5

3.4K 528 10
                                    

***

"Aku bisa mengantarmu pulang," ucap Jiyong setelah pembicaraannya dengan Lisa selesai. "Dimana rumahmu?"

"Ti- tidak, aku bisa pulang sendiri- ah maksudku oppaku akan datang menjemputku," ucap Lisa yang kemudian merogoh saku roknya, mencari handphonenya. "Oh? Dimana handphone-ku? Heish Lisa kau mulai lagi," keluh pelan gadis itu yang kemudian berjongkok di lantai dan meraih handphonenya yang jatuh di bawah meja.

Sebenarnya, Jiyong sudah tahu sejak awal kalau handphone Lisa ada di atas meja, handphonenya itu bahkan sempat bergetar karena sebuah panggilan namun Lisa terlalu gugup sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya. Dan Jiyong memilih untuk diam saja– agar Lisa tidak malu. Setelah Lisa memilih untuk pulang sendiri, Jiyong mengantarkan gadis itu ke lobby utama gedung agensinya dan Lisa berlari keluar begitu mereka berpamitan. Akhirnya, Lisa bisa melarikan diri dari siksaan rasa gugupnya.

Jiyong pikir, Lisa benar-benar meminta seseorang untuk menjemputnya, namun setelah beberapa menit memperhatikan Lisa yang justru berlari keluar dari gedung agensi sendirian, Jiyong jadi sedikit khawatir dan memutuskan untuk mengikuti Lisa. Jiyong mengendarai mobilnya, kemudian mengikuti Lisa yang pulang dengan sebuah bus terakhir. Sepintas gadis itu tidak seperti seorang gadis pemalu, ia tersenyum, menyapa seorang tuna wisma yang lewat di depannya kemudian melompat masuk ke dalam bus dengan sangat riang.

"Ku pikir dia akan menangis ketakutan karena harus pulang sendirian malam-malam begini," gumam Jiyong setelah melihat Lisa turun dari bus dengan senyuman lebar di wajahnya. Langkah Lisa yang berjalan ke arah gedung apartemen mewahnya terlihat sangat riang, senyumnya benar-benar manis dan gadis itu terlihat sangat berbeda dengan gadis pemalu yang duduk tertunduk di studionya tadi. Berhubung sudah terlanjur sampai di depan gedung apartemennya karena mengikuti Lisa tadi, Jiyong memutuskan untuk pulang juga.

"Jennie eonni!!" teriak Lisa begitu ia masuk kedalam rumahnya, gadis itu berlari melewati ruang makan serta ruang tamunya, kemudian melangkah masuk dan membuka pintu kamar Jennie. Pintu itu tidak terkunci, namun Jennie tidak menjawab panggilan Lisa, karena gadis itu memang tidak ada di kamarnya. "Huh? Kemana dia? Oppa, kemana Jennie eonni?" tanya Lisa begitu ia berbalik dan melihat Taeyong keluar dari kamarnya sendiri.

"Bercumbu di hotel sebelah dengan seorang pria yang baru saja ia temui di club tadi," jawab Taeyong sembari berjalan membawa sebuah botol ke arah dapur.

"Kalau Ten oppa?" tanya Lisa yang sekarang mengekori Taeyong ke dapur.

"Sudah tidur sejak dua puluh menit yang lalu,"

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Mengambil minum,"

"Setelah itu?"

"Pergi tidur," jawab Taeyong yang kemudian memutar tubuh Lisa untuk melihat jam di dinding. "Lihat, sudah jam tiga pagi sekarang,"

"Ahh... Sudah jam tiga pagi... Tapi aku belum mengantuk, tadi aku bertemu dengan Jiyong oppa-" ucap Lisa yang kemudian memaksa Taeyong untuk mendengarkan seluruh ceritanya.

Lisa pergi tidur setelah menceritakan beberapa jamnya bersama Jiyong. Di pagi harinya, Taeyong jadi terlambat bangun karena Lisa. Lisa masih bisa tidur karena ia tidak punya rencana apapun hari itu, sementara Taeyong harus berangkat ke sekolah tempatnya mengajar. Sementara pagi itu Lisa harus mendengar omelan Taeyong yang terlambat bangun, Jiyong justru sudah bersiap untuk kembali pergi ke agensinya. Tidak seperti biasanya, pagi ini Jiyong lebih bersemangat untuk pergi ke agensinya– pagi ini pria itu punya janji lain selain mengurusi pekerjaannya di agensi.

"Ya! Cepat antarkan aku ke sekolah!" teriak Taeyong, sembari menunggu Lisa yang masih mengantuk menyeret kakinya melewati ruang tamu.

"Kenapa aku harus mengantarmu oppa? Kau bisa menyetir sendiri," keluh Lisa, masih mengenakan piayamanya dengan rambutnya yang juga masih berantakan.

"Tidak ada cukup waktu untuk menunggu taksi apalagi bus, cepatlah! Ten akan marah kalau mobilnya ku tinggalkan di sekolah dua hari!"

"Oppa akan menginap di sekolah dua hari?" tanya Lisa yang sekarang merapihkan rambutnya dengan jemari lentiknya kemudian meraih kunci mobil Ten di atas meja dapur. Ten masih tidur ketika Taeyong hendak memintanya untuk mengantarkannya tadi. "Untuk apa?"

"Aku akan pergi menemani muridku untuk ikut lomba di-"

"Kau akan bermalam dengan muridmu? Ya! Jangan menghamili-"

"Selamat pagi," sapa Jiyong yang baru saja keluar dari rumahnya, pria itu menyapa Taeyong dan Lisa yang masih berdiri di depan pintu rumah mereka dan membuat Lisa bergegas bersembunyi di belakang punggung Taeyong.

"Selamat pagi," balas Taeyong. "Maaf, dia sedikit malu karena masih berantakan," ucap Taeyong sementara Lisa meremas bagian belakang kemejanya.

"Ah iya," jawab Jiyong sembari terkekeh. "Selamat pagi Lisa. Aku sempat ragu untuk bertanya kemarin, tapi ternyata kita memang benar-benar bertetangga, senang bertemu denganmu,"

"Selamat pagi, Produser Kwon," balas Lisa, terdengar sangat gugup dan tetap berdiri di belakang Taeyong, gadis itu hanya sedikit menunjukan wajahnya dan melihat Jiyong tersenyum padanya.

"Ya... Kalau begitu aku pergi duluan," sapa ramah Jiyong sebelum kemudian ia melangkah menjauhi Lisa dan Taeyong. Membuat Lisa menggerutu kesal– gadis itu kesal pada dirinya sendiri yang masih saja malu ketika bertemu dengan Jiyong.

Di agensi, Jiyong sengaja datang lebih awal karena ia punya janji untuk bertemu dengan Hanbin. Kim Hanbin, a.k.a BI si leader iKon, pagi ini punya waktu luang sebelum ia harus berangkat ke Jepang dan semalam Jiyong memintanya untuk datang ke agensi menemuinya.

"Lalisa? Ah maksudmu gadis yang menjual lagunya ke Chanhyuk dan Haesol hyung?"

"Dia juga menjual lagunya ke Chanhyuk?" tanya Jiyong setelah beberapa detik ia berbasa-basi dengan Hanbin di kafetaria agensi. Keduanya menikmati sarapan mereka bersama, di kafetaria agensi pagi ini.

"Ya, seorang teman Chanhyuk meminta Chanhyuk untuk membuatkannya lagu, tapi saat itu Chanhyuk sedang sangat sibuk dan dia meminta bantuanku, lalu aku mengenalkannya pada Lisa,"

"Kenapa kau mengenalkannya pada Lisa?"

"Karena Lisa bisa menulis lagu?" ucap Hanbin dengan sedikit ragu. Hanbin sendiri tidak tahu kenapa ia mengenalkan Lisa pada Chanhyuk.

"Dimana kau mengenalnya?"

"Lisa? Aku mengenal Lisa saat ikut audisi di agensi sebelah. Dulu kami sama-sama tidak lolos dan mulai berteman setelah itu,"

Jiyong terdiam, sibuk mengunyah makanannya sembari memutar otaknya untuk berfikir. "Jadi, dia pernah ikut audisi di suatu agensi dan tidak lolos? Apa itu ada hubungannya dengan sifat pemalunya itu?"

"Kurasa begitu? Aku tidak begitu tahu, tapi saat pertama kali kami bertemu, dia bukan gadis yang pemalu. Dulu dia ramah, juga banyak bicara, dia cukup percaya diri untuk berdiri di depan banyak orang, sekarang dia masih ramah, juga masih cerewet, tapi sedikit gugup setiap kali harus bicara di depan banyak orang. Seperti demam panggung? Dia jadi sangat gugup ketika orang lain memperhatikannya," cerita Hanbin dan Jiyong hanya mendengarkannya. "Tapi kenapa kau menghubungiku untuk menanyakannya hyung?"

"Aku ingin memintanya bekerja disini? Mungkin menjadi asisten produser karena dia masih sangat pemalu,"

"Kurasa dia akan menolaknya, atau dia akan menerimanya kemudian berhenti setelah beberapa minggu,"

"Kenapa?"

"Untuk yang satu itu... Kau bisa langsung bertanya pada Bobby hyung, mereka pernah berkencan. Bobby hyung lebih mengenal Lisa dibanding denganku dan kurasa dia juga tahu alasan Lisa tidak ingin memproduseri sendiri lagunya,"

"Dimana Bobby sekarang?"

"Dorm? Atau di studio bersama Donghyuk,"

"Suruh dia menemuiku hari ini, sebelum kalian pergi ke Jepang. Aku tidak punya waktu lagi, aku harus memberitahu Yang Sajjangnim mengenai Lisa sore ini,"

***

Sweet PotatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang