menunggu Nessa keluar dari tempat kerjanya. Setelah diberi izin pulang oleh harabojinya, ia langsung terbang menuju Indonesia. Hiro tak mau menunggu waktu lama lagi untuk menemui Nessa.
Sesampainya dari Korea, ia pulang ke apartemennya hanya meletakkan kopernya. Hiro lalu mengecek GPS dimana Nessa berada. Selama bekerja di Korea Hiro benar-benar tak mencari lagi informasi tentang apa dan bagai mana Nessa. Ia hanya mengetahui keadaan Nessa dari Nessa sendiri atau dari body guardnya tanpa menanyakan detailnya.
Jam lima lewat empat puluh menit Nessa keluar dari pintu resto tempat ia bekerja, Hiro yang melihat Nessa keluar dari sana amat senang karena merindukan Nessa. Saat ia akan keluar menemui Nessa, ia tiba-tiba tertahan karena Nessa sudah masuk ke dalam mobil dan tak lama kemudian seorang pria duduk di balik kemudi mobil yang di naiki Nessa.
Hiro terdiam dan terus mengikuti mobil yang di naiki Nessa. Hingga Mobil itu berhenti di sebuah rumah lalu Nessa dan pria itu turun dari mobil dan akan memasuki rumah itu. Nessa terlihat akrab dan tertawa dengan pria itu membuat Hiro cemburu.
"Nes."
***
Nessa POV
"Nes, kamu udah mau pulang?" Tanya kak Gilbert yang menghampiriku di dapur tempat membuat dessert.
"Udah kak. Ini baru mau pulang, aku baru aja selesai beberesnya."
"Ya udah kamu ikut aku aja. Aku juga mau ke rumah kamu buat nengok Indah. Seharian ini juga aku sibuk, baru ini senggang." Aku menganggukkan kepalaku dan berjalan ke depan menuju mobil kak Gilbert. Aku lalu duduk di kursi penumpang dan kak Gilbert duduk di kursi kemudi.
Karena aku dan kak Indah adalah karyawan istimewa, maka jam kerja kami hanya dari jam delapan sampai jam empat. Tapi kalau pekerjaan belum selesai, maka kami akan menyelesaikan dulu baru akan pulang.
Sepanjang jalan aku dan kak Gilbert hanya membahas tentang resep baru yang nanti akan aku coba dan sesekali kami saling melemparkan candaan. Bagiku kak Gilbert sudah seperti sosok kakak lelaki yang gak pernah aku miliki. Aku beruntung memiliki kak Indah dan kak Gilbert.
Tak terasa perjalanan dari resto menuju rumah, semua ini berkat hangatnya suasana di dalam mobil, kak Gilbert pintar menghidupkan suasana. Saat turun dari mobil aku masih terus tertawa mengingat candaan yang di lemparkan oleh kak Gilbert.
"Nes."
Aku merasa ada yang memanggilku pelan, suara yang amat aku rindukan. Mungkin aku berhalusinasi karena merindukan dia yang sudah hampir seminggu ini gak ada kabar. Aku sedih dan sepertinya aku harus memikirkan ulang semuanya tentang dia, apakah ia benar akan memenuhi janjinya beberapa bulan lalu untuk pulang kesini dan menemui aku.
"Nessa."
Suara itu lagi dan kali ini lebih jelas. Kak Gilbert sepertinya juga mendengar karena ia langsung berbalik, aku pun ikut berbalik melihat ke belakang meyakinkan kalau itu bukan hanya halusinasiku saja. Mengapa merindukan seseorang amat terasa menyakitkan.
***
Author POV
"Nes." Panggil Hiro pelan dan berat karena menahan cemburu.
Nessa hanya terdiam, senyumnya memudar. Setelah terdiam dua detik, ia akan melanjutkan langkahnya tapi terhenti karena telinganya mendengar namanya dipanggil lagi.
"Nessa." Kali ini Hiro memanggil Nessa dengan lebih keras dari pada tadi.
Gilbert yang bersama Nessa mendengar panggilan itu dan membalikkan badannya, begitu juga Nessa membalikkan badannya ke belakang. Gilbert lalu mengerutkan keningnya ketika melihat Hiro.
"Siapa, Nes?" Tanya Gilbert kepada Nessa, ia lalu mendekatkan diri kepada Nessa. Ia berusaha melindungi Nessa, takut pria yang memanggil Nessa adalah orang yang akan menyakiti Nessa. Gilbert memegang tangan Nessa dan berdiri didepan Nessa bersikap melindungi Nessa.
"Kak gak apa-apa, aku kenal. Dia teman aku kok, dia gak akan mencelakai aku." Kata Nessa sambil menepuk-nepuk pelan bahu Gilbert dengan tangannya yang bebas.
"Kamu yakin, Nes?" Tanya Gilbert meyakinkan tanpa melepaskan tangan Nessa dari pegangannya.
"Ya kak aku yakin. Dia kak Hiro yang pernah aku ceritain." Mendengar penjelasan Nessa, Gilbert lalu melepaskan pegangan tangannya dari tangan Nessa dan berdiri di samping Nessa lagi.
Semua perlakuan dan gerak gerik Gilbert kepada Nessa terekam di benak Hiro, setengah hidup (kalau setengah mati takut mati beneran 😅) Hiro menahan cemburu yang sudah membakar jiwanya. Tapi semua rasa cemburu itu tak ia munculkan di sini, ia berusaha tetap tenang dan memasang ekspresi datarnya.
"Kak Hiro kenalin ini kak Gilbert, kak Gilbert ini kak Hiro." Kata Nessa yang berusaha mengenalkan mereka berdua untuk menghilangkan perasaan canggung dan tegang yang tercipta.
"Hiro." Kata Hiro sambil mengulurkan tangannya.
"Gilbert." Balas Gilbert sambil menerima jabatan tangan Hiro.
Mereka saling mengenalkan diri dengan tatapan saling waspada dan dingin. Gilbert jadi bersikap lebih hati-hati karena sepertinya Hiro memasang tampang tak bersahabat kepadanya.
"Bisa ikut aku, Nes?" Tanya Hiro kepada Nessa lembut berbeda dengan saat ia berkenalan dengan Gilbert.
Lagi galau sy tuh. Jd gak mood nulis, publish n ngapa2. Sedih inem mah diperlakukan begini 😭😭😭 pas butuh aja bgtu sekarang begini amat yak.
Tp akhirnya publish jg drpd makin bt.Tangerang, 20 Agustus 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) An Incurable Heart
RomanceTAMAT ~Novel 3~ Rank 25 mama (180519) Rank 33 kebebasan (250519) Rank 134 rahasia (050619) Rank 394 penyesalan (080619) Aku amat sangat menyesal tentang kejadian kemarin yang menjungkir balikkan duniaku, seseorang yang tak bertanggung jawab yang me...